CERMIN: Betulkah Denis Villeneuve Mereduksi Nilai-Nilai Islam dalam Dune?
loading...

Film Dune Part Two mereduksi nilai-nilai Islam yang kental dalam novelnya, sama seperti film pertamanya. Foto/Warner Bros. Pictures
A
A
A
JAKARTA - Tahun 1965. Penulis Amerika Serikat Frank Herbert merilis novel berjudul Dune. Sebuah novel yang kelak tak hanya mengguncang dunia literasi tapi memberi pengaruh besar pada budaya pop termasuk pada franchise Star Wars.
Dune yang berlatar masa depan ribuan tahun dari sekarang berkisah tentang Paul Atreides yang keluarganya menerima pengelolaan planet Arrakis. Meskipun planet ini merupakan gurun pasir yang tidak ramah dan berpenduduk jarang, tapi merupakan satu-satunya sumber melange, atau "rempah-rempah", obat yang memperpanjang umur dan meningkatkan kemampuan mental.
Karena melange hanya dapat diproduksi di Arrakis, kendali atas planet ini adalah upaya yang sangat didambakan dan berbahaya. Cerita novelnya mengeksplorasi interaksi berlapis-lapis antara politik, agama, ekologi, teknologi, dan emosi manusia, ketika faksi-faksi di kekaisaran saling berhadapan dalam perebutan kendali Arrakis dan rempah-rempahnya.
Sebagai novel, Dune adalah materi yang rupanya sulit divisualkan. Kompleksitas cerita dengan latar belakang budaya hingga agama yang beragam juga menjadi salah satu kesulitan yang dialami beberapa sutradara selama puluhan tahun. Hingga akhirnya sutradara auteur Denis Villeneuve, datang dengan gagah berani mengadaptasi ceritanya menjadi film.
Hasilnya adalah sebuah film dengan durasi panjang, lokasi set yang spektakuler, visual yang mencengangkan, ilustrasi musik dan tata suara tak tertandingi hingga parade akting memukau dari para pemerannya. Dune jilid pertama yang dirilis pada 2021 tak saja menghasilkan lebih dari USD400 juta dari peredaran seluruh dunia, tapi juga beroleh 6 piala Oscar sekaligus.
![CERMIN: Betulkah Denis Villeneuve Mereduksi Nilai-Nilai Islam dalam Dune?]()
Foto: Warner Bros. Pictures
Bagi masyarakat Indonesia, khususnya kaum muslim, Dune menjadi sangat menarik dengan bertumpah ruahnya referensi Arab dan Islam dalam filmnya. Namun bagi mereka yang sudah membaca novelnya, terasa betul upaya dari Denis Villeneuve untuk mereduksi nilai-nilai Islam dalam dua jilid yang sudah beredar, termasuk Dune: Part Two.
Padahal dalam sebuah wawancara pada 1976, Frank mengatakan sebagaimana dikutip dari The New Yorker bahwa ia membenci kecenderungan “untuk tidak mempelajari Islam, tidak menyadari betapa besar kontribusi Islam terhadap budaya kita”.
Dengan menjadikan hal ini sebagai “elemen yang kuat” dalam novelnya, Frank mungkin sedang berusaha menyampaikan “utang budi yang sangat besar” yang menurutnya umat manusia berutang pada Islam. Frank juga dipercaya terinspirasi ide-ide serta sifat siklus dinasti dan peradaban dari buku Sejarah Islam abad ke-14 karya sosiolog, filsuf, dan sejarawan Tunisia, Ibnu Khaldun, berjudul The Muqaddimah.
Dune yang berlatar masa depan ribuan tahun dari sekarang berkisah tentang Paul Atreides yang keluarganya menerima pengelolaan planet Arrakis. Meskipun planet ini merupakan gurun pasir yang tidak ramah dan berpenduduk jarang, tapi merupakan satu-satunya sumber melange, atau "rempah-rempah", obat yang memperpanjang umur dan meningkatkan kemampuan mental.
Karena melange hanya dapat diproduksi di Arrakis, kendali atas planet ini adalah upaya yang sangat didambakan dan berbahaya. Cerita novelnya mengeksplorasi interaksi berlapis-lapis antara politik, agama, ekologi, teknologi, dan emosi manusia, ketika faksi-faksi di kekaisaran saling berhadapan dalam perebutan kendali Arrakis dan rempah-rempahnya.
Sebagai novel, Dune adalah materi yang rupanya sulit divisualkan. Kompleksitas cerita dengan latar belakang budaya hingga agama yang beragam juga menjadi salah satu kesulitan yang dialami beberapa sutradara selama puluhan tahun. Hingga akhirnya sutradara auteur Denis Villeneuve, datang dengan gagah berani mengadaptasi ceritanya menjadi film.
Hasilnya adalah sebuah film dengan durasi panjang, lokasi set yang spektakuler, visual yang mencengangkan, ilustrasi musik dan tata suara tak tertandingi hingga parade akting memukau dari para pemerannya. Dune jilid pertama yang dirilis pada 2021 tak saja menghasilkan lebih dari USD400 juta dari peredaran seluruh dunia, tapi juga beroleh 6 piala Oscar sekaligus.

Foto: Warner Bros. Pictures
Bagi masyarakat Indonesia, khususnya kaum muslim, Dune menjadi sangat menarik dengan bertumpah ruahnya referensi Arab dan Islam dalam filmnya. Namun bagi mereka yang sudah membaca novelnya, terasa betul upaya dari Denis Villeneuve untuk mereduksi nilai-nilai Islam dalam dua jilid yang sudah beredar, termasuk Dune: Part Two.
Padahal dalam sebuah wawancara pada 1976, Frank mengatakan sebagaimana dikutip dari The New Yorker bahwa ia membenci kecenderungan “untuk tidak mempelajari Islam, tidak menyadari betapa besar kontribusi Islam terhadap budaya kita”.
Dengan menjadikan hal ini sebagai “elemen yang kuat” dalam novelnya, Frank mungkin sedang berusaha menyampaikan “utang budi yang sangat besar” yang menurutnya umat manusia berutang pada Islam. Frank juga dipercaya terinspirasi ide-ide serta sifat siklus dinasti dan peradaban dari buku Sejarah Islam abad ke-14 karya sosiolog, filsuf, dan sejarawan Tunisia, Ibnu Khaldun, berjudul The Muqaddimah.
Lihat Juga :