Dokter Anak Tak Rekomendasikan Pemberian Susu Kemasan untuk Cegah Stunting, Ini Alasannya

Kamis, 14 Desember 2023 - 10:57 WIB
loading...
Dokter Anak Tak Rekomendasikan...
Pencegahan stunting dan gizi buruk pada anak bisa dimulai dari kehamilan ibu sampai anak lahir. Foto Ilustrasi/Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Calon Wakil Presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, memiliki program untuk mencegah stunting anak Indonesia. Salah satu yang akan dilakukannya adalah memberi makan siang gratis untuk anak sekolah serta susu gratis bagi ibu hamil.

Salah satu Dokter Spesialis Anak, dr. Harun Albar, SpA M.kes, menyampaikan tanggapannya terkait program tersebut.

Sebagai dokter anak, dia menyarankan kepada siapa pun yang menjadi pemimpin negara tidak hanya memberi makan siang gratis, tapi juga memenuhi asupan protein dan lemak hewani.



"Besar harapan gue kepada mereka (pemimpin negara) untuk prioritaskan kesehatan mental maupun fisik anak dan ibu. Berhubung gue dokter anak, ya gue pengen protein dan lemak hewani menjadi concern ke depan. Karena itu makronutrien utama untuk mencegah stunting dan gizi buruk," ujar dr Harun, dikutip dari akun X @harun_albar, Kamis (14/12/2023).

Menurut dr Harun, pencegahan stunting dan gizi buruk pada anak bisa dimulai dari kehamilan ibu sampai anak lahir. Ini mesti menjadi fokus utama.

"Tentunya, ini harus kolaborasi, tidak hanya pada Kementerian Kesehatan," tambahnya.

Untuk pemberian susu gratis sendiri, dr Harun tidak menyarankan pemberian susu kemasan, sebab gulanya sangat tinggi dan dapat mengganggu zat gizi dari makanan untuk anak.

"Susu kemasan gratis ke anak di bawah 2 tahun itu akan ganggu anak belajar mengunyah makanan. Kalau ada program ini, diutamakan susu segar dari sapi atau raw milk, bukan kemasan ya," jelasnya.



Dokter Harun mengatakan, boleh saja memberi susu gratis asalkan memperketat juga regulasi terkait gulanya. Namun menurutnya, ketimbang memberi susu, lebih baik dialihkan ke makanan seperti telur.

"Oh ya kita pernah swasembada bahan pangan terutama beras yang notabene karbohidrat, tapi belum pernah ada untuk protein hewani agar tidak impor. Padahal ini juga bisa sekaligus memberdayakan para peternak dan nelayan untuk produksi kambing, sapi, ayam, ikan secara lokal," paparnya.

"Ayo menjadikan protein hewani produk dalam negeri!Memperpendek birokrasi dari peternak dan nelayan hingga ke dapur ibu, sehingga harga menjadi lebih ramah kantong. Ini merupakan program nasional untuk mencapai generasi sehat dan cerdas untuk generasi emas di tahun 2045. Yok, lebih concern lagi soal gizi ibu dan anak buat cegah stunting," tutup dr Harun.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2214 seconds (0.1#10.140)