13 Hotel Saksi Bisu Sejarah Indonesia, Nomor 10 Pernah Jadi Markas Jenderal Sudirman

Sabtu, 02 November 2024 - 22:00 WIB
loading...
13 Hotel Saksi Bisu...
Sejumlah hotel di Indonesia tak hanya menawarkan kenyamanan dan fasilitas mewah, tetapi menyimpan kisah sejarah bangsa menjadi saksi bisu perjalanan Indonesia. Foto/Google Maps Hotel Majapahit Surabaya
A A A
JAKARTA - Sejumlah hotel di Indonesia tak hanya menawarkan kenyamanan dan fasilitas mewah, tetapi juga menyimpan kisah penting dalam sejarah bangsa. Dari perjuangan kemerdekaan hingga peristiwa diplomasi, hotel ini menjadi saksi bisu perjalanan Indonesia.

Salah satunya adalah hotel yang dikenal memiliki restoran favorit Presiden Soekarno, tempat ia sering menghabiskan waktu untuk bersantap mencicipi berbagai kuliner. Setiap hotel dalam daftar ini memiliki cerita unik yang tak terlupakan, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari sejarah Indonesia .

Selain itu, beberapa di antaranya merupakan tempat menginap para bangsawan Belanda dan dibangun sejak 1895 hingga menjadi markas Jenderal Sudirman. Berikut daftar hotel yang menjadi saksi bisu sejarah Indonesia dirangkum dari berbagai sumber, Sabtu (2/11/2024).

13 Hotel Saksi Bisu Sejarah Indonesia





1. Hotel Majapahit, Surabaya

13 Hotel Saksi Bisu Sejarah Indonesia, Nomor 10 Pernah Jadi Markas Jenderal Sudirman

Foto/Google Maps Hotel Majapahit Surabaya

Hotel yang terletak di Jalan Tunjungan No. 65, Surabaya, Jawa Timur ini telah berdiri sejak 1910 dan awalnya dikenal sebagai Oranje Hotel. Didirikan oleh Lucas Martin Sarkies dari Armenia, hotel ini menjadi saksi berbagai peristiwa bersejarah Indonesia.

Ketika Jepang menduduki Indonesia, namanya diubah menjadi Yamato Hoteru, dan di tempat inilah terjadi perobekan bendera Belanda oleh para pejuang Indonesia. Selain menyimpan sejarah perjuangan, hotel ini juga memiliki daya tarik khusus, yaitu kamar yang pernah dihuni oleh aktor legendaris Charlie Chaplin saat berkunjung ke Indonesia pada 1936.

2. Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta

13 Hotel Saksi Bisu Sejarah Indonesia, Nomor 10 Pernah Jadi Markas Jenderal Sudirman

Foto/Keminski Hotel

Terletak di Jalan MH Thamrin No. 1, Jakarta Pusat, Hotel Indonesia Kempinski menjadi salah satu hotel paling ikonik di Indonesia meski usianya tak setua hotel bersejarah lainnya. Diresmikan pada 1962 oleh Presiden Soekarno untuk menyambut Asian Games IV, ini merupakan hotel bintang lima pertama dan gedung tertinggi pertama di Jakarta pada masanya.

Selain arsitektur yang megah, hotel ini juga memiliki restoran bernama Signature Restaurant, yang menjadi tempat favorit Soekarno, Bapak Proklamator Indonesia, untuk bersantap.

3. Royal Ambarrukmo, Yogyakarta

13 Hotel Saksi Bisu Sejarah Indonesia, Nomor 10 Pernah Jadi Markas Jenderal Sudirman

Foto/Google Maps Royal Ambarrukmo Yogyakarta

Royal Ambarrukmo, yang terletak di Jalan Laksda Adisucipto No. 81, Depok, Yogyakarta, memiliki sejarah yang kaya sebagai bekas Pesanggarahan Ambarrukmo, yang dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono V. Hotel ini mengalami renovasi antara 1895 hingga 1897 dan digunakan oleh sang sultan sebagai tempat menjamu tamu serta kediaman setelah turun takhta.

Selain itu, hotel ini merupakan salah satu dari empat hotel yang digagas oleh Soekarno untuk menjadi hotel berstandar internasional, menjadikannya sebagai hotel termewah pertama di Yogyakarta. Dengan sejarah yang mendalam, hotel ini tidak hanya menawarkan akomodasi, tetapi juga menyimpan jejak penting dalam perjalanan sejarah Indonesia.

