Thailand Laporkan Kasus Pertama Cacar Monyet Varian Clade 1b yang Lebih Menular

Sabtu, 24 Agustus 2024 - 14:10 WIB
loading...
Thailand Laporkan Kasus...
Thailand baru saja melaporkan kasus pertama cacar monyet atau Mpox varian Clade 1b, sebuah varian baru yang dikenal lebih menular dan menyebabkan gejala parah. Foto/Shutterstock
A A A
JAKARTA - Thailand baru saja melaporkan kasus pertama cacar monyet atau Mpox varian Clade 1b, sebuah varian baru yang dikenal lebih menular dan menyebabkan gejala lebih parah. Temuan ini memicu kekhawatiran di tengah masyarakat dan otoritas kesehatan, yang kini meningkatkan langkah-langkah pencegahan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

Ditemukannya cacar monyet varian Clade 1b menjadi perhatian serius karena kemampuannya menyebar lebih cepat di antara populasi. Sehingga membuat Thailand berada dalam kewaspadaan tinggi dan menjadikannya negara Asia pertama yang mengonfirmasi keberadaan penyakit ini.

Dilansir dari Times of India, Sabtu (24/8/2024), kasus cacar monyet tersebut diduga berasal dari seorang pasien yang tiba di Bangkok pada 14 Agustus setelah melakukan perjalanan dari Afrika.

Varian clade 1b diketahui lebih menular dan menyebabkan gejala yang lebih parah dibandingkan varian sebelumnya. Seperti ruam kulit yang lebih serius, lesi lebih besar, limfadenopati berat, serta komplikasi seperti ensefalitis, pneumonia, dan infeksi bakteri sekunder.





"Pasien sering kali mengalami ruam kulit yang lebih parah, lesi yang lebih besar, dan limfadenopati yang lebih parah," kata Konsultan Penyakit Dalam CK Rumah Sakit Birla Gurugram Dr Tushar Tayal.

"Penyakit ini memiliki tingkat penularan dari orang ke orang yang lebih tinggi. Terutama melalui tetesan pernapasan dan kontak dekat," lanjutnya.

Sementara itu, tingkat kematian varian ini juga lebih tinggi, berkisar antara 1 persen hingga 10 persen. Sebelumnya, kasus varian clade 1b dilaporkan di beberapa negara Afrika serta Thailand dan Swedia, yang sebelumnya belum pernah melaporkan kasus serupa.

"Clade 1 biasanya menyebabkan gejala yang lebih parah seperti demam tinggi, sakit kepala parah, mialgia, dan pembesaran kelenjar getah bening," jelas Direktur Senior Penyakit Dalam Rumah Sakit Fortis Noida, Dr Ajay Agarwal.



"Lesi kulit biasanya luas dan sering kali dapat menyebabkan jaringan parut di daerah yang terkena, sedangkan Clade 2 dikaitkan dengan gejala yang lebih ringan," sambungnya.

Menanggapi situasi ini, Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus bersama mitra internasional telah mengembangkan Rencana Strategis Kesiapsiagaan dan Respons Global untuk menghentikan penyebaran cacar monyet.

Salah satunya melalui pengawasan yang komprehensif, penelitian lanjutan, akses yang adil terhadap intervensi medis, dan pemberdayaan komunitas dalam pencegahan serta pengendalian wabah.

"Rencana itu berfokus pada penerapan strategi pengawasan dan respons yang komprehensif, memajukan penelitian dan akses yang adil terhadap langkah-langkah medis, meminimalkan penularan zoonosis, dan memberdayakan komunitas untuk berpartisipasi aktif dalam pencegahan dan pengendalian wabah," ujar Tedros.



Di sisi lain, Tedros mencatat bahwa Kantor Regional WHO untuk Afrika akan memimpin bersama koordinasi upaya respons cacar monyet di wilayah Afrika, bekerja sama dengan CDC Afrika yang berbasis di Ethiopia, di mana kebutuhan akan respons itu paling besar
(dra)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1394 seconds (0.1#10.140)