Apa yang Terjadi Jika Orang Tua Sering Memarahi Anak?

Sabtu, 24 Februari 2024 - 16:00 WIB
loading...
Apa yang Terjadi Jika Orang Tua Sering Memarahi Anak?
Jika orang tua sering memarahi anak, ada berbagai konsekuensi negatif. Dampak yang ditimbulkan pun signifikan memengaruhi perkembangan dan kesejahteraan mereka. Foto/Istock Photo
A A A
JAKARTA - Jika orang tua sering memarahi anak , ada berbagai konsekuensi negatif yang mungkin terjadi. Dampak yang ditimbulkan pun signifikan memengaruhi perkembangan dan kesejahteraan mereka.

Salah satunya adalah kerusakan emosional. Di mana anak akan mengalami kerusakan emosional seperti perasaan tidak aman, cemas, dan depresi. Mereka merasa tidak dihargai dan merasa bahwa mereka selalu salah.

Memarahi anak secara berulang dapat merendahkan kepercayaan diri si kecil. Kebiasaan ini menyebabkan mereka menjadi ragu-ragu tentang kemampuan yang dimiliki dan kurang berani mencoba hal baru.

Selain itu, anak-anak yang sering dimarahi juga sering menunjukkan perilaku agresif baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Mereka mungkin belajar bahwa marah adalah cara yang diterima untuk mengekspresikan emosi.



“Yang pertama anak akan mengikuti sikap agresif atau sikap marah orang tua ke orang lain. Mungkin tidak ke orang tua melainkan ke teman, saudara atau orang lain disekitarnya,” kata dr Hendra Sp.A selaku dokter spesialis anak dikutip dari akun TikTok @bicarasikecil, Sabtu (24/2/2024).

Memarahi anak juga menyebabkan gangguan dalam hubungan. Hubungan antara orang tua dan anak dapat menjadi tegang dan terganggu karena seringnya marah. Anak akan merasa takut atau menjauh dari orang tua, dan hubungan yang seharusnya hangat dan mendukung dapat terpengaruh.

Marah yang berulang juga perlu diwaspadai. Ini karena dapat mengganggu kemampuan anak untuk berkonsentrasi dan belajar. Mereka akan merasa cemas atau stres di sekitar orang tua, dan ini dapat mempengaruhi kinerja akademis.

Sehingga saat anak berbohong karena takut dimarahi, mereka akan berpikir bahwa orang tua tidak akan tahu apa yang dilakukan. Anak kemudian merasa aman dan tidak mendapat omelan dari orang tua.



"Jangan sampai deh, kalau kita semakin keras kepada si kecil maka semakin keras juga hatinya si kecil," jelasnya.

"Yang nantinya si kecil akan menjadi pribadi yang ngeyel, susah dinasehati, atau susah untuk dikontrol. Emang mau punya anak yang kayak gitu?" lanjutnya.

Di sisi lain, anak-anak yang tidak menerima dukungan atau pengawasan yang memadai dari orang tua mereka cenderung mencari bentuk pengakuan dari lingkungan sekitar. Hal ini dapat menyebabkan mereka terlibat dalam perilaku ilegal atau merugikan.

Dampak lain marah yang berulang dari orang tua dapat meningkatkan risiko anak mengalami masalah kesehatan mental. Mulai dari kecemasan, depresi, atau gangguan stres pasca-trauma.



Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan di mana marah adalah tanggapan yang umum dari orang tua mereka cenderung meniru pola tersebut ketika mereka menjadi orang dewasa. Akibatnya menciptakan siklus negatif yang berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengembangkan strategi pengasuhan yang positif. Seperti komunikasi terbuka, peneguhan positif, dan penegakan batasan yang adil, untuk memastikan perkembangan yang sehat dan bahagia bagi anak-anak.

"Nah coba introspeksi diri dan banyak bersabar supaya memberitahu si kecil dengan cara yang lebih tepat," pungkasnya.
(dra)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1731 seconds (0.1#10.140)