Kisah Kelam di Balik Riasan Wajah Ratu Elizabeth I yang Putih, Kecantikan Harus Menderita
loading...
A
A
A
"Ini kemungkinan akan mengikis kulit. Saat kulitnya memburuk, dikatakan bahwa dia akan melapisi lebih banyak dan lebih banyak lagi, mencapai lapisan setebal satu inci menjelang akhir hidupnya. Lebih buruk lagi, Ratu merias wajahnya seminggu sekali dan membiarkannya selama itu, sehingga timbal punya kesempatan untuk meresap sepenuhnya ke dalam kulit,” kata mirror.
Ketika Elizabeth menghapus riasannya, para sejarawan percaya bahwa dia mungkin menggunakan ramuan yang mengandung merkuri dan efek samping dari keracunan merkuri secara bertahap termasuk hilangnya ingatan, mudah tersinggung, dan depresi, gejala-gejala yang dialami Ratu menjelang akhir hidupnya. Belum lagi merkuri kemungkinan menggerogoti dagingnya secara perlahan.
Elizabeth dinilai sangat menyadari pentingnya menjaga penampilan awet muda. Sue Prichard, kurator seni senior di Royal Museums Greenwich mengatakan propaganda anti-Protestan menggambarkannya sebagai Ratu yang menua, tubuhnya rusak dan tidak layak untuk mempertahankan takhta.
“Elizabeth membentuk citranya dengan menggunakan kombinasi asap, cermin, dan cat, istilah yang digunakan untuk apa yang sekarang kita sebut kosmetik,” ujar dia.
“Semua wanita di istana membentuk wajah pucat. Keputusan untuk melakukannya memiliki konsekuensi yang menghancurkan bagi kesehatan mereka, tetapi pada akhirnya, mereka menganggapnya sepadan,” ucap Sue Prichard lagi.
Lihat Juga: Deretan Musuh Bebuyutan Putri Diana, Keluarga Kerajaan Perlakukannya seperti Orang Asing
Ketika Elizabeth menghapus riasannya, para sejarawan percaya bahwa dia mungkin menggunakan ramuan yang mengandung merkuri dan efek samping dari keracunan merkuri secara bertahap termasuk hilangnya ingatan, mudah tersinggung, dan depresi, gejala-gejala yang dialami Ratu menjelang akhir hidupnya. Belum lagi merkuri kemungkinan menggerogoti dagingnya secara perlahan.
Elizabeth dinilai sangat menyadari pentingnya menjaga penampilan awet muda. Sue Prichard, kurator seni senior di Royal Museums Greenwich mengatakan propaganda anti-Protestan menggambarkannya sebagai Ratu yang menua, tubuhnya rusak dan tidak layak untuk mempertahankan takhta.
“Elizabeth membentuk citranya dengan menggunakan kombinasi asap, cermin, dan cat, istilah yang digunakan untuk apa yang sekarang kita sebut kosmetik,” ujar dia.
“Semua wanita di istana membentuk wajah pucat. Keputusan untuk melakukannya memiliki konsekuensi yang menghancurkan bagi kesehatan mereka, tetapi pada akhirnya, mereka menganggapnya sepadan,” ucap Sue Prichard lagi.
Lihat Juga: Deretan Musuh Bebuyutan Putri Diana, Keluarga Kerajaan Perlakukannya seperti Orang Asing
(tdy)