Genomik dan Stem Cell, Harapan Atasi Kanker serta Cegah Sakit Jantung

Senin, 28 September 2020 - 14:21 WIB
loading...
Genomik dan Stem Cell,...
Deputy Director Stem Cell and Cancer Institute (SCI), dr. Sandy Qlintang, M.Biomed.
A A A
JAKARTA - Perkembangan teknologi untuk mengatasi penyakit yang tidak dapat disembuhkan telah menjadi fokus perhatian dalam bidang kesehatan di tanah air saat ini. Salah satunya penelitian dan pendekatan inovatif di bidang genomik serta terapi sel dan gen.

Dalam hal ini, Kalbe Farma Tbk (Kalbe) salah satu pihak swasta yang ikut aktif memperhatikan dan mengupayakan penanganan penyakit kronis di Indonesia, khususnya genomik dan terapi sel yang berkaitan dengan kemajuan penelitian dan inovasi atasi penyakit kronis.

Bisa dikatakan, penyakit jantung masih menjadi salah satu penyakit kronis yang menyebabkan kematian pada masyarakat Indonesia. Selain itu, sebagian masyarakat juga mengalami gangguan pada tulang yang berdampak pada aktivitas secara menyeluruh sehingga membutuhkan penanganan segera dengan tepat. Penanganan tepat yang diharapkan mampu mencegah sakit jantung tersebut yang berasal dari sel punca atau stem cell. Ada pun fasilitas pengolahan sel punca (stem cell) Regenic milik Kalbe merupakan salah satu yang terbaik di tanah air.

Dalam kesempatan Media Brief dengan topik Genomik dan Terapi Sel: Kemajuan Penelitian dan Inovasi Atasi Penyakit Kronis Director PT Bifarma Adiluhung sekaligus Deputy Director Stem Cell and Cancer Institute (SCI), dr. Sandy Qlintang, M.Biomed menjelaskan genomik dan terapi sel menjadi opsi pengobatan yang akan terjadi di masa mendatang.

“Genomik dan terapi sel untuk melihat pengobatan di masa depan karena di dalam tubuh kita banyak sel, sel ini berkelompok membentuk jaringan terus organ, dan antar-organ itu bekerja sama sehingga kita bisa bernapas, dan sebagainya,” ujar dr. Sandy Qlintang saat acara Media Brief di Kalbe Business Innovation Center Pulogadung, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.

Dalam diskusi tersebut menghasilkan beberapa poin yang mendeskripsikan secara jelas mengenai penanganan berbagai penyakit kronis yang berasal dari sel punca atau stem cell. Sandy mengungkapkan adanya perbedaan signifikan antara genetik dengan genomik walaupun keduanya tidak terlepas kaitannya dengan gen.

“Genetik adalah penelitian-penelitian atau pembelajaran tentang gen ini dan perannya di dalam pewarisan sifat atau kondisi tertentu dari generasi ke generasi, salah satu contoh genetik ini ada thalassemia, kelainan gen yang diturunkan, “jelas dr. Sandy Qlintang.

Bisa dikatakan, sambung dr Sandy, apabila bapaknya itu mengidap penyakit thalassemia minor carrier, ibunya thalassemia minor carrier terus bercampur menjadi satu, anaknya bisa salah satu anaknya thalassemia mayor, itu bisa fatal karena membuat sel-sel darah merah kita tidak bagus atau hemofilia, itu gen yang diturunkan, mata atau rambut itu pewarisan sifat,” ujar dr. Sandy Qlintang.

Poin kedua yakni penelitian Genomik. Berbeda halnya dengan genetik yang diturunkan, genomik merupakan penelitian keseluruhan gen sebuah organisme (genom) di dalam tubuh, termasuk interaksi antara gen dengan lingkungan seseorang yakni seperti makanan.

Maka dari itu, pemeriksaan DNA melalui genomik dengan tes nutrigenomik dikatakan sebagai solusi komprehensif untuk mendeteksi dini risiko penyakit genetik dan degeneratif, bahkan mampu memberikan informasi terkait asupan mikronutrien atau makronutrien yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai dengan kondisi masing-masing.

“Tes gen itu sangat bisa mengatur mikronutrien dan makronutrien, misal tes nutrigenomik kalau kita makan semuanya, jaga makan dengan makan ini tidak bisa, terus nasi tidak banyak, jangan-jangan metabolisme kita cepat sama nasi, berarti sama nasi tidak ada masalah, apabila lambat terus makan banyak nasi buncit perutnya itu karena gen, masalahnya kita hanya asumsi, dengan pemeriksaan nutrigenomik kita bisa langsung mendeteksi makanan apa yang cocok untuk tubuh kita,” ungkap dr. Sandy Qlintang

dr. Sandy Qlintang menjelaskan Regenic memiliki tiga fokus. Di antaranya, stem cell autologus (bersumber dari pasien untuk pasien yang sama), stem cell alogenik (dari donor untuk pasien), dan metabolit sel punca (secretome). Kapasitas produksi maksimum untuk stem cell alogenik adalah 80 miliar sel atau setara dosis 1.000 pasien dan 15.000 liter secretome

“Regenic telah bekerja sama dengan berbagai Universitas di Indonesia, khususnya sebagai pelopor dalam penelitian aplikasi klinis sel punca untuk indikasi osteoarthritis, luka bakar, dan patah tulang,” jelas dr. Sandy.
(atk)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1717 seconds (0.1#10.140)