Film Niti Kaweruh, Kisah Perjuangan Masyarakat Tengger Bromo Hadapi Tantangan Pendidikan

Kamis, 05 Oktober 2023 - 12:59 WIB
loading...
Film Niti Kaweruh, Kisah...
Rachmadi Widdiharto Direktur Guru Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendibudristek, dalam peluncuran film Niti Kaweruh. Foto/Dok INOVASI
A A A
JAKARTA - Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), sebuah kemitraan pendidikan antara Australia-Indonesia baru asaja meluncurkan film dokumenter, berjudul "Niti Kaweruh – Menggapai Harapan di Lereng Bromo". Film ini menggambarkan semangat tak kenal menyerah masyarakat Tengger Bromo dalam menghadapi tantangan pendidikan di daerah yang terpencil.

Peluncuran film ini merupakan bagian dari kegiatan Kunjungan Pemantauan Bersama Implementasi Program INOVASI di Jawa Timur yang berlangsung pada 3-4 Oktober 2023 di Sidoarjo dan Probolinggo. Pemantauan ini melibatkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Agama (Kemenag), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Kedutaan Besar Australia.

Erix Hutasoit Communication Manager INOVASI mengatakan Niti Kaweruh yang menjadi judul film dokumenter ini, diambil dari bahasa Suku Tengger yang artinya mencari ilmu yang bermanfaat. “Ini adalah sebuah kisah inspiratif yang membuktikan bahwa semangat dan tekad dapat mengatasi rintangan melalui dedikasi dan kerja keras. Perjuangan Bersama para pemangku kepentingan dalam membentuk masa depan terang bagi generasi mendatang,” papar Erix.Niti Kaweruh merupakan hasil kerja sama antara INOVASI dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo. Film berdurasi 34 menit ini menceritakan upaya Desa Sariwani 2 dan Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam mengatasi masalah kekurangan guru dan siswa.



Terletak di daerah terpencil yang didominasi oleh Suku Tengger, Desa Sariwani 2 harus menghadapi tantangan pendidikan yang pelik. Akses yang sulit dan kurangnya guru membuat sekolah di puncak Gunung Bromo menjadi 'sekolah kecil.' Namun, melalui pendekatan pembelajaran kelas rangkap (multigrade), mereka berhasil mengatasi hambatan tersebut. Pendekatan ini memungkinkan guru memberikan pembelajaran yang lebih terfokus pada kebutuhan siswa.

Di sisi lain, jumlah anak yang bersekolah di ini semakin hari semakin sedikit. Pertumbuhan populasi yang melambat dan keenganan orangtua untuk menyekolahkan anaknya, membuat sekolah di puncak Gunung Bromo menjadi ‘sekolah kecil’. “Jika dibiarkan terus menerus, anak-anak suku Tengger di Desa Sariwani terancam hilang dari proses pembelajaran. Itu sama artinya, anak-anak ini akan kehilangan masa depan,” ujar Erix.

Masyarakat Desa Sariwani 2 dan pemerintah daerah menjawab tantangan ini dengan menerapkan pembelajaran kelas rangkap (multigrade). Melalui pendekatan ini, keterbatasan guru dan siswa bisa diatasi. Penerapan pembelajaran kelas rangkap, memungkin guru memberikan pembelajaran yang lebih terfokus pada kebutuhan siswa. “Sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih berorientasi menolong siswa, daripada sekadar menuntaskan materi belajar. Seiring waktu pendekatan kelas rangkap ternyata sesuai dengan Kurikulum Merdeka,” ujar Erix.

Film "Niti Kaweruh" tidak hanya memikat dengan aspek sinematografi yang indah, tetapi juga dengan cerita humanis yang menyentuh. Rachmadi Widdiharto Direktur Guru Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud Ristek RI, sangat terkesan dengan keberhasilan pelaksanaan metode kelas rangkap di Kabupaten Probolinggo.



"Film ini menggambarkan bagaimana transformasi pembelajaran, bagaimana mengedukasi masyarakat kita untuk tetap mengedepankan pendidikan dan kearifan lokal. Saya kira luar biasa menyaksikan bagaimana transformasi ini bisa dilakukan. Kita juga telah menyaksikan bagaimana INOVASI membuat semacam terobosan dengan multigrade teaching, “papar Rachmadi.
Lebih lanjut Rachmadi mengatakan jika dikaitkan dengan Kurikulum Merdeka , multigrade dapat memastikan keberlanjutan pembelajaran (learning continue) meskipun ada keterbatasan-keterbatasan. “Kalau kita coba kaitkan dengan Kurikulum Merdeka ini akan mengawal learning journey anak-anak kita,” ujarnya.

Film ini juga menyoroti peran penting orang tua dalam mendorong anak-anak mereka untuk bersekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Orang tua yang dulu menjemput anaknya di sekolah untuk diajak ke pasar atau ladang ataupun aktivitas lainnya, kini mendorong anak-anaknya untuk bersekolah hingga ke tingkat yang lebih atas.

Rachmadi menekankan pentingnya melanjutkan program bersama INOVASI untuk menguatkan ekosistem perbaikan kualitas pendidikan di Pemkab Probolinggo.Heri Sulistyanto Plt Sekretaris Daerah Kabupaten Probolinggo, menyatakan komitmennya untuk melanjutkan program ini di masa mendatang dan menciptakan program "Ayo Kembali ke Sekolah" guna meningkatkan keaktifan siswa di sekolah.

Pemkab Probolinggo bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk institusi keagamaan dan masyarakat, untuk mewujudkan cita-cita ini. Mereka juga telah melantik kepala sekolah baru untuk mengisi kekosongan jabatan di 352 sekolah.
Film "Niti Kaweruh - Menggapai Harapan di Lereng Bromo" adalah sebuah cerminan inspiratif tentang bagaimana semangat dan dedikasi dapat mengubah pendidikan di daerah terpencil. Program INOVASI bersama dengan Pemkab Probolinggo dan kabupaten lainnya di Indonesia akan terus berupaya menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

MG/Theresa Grace Nadia
(wur)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1494 seconds (0.1#10.140)