Benarkah Makanan Tinggi Kolesterol Menyebabkan Penyakit Kardiovaskular? Ahli: Hindari Gorengan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kolesterol tinggi masih menjadi salah satu masalah yang dialami banyak orang. Makanan tinggi kolesterol pun menjadi momok dan punya predikat buruk.
Dokter sekaligus ahli gizi, dr. Hans Kristian CSN, PN1 mengatakan kolesterol sebenarnya bukan suatu penyakit, akan tetapi bahan baku yang menyerupai lemak dan punya banyak manfaat dalam metabolisme tubuh.
"Bahkan kolesterol diproduksi setidaknya 80 persen oleh tubuh kita sendiri, yang terbesar adalah di liver dan usus halus," kata Hans dalam keterangan resminya.
Dijelaskan, penyakit kolesterol adalah hasil dari penumpukan dan penyumbatan dari pembawa kolesterol (LDL), meskipun jenisnya juga bukan hanya satu.
Dia mengklaim, sampai saat ini belum ada studi ilmiah yang menyatakan bahwa makanan tinggi kolesterol menyebabkan penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung, stroke dan lainnya.
Bahkan, sebaliknya beberapa studi terbaru, salah satunya dari JAMA Internal Medicine 2022 menyatakan tidak ada hubungan konsisten antara kolesterol yang tinggi dan penyakit kardiovaskular .
Ia juga mengungkapkan, semua dari kesimpangsiuran dan minimnya edukasi kesehatan di kalangan masyarakat awam.
"Kolesterol makanan itu berbeda dengan kolesterol dalam darah," ujarnya .
Berikut ini tips menghindari penumpukan LDL yang berlebihan dalam darah:
Uniknya, gula ini sering tersembunyi dan banyak orang yang tidak menyadari ketika mereka konsumsi menu yang tinggi gula. Bahkan di dalam produk kemasan banyak nama gula yang tidak disebut sebagai gula, misalnya dextrose, maltodextrin, molasses.
"Belum lagi dengan kebiasaan makan orang Indonesia yang pada umumnya tinggi karbohidrat, karena apapun karbohidratnya kecuali serat akan dipecah dalam tubuh menjadi glukosa (gula)," katanya .
Ultra processed food ini mempunyai ciri khas bentuknya sudah jauh berbeda dengan bahan baku asalnya, ditambahkan bahan kimia sintetis, dan memiliki rasa yang sangat umami sampai membuat ketagihan.
Dampak dari ultra processed food ini dapat membebani kerja organ liver yang kemudian dapat menganggu metabolisme kolesterol dalam tubuh dan memicu peradangan, salah satunya di jantung dan pembuluh darah.
Batasan untuk pasien yang sudah memiliki masalah kardiovaskular memang berbeda dengan orang yang sehat secara metabolik.
"Kalau sudah punya masalah kesehatan lebih baik konsultasikan dulu ke dokter dan ahli gizi bagaimana pengaturan asupan lemak yang baik, karena jenis lemak itu banyak dan lemak juga merupakan salah satu makronutrisi yang sangat diperlukan oleh tubuh," ujarnya.
"Alpukat, kacang-kacangan (nuts), biji-bijian (seeds), atau minyak zaitun bisa menjadi sumber lemak pilihan untuk siapapun yang memang perlu membatasi asupan lemak jenuh," tuturnya.
Karena seperti yang sudah disampaikan dokter Hans sebelumnya, kolesterol makanan itu berbeda dengan kolesterol dalam darah. Salah satu faktor terbesar yang menyebabkan peningkatan LDL adalah peradangan, dan ini kontribusinya sangat besar dari makanan yang digoreng.
Gorengan yang dimaksud di sini adalah deep frying, berbeda dengan metode menumis atau mengoseng (saute / stir fry) dan sebaiknya hindari minyak yang tinggi omega 6 misalnya minyak jagung, minyak kanola, minyak kedelai, dan lainnya.
Malas bergerak adalah salah satu penyebab gangguan metabolisme tubuh karena ini juga berdampak pada keseimbangan hormonal. Apalagi dengan pola hidup yang serba instan, aktivitas fisik juga memegang peranan yang penting dalam menjaga kadar LDL.
"Perbanyak langkah kaki atau pilih tangga untuk naik turun adalah beberapa cara mudah yang bisa kita pilih untuk tetap aktif bergerak," tuturnya.
Lihat Juga: Inovasi Ultra-Low Contrast PCI Mungkinkan Pemerataan Layanan Kardiovaskular di Indonesia
Dokter sekaligus ahli gizi, dr. Hans Kristian CSN, PN1 mengatakan kolesterol sebenarnya bukan suatu penyakit, akan tetapi bahan baku yang menyerupai lemak dan punya banyak manfaat dalam metabolisme tubuh.
"Bahkan kolesterol diproduksi setidaknya 80 persen oleh tubuh kita sendiri, yang terbesar adalah di liver dan usus halus," kata Hans dalam keterangan resminya.
Dijelaskan, penyakit kolesterol adalah hasil dari penumpukan dan penyumbatan dari pembawa kolesterol (LDL), meskipun jenisnya juga bukan hanya satu.