4. Hotel Savoy Homann, Bandung

13 Hotel Saksi Bisu Sejarah Indonesia, Nomor 10 Pernah Jadi Markas Jenderal Sudirman

Foto/Google Maps Hotel Savoy Homann

Hotel Savoy Homann yang terletak di Jalan Asia Afrika No. 112, Bandung, Jawa Barat, adalah hotel tertua di Indonesia yang telah berdiri sejak 1871. Awalnya dikenal sebagai Hotel Homann, hotel ini dinamai sesuai pemiliknya yang berkebangsaan Jerman.

Awalnya bangunan hotel dibuat dari bambu, namun pada 1880, dibangun kembali menggunakan tembok batu bata. Gedung yang kini megah dan menghadap jalan Asia Afrika itu dirancang oleh A.F. Albers dan dibangun pada 1937 dengan gaya arsitektur art deco, sehingga sekarang dikenal sebagai Hotel Savoy Homann.

5. Grand Inna, Medan

13 Hotel Saksi Bisu Sejarah Indonesia, Nomor 10 Pernah Jadi Markas Jenderal Sudirman

Foto/Google Maps Grand Inna Medan

Hotel yang terletak di Jalan Balai Kota No. 2, Pusat Kota Medan, Sumatera Utara ini awalnya bernama Hotel Mijn de Boer. Dibangun pada 1898 oleh Aeint Herman de Boer, seorang pengusaha asal Belanda, hotel ini awalnya tidak memiliki ukuran besar.

Namun, seiring waktu, hotel ini terus berkembang dan diperluas untuk memenuhi kebutuhan akomodasi para tamu penting dari Eropa. Salah satu tamu yang pernah menginap di hotel ini adalah Raja Leopold II dari Belgia, menegaskan posisi hotel sebagai tempat yang dihormati dan bersejarah dalam dunia perhotelan di Medan.

6. Inna Bali Heritage Hotel, Bali

13 Hotel Saksi Bisu Sejarah Indonesia, Nomor 10 Pernah Jadi Markas Jenderal Sudirman

Foto/Hotel Indonesia Group

Berlokasi di Jalan Veteran No. 3, Dauh Puri Kaja, Denpasar Utara, Bali, hotel ini diakui sebagai hotel mewah pertama di Bali yang dibangun pada 22 Agustus 1927. Sejak awal berdirinya, hotel ini berfungsi sebagai akomodasi bagi para wisatawan asing yang mulai berdatangan ke Bali, terutama yang tiba menggunakan kapal uap Koninklijke Paketvaart Maatschappij.

Dengan sejarah yang kaya, hotel ini menjadi bagian penting dari perkembangan pariwisata di pulau Dewata dan mencerminkan era awal kedatangan wisatawan internasional ke Bali.



7. Hotel Salak The Heritage, Bogor

13 Hotel Saksi Bisu Sejarah Indonesia, Nomor 10 Pernah Jadi Markas Jenderal Sudirman

Foto/Google Maps Hotel Salak The Heritage

Hotel yang terletak di Jalan Ir. Djuanda No. 8, Bogor Tengah, Jawa Barat, memiliki sejarah panjang yang mencerminkan perjalanan bangsa. Awalnya dikenal sebagai Bellevue-Dibbets Hotel pada 1856, hotel ini didirikan oleh keluarga gubernur dari Jenderal VOC untuk mengakomodasi elit pemerintahan VOC.

Selama penjajahan Jepang, hotel ini sempat berfungsi sebagai markas militer. Setelah Indonesia merdeka pada 1948, bangunan tersebut kembali dijadikan hotel dan berganti nama menjadi Hotel Salak. Pada 1998, hotel yang kaya akan nilai sejarah ini resmi dikenal sebagai Hotel Salak The Heritage.

8. The Hermitage Hotel, Jakarta

13 Hotel Saksi Bisu Sejarah Indonesia, Nomor 10 Pernah Jadi Markas Jenderal Sudirman

Foto/Booking.com

The Hermitage Hotel yang terletak di Jalan Cilacap No. 1, Menteng, Jakarta Pusat, menawarkan arsitektur bergaya kolonial yang memikat. Bangunan ini awalnya berfungsi sebagai pusat telekomunikasi pemerintah Hindia Belanda pada 1920-an.

Setelah melalui proses transformasi, pada 2008, bangunan bersejarah ini dikelola dan diubah menjadi hotel. Dengan nuansa antik yang kental, Hermitage Hotel tidak hanya menjadi tempat menginap yang nyaman, tetapi juga menarik perhatian wisatawan dan sejarahwan yang ingin merasakan atmosfer masa lalu.

