Pameran 'Jalur Rempah: Rumah Rempah Dunia' Ajak Generasi Muda Telusuri Jejak Komoditas Nusantara yang Mendunia

Minggu, 10 Desember 2023 - 12:21 WIB
loading...
Pameran Jalur Rempah: Rumah Rempah Dunia Ajak Generasi Muda Telusuri Jejak Komoditas Nusantara yang Mendunia
Museum dan Cagar Budaya (MCB) atau dikenal dengan Indonesian Heritage Agency (IHA) menggelar pameran bertajuk Jalur Rempah: Rumah Rempah Dunia. Acara berlangsung di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, pada 9-31 Desember 2023. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Museum dan Cagar Budaya (MCB) atau dikenal dengan Indonesian Heritage Agency (IHA) menggelar pameran bertajuk “Jalur Rempah: Rumah Rempah Dunia”. Acara berlangsung di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, pada 9-31 Desember 2023.

Penyelenggaraan pameran ini berangkat dari gagasan untuk menarasi ulang sejarah perjalanan dan perdagangan rempah Nusantara, mengisahkan mengenai proses penyebarannya yang sudah terjadi jauh sebelum bangsa Eropa melakukan pencarian dan ekspedisi rempah ke wilayah Indonesia.

Rempah menyebar melampaui batas ruang dan waktu. Rempah telah ditemukan di dalam tubuh dan makam raja-raja Mesir Kuno sejak abad ke-13 SM, hingga hadir dalam sepiring hidangan yang kita nikmati hari ini.

Indonesia sendiri melahirkan berbagai jenis rempah raja seperti cengkih, pala, dan cendana yang menjadi komoditas utama. Pada masanya, komoditas rempah-rempah ini bernilai lebih mahal daripada emas.

Banyaknya artefak, catatan sejarah, dan keunikan budaya dari masa lalu menggambarkan aktivitas masa lampau masyarakat Nusantara yang membangun jalur perdagangan global yang disebut Jalur Rempah (Spice Routes). Jalur Rempah memiliki nilai sejarah penting yang dapat menjadi wawasan berguna untuk perkembangan perdagangan global.

Untuk itu, pada 2017 Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI (Kemendikbudristek RI) telah menginisiasi pengusulan Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia ke UNESCO.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek RI Hilmar Farid memaparkan, sejarah Jalur Rempah dari masa ke masa merupakan contoh nyata bahwa diplomasi budaya telah dipraktikkan di segala lini oleh individu, komunitas masyarakat, hingga tingkat negara.

"Jalur Rempah dapat menjadi pijakan dalam melihat kembali berbagai kemungkinan kerja sama antarbangsa untuk mewujudkan persaudaraan dan perdamaian global,” katanya di Jakarta, Sabtu (9/12/2023).

Hilmar menambahkan, upaya pengajuan Jalur Rempah sebagai Warisan Dunia UNESCO ditargetkan untuk tercapai pada 2024. Keberhasilan upaya ini bakal membutuhkan usaha bersama untuk melindungi, mengembangkan, memanfaatkan, memelihara, dan mengedukasi generasi mendatang tentang pentingnya Jalur Rempah.

Berangkat dari semangat untuk bersama-sama mengantarkan Jalur Rempah menjadi warisan budaya dunia, MCB bersama unit Museum Nasional Indonesia dan Museum Kebangkitan Nasional berkolaborasi dengan berbagai ahli dan pihak seperti Culture Lab Consultancy (CLC), Yayasan Negeri Rempah, dan Cukup Cakap menghadirkan Pameran “Jalur Rempah: Rumah Rempah Dunia” untuk mengedukasi publik khususnya generasi muda tentang arti penting Jalur Rempah, dengan menghadirkan tata pamer dan berbagai kegiatan menarik.

Ahmad Mahendra selaku Pelaksana Tugas Kepala MCB/IHA menjelaskan, melalui proses kuratorial bersama-sama dengan para pakar dan komunitas yang memang ahli di bidang ini, pameran akan menceritakan kisah perkembangan ekonomi, politik, dan ilmu pengetahuan yang didorong oleh Jalur Rempah.

"Kami harap dengan penyajian yang memiliki nilai-nilai baru ini dapat mempertegas nilai sejarah dan warisan budaya Nusantara kita, Jalur Rempah, yang tidak ternilai harganya," ungkap dia.

Pameran ini menghadirkan enam instalasi utama yang terdiri atas Area Koleksi Jalur Rempah, Replika Bas Relief Borobudur, Herbarium Tanaman Rempah, Instalasi Peta Interaktif Jalur Rempah, Panel Aplikasi Rempah Internasional, dan Instalasi Interaktif Replika Kapal Borobudur.

Objek yang ditampilkan dalam pameran berjumlah 35 buah, mulai dari prasasti dan mata uang kuno hingga benda kehidupan sehari-hari seperti pipisan-gandik (untuk mengolah jamu dan obat-obatan tradisional), serta gahi-gahi (tongkat pemetik pala) dan tukiri (keranjang) yang masih digunakan pada perkebunan pala saat ini.

Pameran juga mengedepankan aspek interaktivitas dan partisipatif. Pengunjung dari berbagai kalangan usia berkesempatan berinteraksi dengan macam-macam instalasi seperti menghirup aroma rempah, merasakan berlayar di samudera dengan replika Kapal Borobudur, dan masih banyak lagi.

Sepanjang pameran akan diadakan berbagai program publik yang melibatkan para pelajar, mahasiswa/i, komunitas rempah, penggiat budaya, dan publik secara umum.

Untuk mengunjungi pameran ini, publik dapat membeli tiket dengan tarif Rp2.000 buat dewasa dan Rp1.000 bagi anak-anak melalui situs Museum Kebangkitan Nasional.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1769 seconds (0.1#10.140)