CERMIN: Amanda Nell Eu dan Eksperimennya soal Menstruasi
loading...
A
A
A
Sayangnya memang Amanda belum mencapai level yang dilalui David. Atau memang ia sebenarnya tak sedang mencoba menjadi David, entahlah. Namun ini membuat Tiger Stripes menjadi serba tanggung. Di satu sisi, Amanda mencoba bereksperimen seliar yang ia bisa capai. Zaffan yang berubah menjadi semacam harimau jadi-jadian mengingatkan kita pada kepercayaan yang diyakini masyarakat Melayu.
![CERMIN: Amanda Nell Eu dan Eksperimennya soal Menstruasi]()
Foto: Ghost Grrrl Pictures
Di sisi lain, Amanda juga ingin menyentil bagaimana masyarakat memandang supranatural dari sudut pandang seorang ustaz. Dalam hal ini, kita memang tertawa terkekeh melihat bagaimana absurd-nya ustaz itu bekerja untuk menyembuhkan Zaffan yang dianggap sakit. Padahal mungkin saja yang sakit sesungguhnya masyarakat.
Dengan terlalu banyaknya yang ingin digapai oleh Amanda dalam film panjang perdananya ini memang sempat membuat Tiger Stripes seperti kehilangan arah. Tapi jika ingin menikmatinya sebagai bagian dari film eksperimental, maka bisa jadi kita akan menemukan keasyikan yang magis di dalamnya. Seperti penggunaan elemen musik latar berirama disko yang mungkin terdengar kampungan tapiternyata bisa bekerja dengan baik dalam film ini.
Tahun 2023 bisa jadi adalah tahun yang menarik bagi perfilman Malaysia. Selain Tiger Stripes yang meraih Grand Jury Prize dalam Cannes Critics Week, juga ada La Luna yang menyentil bagaimana bablasnya pemahaman agama di tangan seorang oknum ulama. Ciri agama menjadi khas dan penting dalam kedua film di atas sebagaimana yang memang mewarnai keseharian masyarakat Malaysia.
![CERMIN: Amanda Nell Eu dan Eksperimennya soal Menstruasi]()
Foto: Ghost Grrrl Pictures
Namunbukan berarti membuat sineasnya melulu berpikir untuk sekadar memproduksi film religi yang sarat dakwah dan pesan. Paling tidak Amanda mencoba mencelat dari kebiasaan dan ingin memperlihatkan sebuah sisi yang selama ini mungkin jarang dieksplorasi oleh sinema Malaysia.
Saya membayangkan tahun depan ada sutradara perempuan pendatang baru di perfilman nasional yang seberani, senekat, dan segila Amanda dalam menyajikan film dengan pendekatan eksperimental yang belum pernah kita lihat. Seorang sutradara perintis yang dengan gagah berani menyajikan isu-isu yang dekat dengan perempuan dan bisa dilihat dengan sudut pandang tak terbayangkan olehnya.
Paling tidak sekali dalam sedekade, kita memerlukan datangnya mereka yang berani menantang arus besar. Saya percaya perempuan punya kecakapannya sendiri dalam soal penyutradaraan sebagaimana yang dikemukakan Sutradara Terbaik Academy Awards 2022, Jane Campion. “There is a different kind of vulnerability when a woman is directing”.

Foto: Ghost Grrrl Pictures
Di sisi lain, Amanda juga ingin menyentil bagaimana masyarakat memandang supranatural dari sudut pandang seorang ustaz. Dalam hal ini, kita memang tertawa terkekeh melihat bagaimana absurd-nya ustaz itu bekerja untuk menyembuhkan Zaffan yang dianggap sakit. Padahal mungkin saja yang sakit sesungguhnya masyarakat.
Dengan terlalu banyaknya yang ingin digapai oleh Amanda dalam film panjang perdananya ini memang sempat membuat Tiger Stripes seperti kehilangan arah. Tapi jika ingin menikmatinya sebagai bagian dari film eksperimental, maka bisa jadi kita akan menemukan keasyikan yang magis di dalamnya. Seperti penggunaan elemen musik latar berirama disko yang mungkin terdengar kampungan tapiternyata bisa bekerja dengan baik dalam film ini.
Tahun 2023 bisa jadi adalah tahun yang menarik bagi perfilman Malaysia. Selain Tiger Stripes yang meraih Grand Jury Prize dalam Cannes Critics Week, juga ada La Luna yang menyentil bagaimana bablasnya pemahaman agama di tangan seorang oknum ulama. Ciri agama menjadi khas dan penting dalam kedua film di atas sebagaimana yang memang mewarnai keseharian masyarakat Malaysia.

Foto: Ghost Grrrl Pictures
Namunbukan berarti membuat sineasnya melulu berpikir untuk sekadar memproduksi film religi yang sarat dakwah dan pesan. Paling tidak Amanda mencoba mencelat dari kebiasaan dan ingin memperlihatkan sebuah sisi yang selama ini mungkin jarang dieksplorasi oleh sinema Malaysia.
Saya membayangkan tahun depan ada sutradara perempuan pendatang baru di perfilman nasional yang seberani, senekat, dan segila Amanda dalam menyajikan film dengan pendekatan eksperimental yang belum pernah kita lihat. Seorang sutradara perintis yang dengan gagah berani menyajikan isu-isu yang dekat dengan perempuan dan bisa dilihat dengan sudut pandang tak terbayangkan olehnya.
Paling tidak sekali dalam sedekade, kita memerlukan datangnya mereka yang berani menantang arus besar. Saya percaya perempuan punya kecakapannya sendiri dalam soal penyutradaraan sebagaimana yang dikemukakan Sutradara Terbaik Academy Awards 2022, Jane Campion. “There is a different kind of vulnerability when a woman is directing”.
Lihat Juga :