Deep Brain Stimulation Jadi Penanganan Terbaik Penderita Parkinson
loading...
A
A
A
SURABAYA - Parkinson adalah penyakit sistem saraf pusat yang bersifat menahun dan progresif. Parkinson bukan penyakit yang baru muncul, melainkan sudah dikenalkan sejak 207 tahun silam oleh salah seorang dokter dari London, Inggris, bernama James Parkinson.
James Parkinson mendeskripsikan Parkinson sebagai penyakit dengan gejala gangguan gerak. Parkinson termasuk penyakit neurodegenerative terbanyak kedua setelah Alzheimer. Parkinson juga berpotensi menyebabkan disabilitas hingga meningkat risiko kematian pada penderitanya.
Parkinson ditandai dengan gejala gangguan gerak berupa kekakuan otot dan perlambatan gerak. Penderita Parkinson bisa saja mengalami gejala yang disertai dengan tremor dan hilangnya stabilitas penopang tubuh.
Menurut Dr. dr. Achmad Fahmi SpBS(K)SubspNF FINPS IFAANS dari National Hospital Surabaya, penyebab penyakit Parkinson belum diketahui secara pasti.
Secara teori ada empat gejala Parkinson yang mudah dikenali. Dokter Achmad Fahmi menyingkatnya dengan TRAP yaitu Tremor (testing tremor), Regidity (kekakuan), Akinesia (kelambatan), dan Postural Inbalace (gangguan keseimbangan).
Menurut dokter pertama yang melakukan operasi Parkinson di Indonesia itu, secara mekanisme Parkinson muncul akibat dari adanya kerusakan sel saraf substantia nigra yang menghasilkan zat dopamine pada otak.
“Parkinson merupakan salah satu jenis penyakit kelainan gerak (movement disorders). Gejala yang sering kali terjadi adalah tremor, rigidity, akinesia, dan postural instability,” tutur dr. Achmad Fahmi.
Penanganan pada penyakit Parkinson yang diakui di seluruh dunia saat ini melalui pemberian atau konsumsi obat-obatan hingga tindakan operasi Deep Brain Stimulation (DBS) dan Stereotaktik Brain Lesion (SBL). Tahun ini menjadi momen 10 tahun National Hospital melakukan tindakan operasi DBL.
Pada 2014, National Hospital sebagai rumah sakit pertama di Indonesia yang diinisiasi Dr. dr. Achmad Fahmi SpBS(K)FINPS FAANS sebagai dokter pertama yang melakukan tindakan operasi pemasangan DBS di Indonesia kala itu dan mengajak Medtronic untuk menghadirkan alat Deep Brain Stimulation (DBS) agar tersedia dan dapat digunakan oleh pasien-pasien Parkinson.
Pasien pertama yang diimplan dengan neurostimulator non-rechargeable ACTIVA PC menunjukkan hasil yang sangat memuaskan, mencerminkan efektivitas dan keamanan teknologi yang digunakan dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.
James Parkinson mendeskripsikan Parkinson sebagai penyakit dengan gejala gangguan gerak. Parkinson termasuk penyakit neurodegenerative terbanyak kedua setelah Alzheimer. Parkinson juga berpotensi menyebabkan disabilitas hingga meningkat risiko kematian pada penderitanya.
Parkinson ditandai dengan gejala gangguan gerak berupa kekakuan otot dan perlambatan gerak. Penderita Parkinson bisa saja mengalami gejala yang disertai dengan tremor dan hilangnya stabilitas penopang tubuh.
Menurut Dr. dr. Achmad Fahmi SpBS(K)SubspNF FINPS IFAANS dari National Hospital Surabaya, penyebab penyakit Parkinson belum diketahui secara pasti.
Secara teori ada empat gejala Parkinson yang mudah dikenali. Dokter Achmad Fahmi menyingkatnya dengan TRAP yaitu Tremor (testing tremor), Regidity (kekakuan), Akinesia (kelambatan), dan Postural Inbalace (gangguan keseimbangan).
Menurut dokter pertama yang melakukan operasi Parkinson di Indonesia itu, secara mekanisme Parkinson muncul akibat dari adanya kerusakan sel saraf substantia nigra yang menghasilkan zat dopamine pada otak.
“Parkinson merupakan salah satu jenis penyakit kelainan gerak (movement disorders). Gejala yang sering kali terjadi adalah tremor, rigidity, akinesia, dan postural instability,” tutur dr. Achmad Fahmi.
Penanganan pada penyakit Parkinson yang diakui di seluruh dunia saat ini melalui pemberian atau konsumsi obat-obatan hingga tindakan operasi Deep Brain Stimulation (DBS) dan Stereotaktik Brain Lesion (SBL). Tahun ini menjadi momen 10 tahun National Hospital melakukan tindakan operasi DBL.
Pada 2014, National Hospital sebagai rumah sakit pertama di Indonesia yang diinisiasi Dr. dr. Achmad Fahmi SpBS(K)FINPS FAANS sebagai dokter pertama yang melakukan tindakan operasi pemasangan DBS di Indonesia kala itu dan mengajak Medtronic untuk menghadirkan alat Deep Brain Stimulation (DBS) agar tersedia dan dapat digunakan oleh pasien-pasien Parkinson.
Baca Juga
Pasien pertama yang diimplan dengan neurostimulator non-rechargeable ACTIVA PC menunjukkan hasil yang sangat memuaskan, mencerminkan efektivitas dan keamanan teknologi yang digunakan dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.