Wanita di Gaza Terpaksa Minum Pil Penunda Menstruasi Akibat Krisis Air dan Pembalut

Sabtu, 04 November 2023 - 18:00 WIB
loading...
Wanita di Gaza Terpaksa Minum Pil Penunda Menstruasi Akibat Krisis Air dan Pembalut
Banyak wanita di Jalur Gaza meminum pil penunda menstruasi di tengah konflik Israel dan Palestina. Kondisi ini disebabkan karena tidak adanya air dan pembalut. Foto/Getty Images
A A A
JAKARTA - Banyak wanita di Jalur Gaza meminum pil penunda menstruasi di tengah konflik Israel dan Palestina . Kondisi ini disebabkan karena tidak adanya akses terhadap air dan pembalut.

Dilansir dari Al Jazeera, Sabtu (4/11/2023) kondisi tempat tinggal yang terlalu padat, dan kurangnya akses terhadap air dan produk kebersihan menstruasi seperti pembalut wanita dan tampon, membuat wanita di Jalur Gaza mengonsumsi pil penunda menstruasi , tablet norethisterone.

Pil tersebut biasanya diresepkan untuk kondisi seperti perdarahan menstruasi yang parah, endometriosis, dan nyeri haid. Selain itu, obat tersebut biasanya digunakan untuk menghindari rasa tidak nyaman dan nyeri saat menstruasi.

Konsultan medis kebidanan dan ginekologi di Nasser Medical Complex di selatan kota Khan Younis Dr Walid Abu Hatab mengatakan pil ini bekerja dengan cara menjaga kadar hormon progesteron tetap tinggi untuk menghentikan rahim melepaskan lapisannya. Sehingga menunda menstruasi.



Pil tersebut memiliki efek samping seperti pendarahan vagina yang tidak teratur, mual, perubahan siklus menstruasi, pusing dan perubahan suasana hati. Namun beberapa wanita seperti Salma Khaled mengatakan mereka tidak punya pilihan selain mengambil risiko di tengah gencarnya Israel pemboman dan blokade Jalur Gaza.

Salma meninggalkan rumahnya di lingkungan Tel al-Hawa di Kota Gaza dua minggu lalu dan tinggal di rumah kerabatnya di kamp pengungsi Deir el-Balah di Gaza tengah. Wanita berusia 41 tahun ini mengatakan bahwa dia terus-menerus berada dalam ketakutan, ketidaknyamanan dan depresi, yang berdampak buruk pada siklus menstruasinya.

“Saya mengalami hari-hari tersulit dalam hidup saya selama perang ini. Saya mendapat menstruasi dua kali dalam bulan ini yang sangat tidak teratur bagi saya dan mengalami pendarahan hebat," kata Salma.

Salma mengatakan tidak tersedia cukup pembalut di beberapa toko dan apotek yang masih buka. Sementara itu, berbagi rumah dengan puluhan kerabat di tengah kekurangan air telah membuat kebersihan rutin menjadi sebuah kemewahan. Penggunaan kamar mandi harus dijatah, dan mandi dibatasi beberapa hari sekali.



Apotek dan toko sama-sama menghadapi berkurangnya persediaan karena pengepungan total yang diberlakukan oleh Israel menyusul serangan oleh sayap bersenjata kelompok Palestina Hamas. Selain itu, pemboman Israel terhadap jalan-jalan utama di Jalur Gaza telah membuat pengangkutan produk-produk medis menjadi terhambat.

Tanpa sarana untuk mengatur menstruasinya seperti biasanya, Salma memutuskan untuk mencoba mencari pil agar tidak menstruasi. Meskipun pembalut wanita banyak diminati dan sulit ditemukan, pil penunda menstruasi umumnya lebih banyak tersedia di beberapa apotek karena jarang digunakan.

“Saya meminta putri saya pergi ke apotek dan membeli pil penunda menstruasi," jelasnya.

"Mungkin perang ini akan segera berakhir dan saya tidak perlu menggunakannya lebih dari sekali," pungkasnya.

(dra)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2089 seconds (0.1#10.140)