9. Hotel Arcadia Surabaya by Horison, Surabaya

13 Hotel Saksi Bisu Sejarah Indonesia, Nomor 10 Pernah Jadi Markas Jenderal Sudirman

Foto/Google Maps Hotel Arcadia Surabaya by Horison

Hotel Arcadia Surabaya by Horison yang terletak di Jalan Rajawali No. 9 - 11, Ampel, Surabaya, Jawa Timur, memiliki sejarah yang kaya sebagai bekas perusahaan gula pada masa Hindia Belanda. Didirikan pada 1916, bangunan ini kini berfungsi sebagai hotel setelah melalui berbagai renovasi dan penambahan.

Meskipun telah mengalami banyak perubahan, hotel ini tetap mempertahankan bagian depan bangunan asli yang mencerminkan arsitektur dari era awal berdirinya. Sehingga tetap menyimpan pesona sejarah yang khas di tengah perkembangan modern.

10. Grand Inna Malioboro, Yogyakarta

13 Hotel Saksi Bisu Sejarah Indonesia, Nomor 10 Pernah Jadi Markas Jenderal Sudirman

Foto/Antara

Grand Inna Malioboro yang terletak di Jalan Malioboro No. 60, Yogyakarta, memiliki sejarah panjang yang mencerminkan perjalanan Indonesia. Awalnya dikenal sebagai Grand Hotel de Djokdja, hotel ini melayani tamu-tamu Gubernur Hindia Belanda dan militer selama masa kolonialisasi.

Selama penjajahan Jepang, hotel ini berganti nama menjadi Asahi, sebelum akhirnya disebut Hotel Merdeka dan kemudian Grand Inna setelah Indonesia meraih kemerdekaan. Hotel yang kini menjadi cagar budaya itu pun pernah menjadi markas Jenderal Sudirman.

11. Hotel Pelangi, Malang

13 Hotel Saksi Bisu Sejarah Indonesia, Nomor 10 Pernah Jadi Markas Jenderal Sudirman

Foto/Google Maps Hotel Pelangi

Hotel yang terletak di Jalan Merdeka Selatan, No. 3, Klojen, Malang, Jawa Timur ini memiliki sejarah yang panjang sejak didirikan pada 1916 dengan nama awal Palace Hotel. Selama penjajahan Jepang, hotel ini berganti nama menjadi Hotel Asoma.

Kemudian pada 1953, namanya berubah lagi menjadi Hotel Pelangi, yang dikenal hingga saat ini. Daya tarik utama hotel ini terletak pada kemampuannya untuk mempertahankan arsitektur asli dari berbagai periode, menjadikannya salah satu bangunan tua bersejarah di kota Malang yang menarik bagi para pengunjung.

12. Hotel Sriwijaya, Jakarta

13 Hotel Saksi Bisu Sejarah Indonesia, Nomor 10 Pernah Jadi Markas Jenderal Sudirman

Foto/Google Maps Sriwijaya Hotel

Hotel yang terletak di Jalan Veteran No. 1, Gambir, Jakarta Pusat ini memiliki sejarah yang menarik sebagai bekas restoran yang dimiliki oleh Conrad Alexander William Cavadino. Pada masanya, restoran ini meraih kesuksesan besar, yang mendorong Cavadino untuk memperluas bisnisnya dengan membangun Hotel Cavadino, yang beroperasi dari 1898 hingga 1899.

Setelah itu, hotel ini berganti nama menjadi Lion d'Or, lalu Park Hotel pada 1941, dan lebih dikenal sebagai Hotel Sriwijaya pada 1950-an. Perubahan nama-nama ini mencerminkan perjalanan panjang dan transformasi hotel yang terus menjadi bagian dari sejarah Jakarta.

13. Hotel Tjampuhan, Bali

13 Hotel Saksi Bisu Sejarah Indonesia, Nomor 10 Pernah Jadi Markas Jenderal Sudirman

Foto/Booking.com

Hotel Tjampuhan, salah satu hotel mewah tertua yang masih beroperasi di Bali terletak di Jalan Raya Tjampuhan, Ubud, Sayan. Awalnya, hotel ini dibangun sebagai wisma tamu kerajaan di Istana Ubud pada 1928 dan dibangun di bawah instruksi Raja Tjokorda Gede Sukawati.

Namun, pada 1970-an, hotel ini dibuka untuk umum. Daya tarik hotel ini semakin meningkat karena pernah disinggahi oleh pelukis asal Jerman, Walter Spies, yang menjadi tamu putra bungsu raja, Pangeran Tjokorda Gde Agung Sukawati. Hotel ini kini menjadi destinasi menarik bagi wisatawan yang ingin merasakan kombinasi kemewahan dan sejarah budaya Bali.



MG / Devina Natalia
(dra)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4010 seconds (0.1#10.140)