Kasus Demam Berdarah Melonjak, Singapura Butuh Vaksin?

Senin, 01 April 2024 - 12:28 WIB
loading...
Kasus Demam Berdarah Melonjak, Singapura Butuh Vaksin?
Kasus demam berdarah di Singapura terus melonjak setiap tahunnya sejak 2019 dan naik lagi di awal 2024. Foto/ cna
A A A
JAKARTA – Kasus demam berdarah di Singapura terus melonjak setiap tahunnya sejak 2019, di mana rekor tertinggi yaitu 35.315 kasus pada 2020.

Badan Lingkungan Hidup Nasional atau the National Environment Agency (NEA) menyerukan tindakan kolektif yang mendesak untuk mencegah lonjakan kasus demam berdarah .



Sementara, di Singapura sendiri, strategi untuk mengurangi demam berdarah adalah dengan mengurangi jumlah nyamuk Aedes yang menularkan virus demam berdarah, yang dikenal sebagai pengendalian vektor. Terdapat program pengendalian vektor yang komprehensif di Singapura sejak 1970an.

Profesor Ooi Eng Eong, profesor program penyakit menular di Duke-NUS Medical School mengatakan bahwa strategi ini tidak diragukan lagi tingkat keberhasilannya.

Dikutip channel news asia, ketika program ini pertama kali diperkenalkan, jumlah nyamuk Aedes di Singapura tinggi. Jadi, mengurangi jumlah nyamuk saja, pada saat itu, sudah cukup untuk mencegah wabah demam berdarah yang besar.

Namun, kekebalan penduduk Singapura terhadap demam berdarah telah turun ke tingkat yang rendah selama beberapa dekade terakhir akibat berkurangnya jumlah nyamuk dan berkurangnya penularan virus.

Oleh karena itu, pengendalian vektor sebagai satu-satunya strategi pencegahan tidak lagi dapat dilakukan. Memang benar, kita telah menyaksikan wabah demam berdarah secara periodik dan semakin sering terjadi sejak 1990an.

Untuk melengkapi pengendalian vektor, maka untuk saat ini Singapura memerlukan vaksin demam berdarah guna meningkatkan kekebalan masyarakat secara keseluruhan.

Hal yang sama bisa dilihat pada Covid-19, di mana penggunaan masker dan lockdown hanya efektif sebagian dan dibutuhkan vaksin untuk dapat mengendalikan pandemi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2070 seconds (0.1#10.140)