Kalimantan Timur Jadi Daerah Pertama yang Lakukan Program Vaksinasi DBD, 19 Ribu Dosis Siap Dibagikan

Sabtu, 13 Januari 2024 - 19:05 WIB
loading...
Kalimantan Timur Jadi Daerah Pertama yang Lakukan Program Vaksinasi DBD, 19 Ribu Dosis Siap Dibagikan
Program Vaksinasi DBD yang diluncurkan Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, pada 12 November 2023. Foto Ilustrasi/iStock
A A A
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat dalam 47 pekan tahun 2023 (periode Januari-November), terdapat 83.302 kasus DBD di 465 kab/kota di 34 provinsi dengan angka kematian 574 kasus. Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu daerah endemik dengue di Indonesia dengan beban yang tinggi.

Pada 2022, mengalami peningkatan kasus hampir di 10 kabupaten/kota dengan IR 58,2/100.000 dan CFR sebesar 0,66% yang masih jauh dari target pemerintah dalam menurunkan beban dengue hingga IR <10/100.000. Sepanjang tahun 2022, telah terjadi 2 KLB dengue serta peningkatan 2 kali lipat kasus dengue dibandingkan tahun sebelumnya.

Kasus dengue berdampak pada masyarakat dari berbagai kelompok usia di seluruh wilayah Kalimantan Timur. Dinas Kesehatan Kalimantan Timur telah mengupayakan Program PSN 3M Plus serta penguatan program G1R1J di seluruh jangkauan komunitas masyarakat Kalimantan, namun terkendala masalah konsistensi & kesinambungan sehingga perlu adanya upaya lain seperti inovasi pencegahan yang terintegrasi. Menimbang hal tersebut, pemerintahan Kalimantan Timur mendukung inovasi terbaru, program pilot Wolbachia di Bontang dan Vaksinasi DBD di Balikpapan.



Direktur Jenderal Pencegahan Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, mengatakan, untuk dapat menekan angka kejadian dengue di Indonesia, diperlukan pelaksanaan strategi yang menyeluruh dan sistematis. Untuk itu, pihaknya melihat penguatan sistem dan data menjadi kunci yang akan dapat mengantarkan Indonesia kepada tujuan bersama ‘nol kematian akibat dengue’ di tahun 2030.

“Tapi tentunya hal ini tidak lepas dari perlunya sinergi yang kuat antara berbagai pihak, baik pemerintah maupun sektor swasta,” ujar dr Maxi dalam keterangan resminya, Sabtu (13/1/2024).

Sehubungan dengan hal tersebut, Kemenkes RI telah meluncurkan Aplikasi Sistem Informasi Arbovirosis (SIARVI) pada Februari 2023, yang ke depannya akan menjadi alat bantu kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan surveilans dengue dan Arbovirosis lainnya yang dapat menampilkan data real time.

Di sisi lain, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht mengatakan selain memperkuat pengumpulan dan validasi data persebaran dengue di Indonesia, diperlukan juga intervensi inovasi guna menurunkan angka kejadian dengue.

“Seperti kita ketahui, sampai saat ini belum ada obat yang spefisik untuk menyembuhkan dengue. Oleh karena itu, Takeda berkomitmen untuk memerangi dengue dengan membuka akses yang luas terhadap inovasi pencegahan dengue,” jelas Andreas.

“Dalam hal ini, kami turut menggandeng Bio Farma sebagai mitra, untuk bersama-sama melindungi lebih banyak masyarakat dari bahaya dengue,” sambung Andreas.

Sementara itu, Direktur Utama Bio Farma Shadiq Akasya menyampaikan, salah satu program yang mendukung pencapaian ‘nol kematian akibat dengue 2030’ adalah Program Vaksinasi DBD yang diluncurkan Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, pada 12 November 2023.

“Ini merupakan pertama kalinya program vaksinasi untuk DBD dilakukan di Indonesia, dan sebanyak lebih dari 19.000 dosis kami alokasikan untuk Kalimantan Timur. Kami melihat ini adalah sebuah momentum bagi Indonesia untuk menurunkan angka kasus DBD dan mendekati tujuan ‘nol kematian akibat dengue’ di tahun 2030,” bebernya.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, dr. H. Jaya Mualimin, SpKJ, M.Kes, MARS menyambut baik kerja sama inovasi dalam pencegahan dengue untuk menurunkan angka kejadian dengue di masyarakat.

“Kami bangga dapat menjadi perintis dalam melakukan program vaksinasi DBD yang akan diberikan kepada 9.800 anak SD/MI kelas 3, 4, dan 6 di dua wilayah yaitu Balikpapan Utara dan Balikpapan Tengah. Hal ini kami lakukan mengingat berdasarkan data, angka kematian akibat dengue di Kalimantan Timur lebih banyak terjadi pada anak-anak usia sekolah,” tutup dr Jaya Mualimin.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4100 seconds (0.1#10.140)