Opera Ainun, Romantisme Klasik Habibie-Ainun

Minggu, 16 September 2018 - 09:00 WIB
Opera Ainun, Romantisme Klasik Habibie-Ainun
Opera Ainun, Romantisme Klasik Habibie-Ainun
A A A
Kisah cinta Ainun dan Habibie memang selalu menarik dan berkesan untuk diulik. Hubungan yang dilandasi rasa cinta dan kesetiaan hingga maut memisahkan membuat pasangan mana pun iri.

Tak heran jika akhirnya kisah cinta Habibie-Ainun ditorehkan dalam bentuk novel hingga banyak karya kreatif lainnya. Setelah sukses diangkat dalam film, kisah cinta mantan Presiden Republik Indonesia Ketiga BJ Habibie dan istri Ainun Habibie kini dikemas dalam pertunjukan panggung opera berjudul Opera Ainun, yang digelar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada 15-16 September.

Opera ini dihadirkan dengan kemasan cerita berbeda, dibalut aransemen musik pengiring, tata panggung, dan skenario yang detail disiapkan lalu dieksekusi dengan baik di atas panggung, yang diharapkan penonton merasakan nuansa romantisme kisah cinta klasik Habibie dan Ainun.

Suguhan seni teater pertunjukan opera ini berangkat dari buku karya Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun (2010), sepasang sejoli putra dan putri bangsa yang bercita-cita besar untuk memajukan negerinya.

Opera yang dipersiapkan selama lebih dari dua tahun ini merupakan sebuah opera klasik yang diangkat dari kisah nyata mantan presiden ketiga Republik Indonesia dengan Ainun. Sosok Habibie diperankan oleh Farman Purnama, sementara Ainun diperankan Andrea Miranda.

Ceritanya tak hanya tentang cinta semata, tapi juga mengangkat nilai-nilai nasionalisme. Bisa dikatakan Opera Ainun ini sebuah tontonan yang mengedukasi generasi muda akan nilainilai kasih sayang, kemanusiaan, semangat hidup, dan cinta Tanah Air.

Melalui opera ini, Ainun memperlihatkan sudut pandangnya sebagai sosok di belakang Rudy (BJ Habibie), dalam perjalanan hidup mereka berdua. Selama 150 menit, penonton disuguhkan cerita perpaduan antara budaya tradisional Indonesia dengan seni Eropa, yang dibagi dalam tiga babak dan empat setting lokasi di dua negara, Indonesia dan Jerman.

Ada 18 cerita dan lebih dari 50 lagu disuguhkan dalam opera yang meleburkan dua tradisi budaya negara yang berbeda satu sama lain. Peleburan dua tradisi ini terlihat pada aransemen musik, tarian, busana, dan tata panggung.

Opera Ainun termasuk opera pionir yang seluruhnya melibatkan orang Indonesia pada segala aspek produksi kreatif, mulai dari penulisan, musik, desain, koreografi, akting, sampai kostum.

Pertunjukan yang terdiri atas tiga babak ini diawali dengan kisah Habibie dan Ainun yang bertemu saat masih remaja hingga akhirnya bertemu kembali saat Habibie sedang pulang ke Indonesia.

Seketika keduanya jatuh cinta dan menjalin hubungan yang serius hingga menikah dan tinggal di Jerman. Di babak pertama dengan latar di Bandung, Jawa Barat, mengisahkan tentang harihari Ainun sebagai dokter muda yang berubah ketika dia bertemu dengan Habibie.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk pindah ke Jerman. Babak kedua, yang berlatar di Oberforstbach dan Hamburg, Jerman, bercerita tentang karier Habibie sebagai insinyur yang semakin menanjak. Ainun pun memilih untuk menjadi ibu rumah tangga.

Keluarga menjadi prioritas sekaligus bentuk kontribusi Ainun dalam mendukung Habibie. Di babak terakhir dari pertunjukan tersebut berlatar di Jakarta, mengisahkan Habibie yang ditunjuk sebagai pemimpin baru bangsa.

Diamdiam, ternyata Ainun sedang sakit keras. Mengetahui hal tersebut, Habibie menyesali seluruh waktu yang tidak sempat mereka habiskan bersama. “Opera ini merupakan kisah klasik milik bangsa Indonesia.

Melalui opera ini, Ainun meluapkan sudut pandangnya sebagai sosok di belakang Rudy (BJ Habibie), dalam perjalanan hidup mereka berdua,” jelas Sapti Wahyudi, ketua produksi Lima Dimensi.

Selain itu, properti, kostum, dan musik yang dihadirkan dalam Opera Ainun pun membuat pertunjukan semakin hidup dan menawan. Para pemain mampu membuat penonton yang hadir larut dalam cerita.

Bahkan, ada beberapa di antara mereka yang meneteskan air mata. Penonton pun bertepuk tangan dengan meriah setelah latihan pertunjukan opera tersebut selesai. Opera yang cukup jarang diadakan di Indonesia ini melibatkan beberapa pelaku seni maupun nama-nama besar di industri seni Indonesia.

Ada musisi senior Purwacaraka yang dipercaya sebagai komposer dengan full orchestra 35 pieces, di mana seluruh komposisi musiknya merupakan karya asli. Lalu, ada penulis skenario ternama, Titien Wattimena, yang menjadi penulis naskah dan libretis.

Untuk pengarah busana, dipercayakan kepada Samuel Wattimena dan posisi art director diisi oleh Ria Sirdjono. Keterlibatan bermacam ragam pekerja kreatif lintas generasi dalam produksi opera yang disutradarai Ari Tulang ini juga diharapkan bisa menjadi sebuah regenerasi industri seni.

Dengan begitu, nanti dapat membuka lebih banyak kesempatan bagi para pekerja muda untuk berkontribusi memajukan bidang ini. Produser Lima Dimensi Sapti Wahyudi yang memprakarsai opera klasik ini mengatakan, ide pertunjukan opera ini tak semata berpusat pada cinta Habibie dan Ainun, tapi juga mengangkat nilainilai nasionalisme.

Opera ini dirangkum secara apik dan dengan percakapan yang menggambarkan seakanakan sosok Hasri Ainun Habibie masih hidup. “Melalui Opera Ainun, kami ingin memasyarakatkan seni opera dengan suguhan alur cerita yang tidak terlaIu berat sehingga kisah cinta nan inspiratif dari Ibu Ainun dapat tersaji dan dinikmati oleh khalayak,” ucap Sapti Wahyudi seusai gladi resik Opera Ainun di Taman Ismail Marzuki kemarin.

Opera Ainun yang merupakan hasil kolaborasi antara Lima Dimensi Production dengan Bank Mayapada sebagai sponsor utama, serta dukungan penuh dari Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IKA ITB) 81 dan ITB akan digelar sebanyak empat kali, yakni pada 15 dan 16 September, dengan masing-masing dua pertunjukan dalam satu hari.

“Selama dua hari tersebut, pertunjukan seni teater opera ini digelar pada pukul 14:00 WIB dan 20:00 WIB. Tiket kisah cinta Habibie-Ainun di Opera Ainun dijual dengan harga Rp750.000 hingga Rp2,5 juta, dan juga dapat dibeli di rajakarcis.com,” tutup Sapti.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.9428 seconds (0.1#10.140)