Farel Tarek Cicipi Pedasnya Oseng Mercon Jogja dan Keunikan Sate Klathak Pak Pong!
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Farel Tarek kreator konten yang terkenal dengan rasa ingin tahunya terhadap eksplorasi kuliner dari berbagai kota di Indonesia, kali ini menjelajahi Yogyakarta dan mengulas kuliner legendarisnya. Dalam kunjungannya, Farel mengawali petualangan di Oseng-Oseng Mercon Bu Narti. Restoran ini memiliki lokasi yang cukup tersembunyi, namun dikenal sebagai pelopor oseng-oseng mercon pertama di Indonesia sejak 1960. Oseng-oseng mercon terkenal karena cita rasanya yang pedas meledak, seperti mercon. Saat mencoba makanan Farel kepedasan tetapi masih menikmati hidangan ini dan memberi rating 6/10.
Selain oseng mercon, Farel juga mencicipi tempe mendoan dan wedang uwuh, minuman rempah khas Jogja yang unik. Menurut Farel, nama uwuh yang berarti sampah merujuk pada banyaknya rempah-rempah yang mengambang di dalam gelas, memberikan kesan seperti sampah. Wedang uwuh ini mendapat rating luar biasa dari Farel, yaitu 12/10 karena kelezatan dan keunikannya.
Tak berhenti di sana, Farel melanjutkan ke Tengkleng Gajah restoran dengan porsi besar yang menyajikan berbagai variasi tengkleng seperti tengkleng goreng dan tengkleng gulai. Meski namanya gajah, restoran ini sebenarnya tidak menyajikan daging gajah, melainkan kambing dan sapi. Tengkleng Gajah mendapat rating 8/10 dari Farel.
Akhir petualangan kulinernya, Farel mengunjungi Sate Klathak Pak Pong, sate khas Jogja yang menggunakan jeruji sepeda sebagai tusukan daging. Menurut sejarah, jeruji sepeda dipilih karena bisa membuat daging matang merata. Farel menyukai keunikan rasa sate klathak yang lembut dan gurih, memberikan rating 8/10.
Farel menginap di Hubs Hostel Yogyakarta, sebuah akomodasi terjangkau yang cocok bagi wisatawan yang ingin menghemat biaya perjalanan. Untuk kalian menikmati ulasan kuliner lengkap dari Farel Tarek, kunjungi akun YouTube-nya di @farelogic
Selain oseng mercon, Farel juga mencicipi tempe mendoan dan wedang uwuh, minuman rempah khas Jogja yang unik. Menurut Farel, nama uwuh yang berarti sampah merujuk pada banyaknya rempah-rempah yang mengambang di dalam gelas, memberikan kesan seperti sampah. Wedang uwuh ini mendapat rating luar biasa dari Farel, yaitu 12/10 karena kelezatan dan keunikannya.
Baca Juga
Tak berhenti di sana, Farel melanjutkan ke Tengkleng Gajah restoran dengan porsi besar yang menyajikan berbagai variasi tengkleng seperti tengkleng goreng dan tengkleng gulai. Meski namanya gajah, restoran ini sebenarnya tidak menyajikan daging gajah, melainkan kambing dan sapi. Tengkleng Gajah mendapat rating 8/10 dari Farel.
Akhir petualangan kulinernya, Farel mengunjungi Sate Klathak Pak Pong, sate khas Jogja yang menggunakan jeruji sepeda sebagai tusukan daging. Menurut sejarah, jeruji sepeda dipilih karena bisa membuat daging matang merata. Farel menyukai keunikan rasa sate klathak yang lembut dan gurih, memberikan rating 8/10.
Farel menginap di Hubs Hostel Yogyakarta, sebuah akomodasi terjangkau yang cocok bagi wisatawan yang ingin menghemat biaya perjalanan. Untuk kalian menikmati ulasan kuliner lengkap dari Farel Tarek, kunjungi akun YouTube-nya di @farelogic
(tsa)