Sang Lone Wolf, Mereka yang Memilih Berteman dengan Diri Sendiri
loading...
A
A
A
Virginia Thomas, asisten profesor Departemen Psikologi di Wilmington College, dan Magarita Azmitia, seorang profesor psikologi di Universitas California, Santa Cruz, dalam Journal of Adolescence menemukan bahwa orang-orang yang menyendiri karena keinginannya sendiri punya risiko yang jauh lebih rendah untuk merasa kesepian.
Sebaliknya, orang-orang yang menyendiri karena situasi tertentu, atau bukan berdasarkan keinginan mereka, punya kecenderungan lebih tinggi untuk merasa kesepian.
Penelitian Thomas dan Azmitia juga menunjukkan bahwa para lone wolf lebih tahu cara terbaik untuk mewujudkan kondisi psikologis, proses kreatif, dan kesejahteraan spiritual yang ideal buat mereka.
![Sang Lone Wolf, Mereka yang Memilih Berteman dengan Diri Sendiri]()
Foto: gofattofit.com
“Gak jarang, sih, aku ditanyain, ‘La, kamu kenapa?’ ‘La, kok sendirian mulu?’, aku, ya, jawab apa adanya. Aku bilang aja kalau aku emang sukanya begini,” ungkap Lala. Lala juga menceritakan bahwa ia pernah disebut kuper atau kurang pergaulan dan sombong semasa SMA.
“Ya, waktu itu, sempet sakit hati, tapi terus biasa aja karena bukan itu kebenarannya,” kata Lala.
Yang dialami Lala jadi salah satu bukti bahwa stigma negatif masih menyelimuti para penyendiri.
Mereka kerap dianggap gak punya keterampilan sosial yang baik sampai-sampai gak bisa punya teman.
![Sang Lone Wolf, Mereka yang Memilih Berteman dengan Diri Sendiri]()
Foto: Freepik
Thomas menyebutkan bahwa budaya kita membuat orang tua mengkhawatirkan anak-anaknya, utamanya remaja, yang suka menghabiskan waktu sendirian.
Sebaliknya, orang-orang yang menyendiri karena situasi tertentu, atau bukan berdasarkan keinginan mereka, punya kecenderungan lebih tinggi untuk merasa kesepian.
Penelitian Thomas dan Azmitia juga menunjukkan bahwa para lone wolf lebih tahu cara terbaik untuk mewujudkan kondisi psikologis, proses kreatif, dan kesejahteraan spiritual yang ideal buat mereka.

Foto: gofattofit.com
“Gak jarang, sih, aku ditanyain, ‘La, kamu kenapa?’ ‘La, kok sendirian mulu?’, aku, ya, jawab apa adanya. Aku bilang aja kalau aku emang sukanya begini,” ungkap Lala. Lala juga menceritakan bahwa ia pernah disebut kuper atau kurang pergaulan dan sombong semasa SMA.
“Ya, waktu itu, sempet sakit hati, tapi terus biasa aja karena bukan itu kebenarannya,” kata Lala.
Yang dialami Lala jadi salah satu bukti bahwa stigma negatif masih menyelimuti para penyendiri.
Mereka kerap dianggap gak punya keterampilan sosial yang baik sampai-sampai gak bisa punya teman.

Foto: Freepik
Thomas menyebutkan bahwa budaya kita membuat orang tua mengkhawatirkan anak-anaknya, utamanya remaja, yang suka menghabiskan waktu sendirian.
Lihat Juga :