Pentingnya Penerapan Mind Mapping dalam Tumbuh Kembang Anak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tidak dapat dimungkiri bahwa masa di rumah saja menyebabkan berbagai kondisi yang tidak menentu dan mengkhawatirkan bagi orangtua dan anak. Pasalnya, mereka harus beradaptasi dengan ritme keseharian yang baru, termasuk bertambahnya peran orangtua dalam mengasuh anak.
Terlepas dari situasi yang mengharuskan kondisi tersebut, periode ini justru memberikan bonus waktu kebersamaan orang tua dan anak yang bermanfaat positif bagi masa depan anak. Dan salah satu yang bisa diterapkan agar anak menjadi tangguh di masa depan adalah Mind Mapping.
Psikolog dan Co-Founder Rumah Konsultasi Tiga Generasi, Saskhya Aulia Prima, M. Psi, memaparkan, Mind Mapping merupakan salah satu cara mengelola informasi dan mengatur strategi melalui pemetaan pikiran. Hal itu bisa membantu mengorganisir informasi, memudahkan daya tangkap dan ingat otak dalam memproses informasi, dan meningkatkan engagement seseorang dalam proses belajar.
"Sebelum diterapkan pada anak, orang tua perlu melatih Mind Mapping pada diri sendiri. Penting disadari bahwa orang tua dengan mindset positif dapat menciptakan interaksi menyenangkan dengan anak. Ketika anak nyaman dan bahagia, maka saraf-saraf dalam otak anak akan terkoneksi dengan baik," ungkap Saskhya saat media workshop virtual bersama Cerebrofort, baru-baru ini.
Contoh konsep Mind Mapping bagi orang tua adalah membuat struktur jelas dengan semua pihak di rumah, mulai dari jadwal hingga lokasi belajar atau bekerja. Kemudian, kerja sama pembagian tugas dengan pasangan atau pengasuh anak, mengatur ekspektasi, dan salah satu hal terpenting adalah selfcare atau me time sebagai apresiasi untuk diri sendiri dan mengembalikan semangat.
"Dengan Mind Mapping, orang tua memiliki gambaran yang jelas situasi di hari itu, potensi masalah yang terjadi, dan siap membentuk alternatif solusi agar semua tetap kondusif terutama dalam hal interaksi bersama anak," ujar Saskhya.
Lebih jauh, Saskhya mengatakan, setelah ibu dapat mengaplikasikan Mind Mapping dengan baik, mereka dapat menyusun strategi dengan sistematis agar fokus mendampingi anak menjadi visioner. Lima karakter anak visioner, lanjutnya, adalah memiliki goal setting, daya juang tinggi, optimistis, banyak akal, dan ingin berkontribusi bagi orang lain.
"Melalui konsep Mind Mapping, ibu dapat membantu anak menjadi visioner dengan membiasakan memiliki tujuan sejak dini, mandiri dan disiplin, mampu berempati, memberikan ruang untuk mengatasi kebosanannya sendiri, dan selalu bersyukur serta melihat sisi positif dari suatu masalah," terang Saskhya.
Sementara itu, Medical Manager Kalbe Consumer Health, dr. Helmin Agustina Silalahi, mengutarakan, dalam melatih anak visioner, tentu harus dimulai dari asupan nutrisi yang baik untuk perkembangan otak yang optimal.
"Nutrisi harus optimal agar tumbuh kembang seimbang, konsumsi makanan sehat, dimana kebutuhan karbohidrat paling banyak, porsi kedua adalah sayur dan buah karena sangat baik sebagai sumber serat untuk kesehatan pencernaan, dan penyerapan vitamin," jelasnya.
Lihat Juga: Menkomdigi Meutya Hafid Kunjungi NTT, Ajak Masyarakat Kawal Penggunaan Internet pada Anak
Terlepas dari situasi yang mengharuskan kondisi tersebut, periode ini justru memberikan bonus waktu kebersamaan orang tua dan anak yang bermanfaat positif bagi masa depan anak. Dan salah satu yang bisa diterapkan agar anak menjadi tangguh di masa depan adalah Mind Mapping.
Psikolog dan Co-Founder Rumah Konsultasi Tiga Generasi, Saskhya Aulia Prima, M. Psi, memaparkan, Mind Mapping merupakan salah satu cara mengelola informasi dan mengatur strategi melalui pemetaan pikiran. Hal itu bisa membantu mengorganisir informasi, memudahkan daya tangkap dan ingat otak dalam memproses informasi, dan meningkatkan engagement seseorang dalam proses belajar.
"Sebelum diterapkan pada anak, orang tua perlu melatih Mind Mapping pada diri sendiri. Penting disadari bahwa orang tua dengan mindset positif dapat menciptakan interaksi menyenangkan dengan anak. Ketika anak nyaman dan bahagia, maka saraf-saraf dalam otak anak akan terkoneksi dengan baik," ungkap Saskhya saat media workshop virtual bersama Cerebrofort, baru-baru ini.
Contoh konsep Mind Mapping bagi orang tua adalah membuat struktur jelas dengan semua pihak di rumah, mulai dari jadwal hingga lokasi belajar atau bekerja. Kemudian, kerja sama pembagian tugas dengan pasangan atau pengasuh anak, mengatur ekspektasi, dan salah satu hal terpenting adalah selfcare atau me time sebagai apresiasi untuk diri sendiri dan mengembalikan semangat.
"Dengan Mind Mapping, orang tua memiliki gambaran yang jelas situasi di hari itu, potensi masalah yang terjadi, dan siap membentuk alternatif solusi agar semua tetap kondusif terutama dalam hal interaksi bersama anak," ujar Saskhya.
Lebih jauh, Saskhya mengatakan, setelah ibu dapat mengaplikasikan Mind Mapping dengan baik, mereka dapat menyusun strategi dengan sistematis agar fokus mendampingi anak menjadi visioner. Lima karakter anak visioner, lanjutnya, adalah memiliki goal setting, daya juang tinggi, optimistis, banyak akal, dan ingin berkontribusi bagi orang lain.
"Melalui konsep Mind Mapping, ibu dapat membantu anak menjadi visioner dengan membiasakan memiliki tujuan sejak dini, mandiri dan disiplin, mampu berempati, memberikan ruang untuk mengatasi kebosanannya sendiri, dan selalu bersyukur serta melihat sisi positif dari suatu masalah," terang Saskhya.
Sementara itu, Medical Manager Kalbe Consumer Health, dr. Helmin Agustina Silalahi, mengutarakan, dalam melatih anak visioner, tentu harus dimulai dari asupan nutrisi yang baik untuk perkembangan otak yang optimal.
"Nutrisi harus optimal agar tumbuh kembang seimbang, konsumsi makanan sehat, dimana kebutuhan karbohidrat paling banyak, porsi kedua adalah sayur dan buah karena sangat baik sebagai sumber serat untuk kesehatan pencernaan, dan penyerapan vitamin," jelasnya.
Lihat Juga: Menkomdigi Meutya Hafid Kunjungi NTT, Ajak Masyarakat Kawal Penggunaan Internet pada Anak
(nug)