Kajian Ilmiah Perlu Dilakukan untuk Buktikan Profil Risiko Tembakau Alternatif

Minggu, 04 Juni 2023 - 18:17 WIB
loading...
Kajian Ilmiah Perlu...
Beragam kajian ilmiah yang komprehensif terkait produk tembakau alternatif diharapkan bisa lebih ditingkatkan lagi di dalam negeri. / Foto: ilustrasi/cdc/nih
A A A
JAKARTA - Produk tembakau alternatif dinilai mempunyai risiko yang lebih rendah ketimbang rokok. Meskipun begitu masih banyak perokok dewasa yang belum mengetahui tentang produk tembakau alternatif.

Sejumlah pakar dan akademisi berharap beragam kajian ilmiah yang komprehensif terkait produk tembakau alternatif bisa lebih ditingkatkan lagi di dalam negeri. Dengan begitu, kajian tersebut bisa jadi acuan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat.

Direktur Eksekutif Centre for Youth and Population Research (CYPR), Dedek Prayudi mengungkapkan bahwa kajian ilmiah terhadap produk tembakau alternatif membutuhkan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan atau kolaborasi multidisiplin dengan konsep pentahelix.



"Ada peran pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media massa yang bertanggung jawab untuk melakukan riset dan menyebarluaskan informasi yang akurat dan komprehensif kepada masyarakat," kata Dedek melalui keterangan tertulisnya, Minggu (4/6/2023).

Dia berharap, pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan, bersedia membuka diri terhadap kajian ilmiah produk tembakau alternatif sebagai upaya memperluas informasi yang akurat dan mencegah misinformasi.

"Riset-riset produk tembakau alternatif dari beberapa universitas dalam negeri, misalnya Universitas Padjadjaran, dapat dipertimbangkan pemerintah dan pemangku kepentingan terkait lainnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut guna membuktikan bahwa produk tembakau alternatif memiliki profil risiko yang lebih rendah daripada rokok," tutur Dedek.

Menurutnya, produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, kantong nikotin, dan rokok elektrik atau vape, berbeda dengan rokok dari aspek profil risiko hingga karakteristiknya. Untuk itu, kajian ilmiah harus dilakukan secara detail agar tidak ada generalisasi antara produk tembakau alternatif dengan rokok.

"Asalkan disosialisasikan dengan baik dan setiap pemangku kepentingan dapat menerima fakta penelitian berbasis data sains, maka hasil kajian ilmiah produk tembakau alternatif akan diterima dengan baik karena buktinya transparan dan bisa dipertanggung jawabkan," bebernya.

Dalam kesempatan berbeda, akademisi dari Fakultas Kesehatan Gigi Universitas Padjadjaran, Dr. Amaliya, drg., Ph.D, menyebutkan jika produk tembakau alternatif bisa menjadi opsi bagi perokok dewasa untuk mengantarkan nikotin dengan risiko yang lebih rendah daripada rokok.

Hal tersebut juga diperkuat melalui kajian klinis yang dilakukan dirinya bersama Dr. drg. Agus Susanto, M.Kes., Sp.Perio. (K), serta drg. Jimmy Gunawan, Sp.Perio., dengan judul Respons Gusi pada Pengguna Vape (Rokok Elektrik) saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan (Gingivitas Experimental).



"Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengguna rokok elektrik yang telah berhenti dari merokok menunjukkan perbaikan kualitas gusi yang dibuktikan dengan tingkat peradangan dan pendarahan gusi yang sama seperti yang dialami oleh non-perokok. Artinya, kondisi pertahanan gusi pengguna rokok elektrik telah kembali normal," terang dr. Amaliya.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1801 seconds (0.1#10.140)