Alasan WHO Larang Vape, Bikin Kecanduan hingga Pengaruhi Otak
loading...
A
A
A
Bahkan, menurut beberapa sumber, Anda lebih rentan menyerap banyak nikotin saat vaping.
Melansir American Lung Association, kebanyakan orang dewasa mulai merokok pada usia 18 tahun bahkan lebih muda. Hal ini juga yang menyebabkan kecanduan semakin kuat.
Sebuah studi menyebutkan bahwa jika seseorang mulai mengonsumsi nikotin pada usia yang sangat muda, kemungkinan kecanduannya akan semakin kuat.
Menurut K. Vendrell Rankin, pimpinan Texas A&M University Baylor College of Dentistry’s Tobacco Treatment Services, setiap orang memiliki reseptor nikotin di dalam otak.
Imbasnya, ketika Anda mulai merokok atau vaping, reseptor ini akan memberikan respons peningkatan kebutuhan akan nikotin. Jadi, saat Anda berhenti merokok atau vaping, reseptor itu tidak akan ikut menghilang juga.
Meski kandungan vape bebas dari tembakau, nikotin tetap cepat meningkatkan ketergantungan. Hal ini disebabkan karena nikotin dalam bentuk apa pun dapat memicu melepaskan neurotransmitter seperti adrenalin dan dopamine, yang memiliki dampak pada sistem tubuh.
Dopamine yang mempengaruhi otak dapat menyebabkan ingin nikotin lebih banyak lagi. Bahkan, menurut studi Harvard yang dikutip oleh situs Medical Daily mengungkapkan, bahwa ada zat lain yang juga aditif, yakni pyrazine.
Pyrazine juga dapat memperkuat kualitas nikotin. Zat tersebut juga ditemukan pada rokok elektrik.
Lihat Juga: Mengenal Child Grooming dari Latifah X, Mama Muda yang Punya 7 Anak dengan Suami Berjarak 21 Tahun
Melansir American Lung Association, kebanyakan orang dewasa mulai merokok pada usia 18 tahun bahkan lebih muda. Hal ini juga yang menyebabkan kecanduan semakin kuat.
Sebuah studi menyebutkan bahwa jika seseorang mulai mengonsumsi nikotin pada usia yang sangat muda, kemungkinan kecanduannya akan semakin kuat.
Menurut K. Vendrell Rankin, pimpinan Texas A&M University Baylor College of Dentistry’s Tobacco Treatment Services, setiap orang memiliki reseptor nikotin di dalam otak.
Imbasnya, ketika Anda mulai merokok atau vaping, reseptor ini akan memberikan respons peningkatan kebutuhan akan nikotin. Jadi, saat Anda berhenti merokok atau vaping, reseptor itu tidak akan ikut menghilang juga.
Meski kandungan vape bebas dari tembakau, nikotin tetap cepat meningkatkan ketergantungan. Hal ini disebabkan karena nikotin dalam bentuk apa pun dapat memicu melepaskan neurotransmitter seperti adrenalin dan dopamine, yang memiliki dampak pada sistem tubuh.
Dopamine yang mempengaruhi otak dapat menyebabkan ingin nikotin lebih banyak lagi. Bahkan, menurut studi Harvard yang dikutip oleh situs Medical Daily mengungkapkan, bahwa ada zat lain yang juga aditif, yakni pyrazine.
Pyrazine juga dapat memperkuat kualitas nikotin. Zat tersebut juga ditemukan pada rokok elektrik.
Lihat Juga: Mengenal Child Grooming dari Latifah X, Mama Muda yang Punya 7 Anak dengan Suami Berjarak 21 Tahun
(tdy)