Daniel Mananta Cerita Panjang Lebar Pengalaman Jadi Ahok

Rabu, 07 November 2018 - 00:22 WIB
Daniel Mananta Cerita Panjang Lebar Pengalaman Jadi Ahok
Daniel Mananta Cerita Panjang Lebar Pengalaman Jadi Ahok
A A A
JAKARTA - Presenter yang juga aktor, Daniel Mananta memerankan sosok mantan gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau yang kerap disapa Ahok dalam film "A Man Called Ahok" karya sutradara Putrama Tuta. Daniel mengaku bangga dan bersyukur bisa memerankan sosok yang dikenal kontroversial sekaligus inspiratif tersebut.

Daniel, semula dikenal sebagai seorang video jockey MTV, kemudian menjadi host dalam ajang pencarian bakat Indonesian Idol. Dia juga melebarkan sayapnya dengan mendirikan bisnis pakaian yang mengusung nama "Damn I love Indonesia". Kariernya semakin menanjak seiring kecintaan pada dunia seni peran dan menjadi produser film "The Killers" yang berkolaborasi dengan Moo Brothers dan berhasil masuk Sundance Film Festival.

Semakin menanjak dan dikenal dalam berbagai produksi film, akhirnya Daniel nyemplung sepenuhnya ke dunia akting dan mendapatkan peran utama sosok fenomenal di percaturan politik tanah air dalam film "A Man Called Ahok".

Bagi Daniel, keterlibatan dalam film ini sebagai peran utama merupakan yang pertama dia mainkan dalam sebuah film layar lebar. Daniel merasa menjadi pemeran utama bukanlah perkara mudah, apalagi dia harus bermain dengan aktor-aktor berpengalaman, seperti Donny Damara, Ferry Salim, Denny Sumargo, dan Chew Kin Wah.

"Jujur banget ini mungkin agak spiritual, gue sebenernya enggak pede (percaya diri) banget ketika hari pertama reading, gue baca skripnya, dan jujur gue lihat peran ini cukup berat, berat banget," ujar Daniel Mananta saat ditemui SINDOnews seusai press screening film "A Man Called Ahok" di kawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (5/11).

Daniel pun mengaku, dia terpilih memerankan Ahok karena memiliki suara serak yang mirip dengan mantan Gubernur DKI tersebut dan suara serak tersebut lantaran pada 2012 dia sempat terkena penyakit tumor jinak yang membuat suaranya serak.

Meski begitu, pria kelahiran Jakarta, 14 Agustus 1981 ini pun merasa bersyukur karena suara serak yang dianggap sebagai bencana yang sempat membuatnya drop dan depresi ini justru berubah menjadi anugerah. Bahkan membuat dia mudah menirukan suara Ahok.

"Entah kenapa warna suara saya mirip. Jujur tahun 2012 dulu gue memang pernah kena musibah tumbuh tumor jinak di pita suara yang membuat suara saya serak dan ini juga dialami penyanyi dan presenter lain kayak Celine Dion atau Adelle pernah operasi. Ternyata hal itu jadi berkat di tahun 2018 jadi pemeran utama film layar lebar karena suara saya jadi mirip Ahok," tutur Daniel.

Namun, Daniel mengatakan bahwa dia tetap harus belajar agar suaranya benar-benar mirip dengan mantan Gubernur DKI Jakarta itu, terlebih dalam hal bahasa maupun karakter seorang Ahok yang bertolak belakang dengan karakternya.

"Tapi saya memang tetap butuh 10 menit untuk mendalami karakter pak Ahok, untuk bisa keluarin suara (serak) itu. Yang tersulit justru (bicara dengan) logat Belitung itu. Logat Belitung itu beda sama Malaysia. Biarpun sama-sama bahasa Melayu tapi melayu Malaysia dan Belitung tuh beda," ungkap presenter berusia 37 tahun itu.

Bahkan untuk mendalami perannya, pria lulusan Universitas Edith Cowan Perth, Australia ini masih harus menyempatkan diri bertemu langsung dengan kerabat Ahok dan belajar dialek Belitung serta bahasa Khek. Bahasa itu merupakan bahasa yang digunakan oleh keluarga Ahok dalam keseharian.

"Jadi untuk ngeriset tentang penggunaan bahasa Khek, gue kebetulan ketemu dengan saudara sepupu Ahok, (namanya) Koh Aliong, masih punya kedai kopi, gue ngobrol sama dia dan gue rekam suara pak Aliong kalau ngomong (bahasa) Khek seperti apa," ucap Daniel.

"Gue diskusi sama dia beberapa part (bagian) di script, gue rekam suara dia dan gue gunakan biar kesannya natural saja kalau ngomong bahasa Khek sama bahasa lain (saat shooting)," sambungnya.

Daniel pun tak segan untuk melakukan riset secara terus-menerus agar bisa memahami betul karakter asli Ahok. "Nah terus gue minta ke Pak Tuta casting sekali lagi, dan di situ gue riset banget tentang Pak Ahok. Gue nonton YouTube-nya semua. Setiap hari selama 30 hari gue benar-benar (mencoba) tiap 5 menit (sehari) jadi Pak Ahok," ucap Daniel.

"Ke mana-mana pakai kaus polo, baju dimasukkin, pakai kacamata, rambut gue miringin, kemana-mana dengerin lagu mandarin, suara gue serak-serakin, sampai akhirnya gue ngerasalah dan enggak aneh lagi untuk jadi Ahok," sambung Daniel.

Alhasil setelah syuting dan film ini jadi, Daniel terharu melihat aktingnya di film ini. Berperan sebagai Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Daniel terharu menonton alur film ini, yang menampilkan kehidupan keluarga Ahok. "Drama yang diceritakan film ini luar biasa, menyentuh emosi. Saat di scene meja makan, terus flashback inget ayahnya, itu saya beneran tahan nangis," akunya.

Meski mengisahkan sepak terjang Ahok, film "A Man Called Ahok" juga menggambarkan bagaimana peran ayah yang membentuk kepribadian Ahok. Bagi Daniel Mananta, film ini bukan hanya tentang Ahok, tetapi juga orang-orang di balik sosok Ahok. "Jujur saya semakin yakin kalau film ini bukan hanya tentang Ahok, tapi juga sosok Kim Nam, ayah Ahok. Jadi memang kita cuma pinjam cerita Pak Ahok dan kita jadikan ini film drama keluarga," katanya.

Penilaian Daniel sejalan dengan pernyataan Putrama Tuta. Sang sutradara mengatakan, film ini memang bergenre drama keluarga yang fokus pada peran sang ayah dalam mendidik Ahok. "Dari awal saya mau fokus ke hubungan Ahok dan ayahnya. Ini cerita soal ayah Ahok mendidik, itu saja," jelas Putrama Tuta.

Film yang diadaptasi dari buku karya Rudi Valinka dengan judul yang sama itu rencananya akan diputar pada 8 November 2018.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2294 seconds (0.1#10.140)