Dia mengklaim, sampai saat ini belum ada studi ilmiah yang menyatakan bahwa makanan tinggi kolesterol menyebabkan penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung, stroke dan lainnya.
Bahkan, sebaliknya beberapa studi terbaru, salah satunya dari JAMA Internal Medicine 2022 menyatakan tidak ada hubungan konsisten antara kolesterol yang tinggi dan penyakit kardiovaskular .
Ia juga mengungkapkan, semua dari kesimpangsiuran dan minimnya edukasi kesehatan di kalangan masyarakat awam.
"Kolesterol makanan itu berbeda dengan kolesterol dalam darah," ujarnya .
Berikut ini tips menghindari penumpukan LDL yang berlebihan dalam darah:
1. Kurangi asupan gula dan karbohidrat olahan
Selama ini banyak orang yang lebih was-was dengan kolesterol dan lemak makanan, padahal asupan gula dan karbohidrat olahan (mi, roti, kerupuk, keripik, hingga bolu) yang berlebihan inilah yang meningkatkan LDL, trigliserida, dan indikator penyakit kardiovaskular yang lain.Uniknya, gula ini sering tersembunyi dan banyak orang yang tidak menyadari ketika mereka konsumsi menu yang tinggi gula. Bahkan di dalam produk kemasan banyak nama gula yang tidak disebut sebagai gula, misalnya dextrose, maltodextrin, molasses.
"Belum lagi dengan kebiasaan makan orang Indonesia yang pada umumnya tinggi karbohidrat, karena apapun karbohidratnya kecuali serat akan dipecah dalam tubuh menjadi glukosa (gula)," katanya .
2. Hindari makanan yang diproses secara berlebihan (ultra processed food)
Batas berlebihan ini memang yang perlu dipahami, masyarakat karena ada perbedaan mendasar antara makanan yang diproses secara wajar, misalnya soto ayam, ikan bakar, daging rendang. Namun berbeda dengan makanan yang diproses secara berlebihan seperti sosis, nugget, crabstick, bakso dan sebagainya.Ultra processed food ini mempunyai ciri khas bentuknya sudah jauh berbeda dengan bahan baku asalnya, ditambahkan bahan kimia sintetis, dan memiliki rasa yang sangat umami sampai membuat ketagihan.
Dampak dari ultra processed food ini dapat membebani kerja organ liver yang kemudian dapat menganggu metabolisme kolesterol dalam tubuh dan memicu peradangan, salah satunya di jantung dan pembuluh darah.
3. Perhatikan sumber lemak jenuh
Kalau selama ini banyak yang mencap lemak jenuh adalah lemak jahat, faktanya tidak semua lemak jenuh itu berbahaya untuk kesehatan. Lemak jenuh yang berasal dari sumber alami seperti daging merah, virgin coconut oil (VCO), bahkan santan kelapa asli sebenarnya tidak berdampak negatif untuk kesehatan selama dikonsumsi sesuai kebutuhan dan proses pengolahannya benar.Batasan untuk pasien yang sudah memiliki masalah kardiovaskular memang berbeda dengan orang yang sehat secara metabolik.
"Kalau sudah punya masalah kesehatan lebih baik konsultasikan dulu ke dokter dan ahli gizi bagaimana pengaturan asupan lemak yang baik, karena jenis lemak itu banyak dan lemak juga merupakan salah satu makronutrisi yang sangat diperlukan oleh tubuh," ujarnya.
"Alpukat, kacang-kacangan (nuts), biji-bijian (seeds), atau minyak zaitun bisa menjadi sumber lemak pilihan untuk siapapun yang memang perlu membatasi asupan lemak jenuh," tuturnya.
4. Kurangi atau hindari gorengan
Sekalipun menggunakan minyak yang bebas kolesterol atau bahan yang digoreng bebas kolesterol , bukan berarti itu semua tidak meningkatkan kolesterol LDL dalam darah.Karena seperti yang sudah disampaikan dokter Hans sebelumnya, kolesterol makanan itu berbeda dengan kolesterol dalam darah. Salah satu faktor terbesar yang menyebabkan peningkatan LDL adalah peradangan, dan ini kontribusinya sangat besar dari makanan yang digoreng.
Gorengan yang dimaksud di sini adalah deep frying, berbeda dengan metode menumis atau mengoseng (saute / stir fry) dan sebaiknya hindari minyak yang tinggi omega 6 misalnya minyak jagung, minyak kanola, minyak kedelai, dan lainnya.
5. Jangan malas bergerak
Tidak harus melakukan olahraga yang berlebihan meskipun olahraga itu sangat penting. Aktivitas fisik non olahraga pun juga penting untuk diperhatikan terutama bagi orang yang masih belum mampu atau mau berolahraga.Malas bergerak adalah salah satu penyebab gangguan metabolisme tubuh karena ini juga berdampak pada keseimbangan hormonal. Apalagi dengan pola hidup yang serba instan, aktivitas fisik juga memegang peranan yang penting dalam menjaga kadar LDL.
"Perbanyak langkah kaki atau pilih tangga untuk naik turun adalah beberapa cara mudah yang bisa kita pilih untuk tetap aktif bergerak," tuturnya.
Lihat Juga: Inovasi Ultra-Low Contrast PCI Mungkinkan Pemerataan Layanan Kardiovaskular di Indonesia
(tdy)