5 Penyakit yang Berisiko Diidap Wanita usai Menopause
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah penyakit berisiko diidap wanita usai menopause . Wanita yang tidak memiliki masalah kesehatan sebelum menopause dapat menghadapi lebih banyak masalah setelah melalui perubahan tersebut.
Selain hilangnya estrogen, terjadi perubahan lain dalam tubuh yang dapat membahayakan kesehatan atau penyakit setelah menopause . Misalnya, tekanan darah, kolesterol jahat, dan trigliserida.
Meskipun setiap wanita menghadapi risiko unik berdasarkan genetika dan faktor lainnya, ada baiknya Anda memperhatikan cara melindungi diri dari penyakit yang dapat meningkatkan risiko setelah menopause.
Berikut penyakit yang berisiko diidap wanita usai menopause dilansir dari Everyday Health, Selasa (24/10/2023).
Wanita sering berpikir kanker payudara adalah ancaman terbesar mereka, namun bahaya paling signifikan yang dihadapi setelah menopause sebenarnya adalah penyakit jantung. Hampir sepertiga wanita mengidap penyakit kardiovaskular, dan tingkat serangan jantung pada wanita mulai meningkat sekitar satu dekade setelah menopause.
Alasan utamanya adalah estrogen membantu menjaga pembuluh darah tetap fleksibel, sehingga berkontraksi dan melebar untuk mengakomodasi aliran darah. Begitu estrogen berkurang, manfaat ini hilang. Ditambah dengan perubahan lain, seperti peningkatan tekanan darah yang dapat menebalkan dinding arteri, jantung wanita tiba-tiba menjadi rentan.
Wanita empat kali lebih mungkin terkena osteoporosis dibandingkan pria, yaitu penyakit di mana tulang menjadi tipis dan lemah serta lebih mudah patah. Ini berdasarkan penelitian yang diterbitkan pada Mei 2017 di Journal of Clinical Medicine Research.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), sebelum menopause, tulang wanita dilindungi oleh estrogen, tetapi pada tahun sebelum periode menstruasi terakhir dan berlanjut selama sekitar tiga tahun setelahnya, pengeroposan tulang terjadi dengan cepat.
Menopause mempunyai pengaruh yang pasti terhadap metabolisme seorang wanita. Menurut penelitian dari SWAN yang diterbitkan pada Maret 2019 di jurnal JCI Insight, menopause menyebabkan tubuh Anda bertambah gemuk dan kehilangan massa jaringan tanpa lemak kira-kira dua tahun sebelum periode menstruasi terakhir hingga dua tahun memasuki masa menopause.
Setelah menopause, penurunan kadar estrogen dapat menyebabkan jaringan vagina menjadi lebih tipis dan kering. Hal ini dapat memudahkan bakteri berkembang biak, yang pada akhirnya dapat menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK).
Meskipun risiko ISK pada wanita bergantung pada faktor individu, seperti kesehatan secara keseluruhan, kejadian ISK umumnya meningkat seiring bertambahnya usia. Pada wanita di atas usia 65 tahun, angka kejadiannya kira-kira dua kali lipat dibandingkan wanita segala usia.
Kesulitan mengendalikan kandung kemih bisa dimulai pada perimenopause dan berlanjut selama bertahun-tahun setelahnya. Di mana sekitar separuh wanita pascamenopause mengalami inkontinesja urine.
Jenis yang paling umum adalah inkontinensia urin karena stres, di mana batuk, bersin, atau aktivitas fisik menyebabkan kebocoran. Inkontinensia urgensi terjadi ketika kebocoran disertai dengan keinginan yang tidak terkendali untuk segera ke kamar mandi. Banyak wanita yang mengalami keduanya.
Dikirim dari iPhone saya
Selain hilangnya estrogen, terjadi perubahan lain dalam tubuh yang dapat membahayakan kesehatan atau penyakit setelah menopause . Misalnya, tekanan darah, kolesterol jahat, dan trigliserida.
Meskipun setiap wanita menghadapi risiko unik berdasarkan genetika dan faktor lainnya, ada baiknya Anda memperhatikan cara melindungi diri dari penyakit yang dapat meningkatkan risiko setelah menopause.
Penyakit yang Berisiko Diidap Wanita usai Menopause
Berikut penyakit yang berisiko diidap wanita usai menopause dilansir dari Everyday Health, Selasa (24/10/2023).
1. Penyakit Jantung
Wanita sering berpikir kanker payudara adalah ancaman terbesar mereka, namun bahaya paling signifikan yang dihadapi setelah menopause sebenarnya adalah penyakit jantung. Hampir sepertiga wanita mengidap penyakit kardiovaskular, dan tingkat serangan jantung pada wanita mulai meningkat sekitar satu dekade setelah menopause.
Alasan utamanya adalah estrogen membantu menjaga pembuluh darah tetap fleksibel, sehingga berkontraksi dan melebar untuk mengakomodasi aliran darah. Begitu estrogen berkurang, manfaat ini hilang. Ditambah dengan perubahan lain, seperti peningkatan tekanan darah yang dapat menebalkan dinding arteri, jantung wanita tiba-tiba menjadi rentan.
2. Osteoporosis
Wanita empat kali lebih mungkin terkena osteoporosis dibandingkan pria, yaitu penyakit di mana tulang menjadi tipis dan lemah serta lebih mudah patah. Ini berdasarkan penelitian yang diterbitkan pada Mei 2017 di Journal of Clinical Medicine Research.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), sebelum menopause, tulang wanita dilindungi oleh estrogen, tetapi pada tahun sebelum periode menstruasi terakhir dan berlanjut selama sekitar tiga tahun setelahnya, pengeroposan tulang terjadi dengan cepat.
3. Berat Badan Bertambah
Menopause mempunyai pengaruh yang pasti terhadap metabolisme seorang wanita. Menurut penelitian dari SWAN yang diterbitkan pada Maret 2019 di jurnal JCI Insight, menopause menyebabkan tubuh Anda bertambah gemuk dan kehilangan massa jaringan tanpa lemak kira-kira dua tahun sebelum periode menstruasi terakhir hingga dua tahun memasuki masa menopause.
4. Infeksi Saluran Kemih
Setelah menopause, penurunan kadar estrogen dapat menyebabkan jaringan vagina menjadi lebih tipis dan kering. Hal ini dapat memudahkan bakteri berkembang biak, yang pada akhirnya dapat menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK).
Meskipun risiko ISK pada wanita bergantung pada faktor individu, seperti kesehatan secara keseluruhan, kejadian ISK umumnya meningkat seiring bertambahnya usia. Pada wanita di atas usia 65 tahun, angka kejadiannya kira-kira dua kali lipat dibandingkan wanita segala usia.
5. Inkontinensia Urine
Kesulitan mengendalikan kandung kemih bisa dimulai pada perimenopause dan berlanjut selama bertahun-tahun setelahnya. Di mana sekitar separuh wanita pascamenopause mengalami inkontinesja urine.
Jenis yang paling umum adalah inkontinensia urin karena stres, di mana batuk, bersin, atau aktivitas fisik menyebabkan kebocoran. Inkontinensia urgensi terjadi ketika kebocoran disertai dengan keinginan yang tidak terkendali untuk segera ke kamar mandi. Banyak wanita yang mengalami keduanya.
Dikirim dari iPhone saya
(dra)