Saat Berjemur, 30% Tubuh yang Terpapar Matahari Cukup
loading...
A
A
A
JAKARTA - Berjemur di bawah sinar matahari dipercaya dapat menangkal COVID-19. Hal itu karena sinar matahari mengandung vitamin D yang penting untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Konsultan Alergi dan Imunologi Anak Prof. DR. Dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M.Kes menjelaskan, vitamin D bakal mengaktifkan sel-sel kekebalan tubuh dan bekerja melawan virus yang ada di dalam tubuh. Oleh karena itu, berjemur di bawah sinar matahari bisa menjadi salah satu cara mencegah penularan COVID-19 bagi mereka yang sehat.
"Dengan adanya vitamin D, fungsi sel imun akan meningkat sehingga virus akan ditangkap dan dimatikan," jelas Prof. Budi.
Berbeda dengan mereka yang sehat, pasien yang positif terinfeksi COVID-19 bisa mengonsumsi vitamin D dalam bentuk suplemen. Pada pasien COVID-19 vitamin D, dikatakan Prof. Budi, dapat membantu mempercepat penyembuhan. Kendati demikian, manfaat sinar matahari bisa bertahan lebih lama dibandingkan suplemen.
"Selama bisa dengan sinar matahari, lebih bagus sinar matahari karena gratis. Tidak usah bayar asal sesuai kebutuhan," imbuhnya.
Sementara untuk berjemur di bawah sinar matahari, Prof. Budi menyarankan masyarakat tidak harus membuka baju. Idealnya, bagian tubuh yang terpapar sinar matahari sebesar 30% tubuh.
"Kalau bagian dua tangan dan kaki, misalnya pakai baju pendek dan celana pendek sudah bagian dari 20% tubuh. Jadi sudah cukup. Sedangkan kaki 18%-36%. Jadi tangan dan kaki saja cukup untuk terpapar sinar matahari," tandasnya.
Konsultan Alergi dan Imunologi Anak Prof. DR. Dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M.Kes menjelaskan, vitamin D bakal mengaktifkan sel-sel kekebalan tubuh dan bekerja melawan virus yang ada di dalam tubuh. Oleh karena itu, berjemur di bawah sinar matahari bisa menjadi salah satu cara mencegah penularan COVID-19 bagi mereka yang sehat.
"Dengan adanya vitamin D, fungsi sel imun akan meningkat sehingga virus akan ditangkap dan dimatikan," jelas Prof. Budi.
Berbeda dengan mereka yang sehat, pasien yang positif terinfeksi COVID-19 bisa mengonsumsi vitamin D dalam bentuk suplemen. Pada pasien COVID-19 vitamin D, dikatakan Prof. Budi, dapat membantu mempercepat penyembuhan. Kendati demikian, manfaat sinar matahari bisa bertahan lebih lama dibandingkan suplemen.
"Selama bisa dengan sinar matahari, lebih bagus sinar matahari karena gratis. Tidak usah bayar asal sesuai kebutuhan," imbuhnya.
Sementara untuk berjemur di bawah sinar matahari, Prof. Budi menyarankan masyarakat tidak harus membuka baju. Idealnya, bagian tubuh yang terpapar sinar matahari sebesar 30% tubuh.
"Kalau bagian dua tangan dan kaki, misalnya pakai baju pendek dan celana pendek sudah bagian dari 20% tubuh. Jadi sudah cukup. Sedangkan kaki 18%-36%. Jadi tangan dan kaki saja cukup untuk terpapar sinar matahari," tandasnya.
(tsa)