Artis Park Ha Sun Jadi Korban Kejahatan Deepfake, Pelakunya Seorang Profesor
loading...
A
A
A
JAKARTA - Artis Park Ha Sun mengaku jika dirinya adalah korban kejahatan deepfake dan pelakunya bukan orang sembarangan, yakni profesor di sebuah universitas.
Park Ha Sun berbagi cerita ini pada episode Hidden Eye MBC Every1 yang membahas masalah kejahatan deepfake. Dikutip Allkpop, awalnya pembawa acara Pyo Chang Won menyoroti meningkatnya jumlah kejahatan seksual terkait deepfake .
"Menurut laporan oleh firma keamanan luar negeri Chosar, 53% korban dalam konten eksploitasi eksplisit adalah warga Korea, dan 99% dari mereka yang digambarkan dalam video tersebut adalah perempuan," tuturnya.
Penyanyi Soyou ini kemudian berbagi pengalamannya sendiri sebagai korban deepfake. Dia mengatakan awalnya bisa mengalami masalah tersebut.
"Saya sebenarnya adalah korban kejahatan deepfake. Itu terjadi sekitar 10 tahun yang lalu, saat istilah 'deepfake' belum ada. Seorang teman mengirimi saya video dan bertanya, 'Apakah ini kamu?' Saya terkejut saat memeriksa situs tersebut. Saya tidak mengerti apa yang saya lihat," tuturnya.
"Bahkan tahun ini, saya tidak menyadarinya sampai penggemar memberi tahu saya. Awalnya, hanya melihat foto-foto itu tidak terlalu memengaruhi saya karena sangat tidak masuk akal. Namun setelah menonton video-videonya, saya terus merasa tidak nyaman. Itu terjadi sekitar waktu saya syuting Hidden Eye," kata dia lagi.
Park Ha Sun juga mengungkapkan pengalamannya sebagai korban kejahatan deepfake. "Seseorang melaporkannya kepada saya di media sosial. Saya tidak pernah merasakan hal seperti itu dalam hidup saya—rasanya seperti darah terkuras dari tubuh saya. Saya merasa ngeri," ucap dia.
"Saya mengajukan gugatan, tetapi butuh waktu tiga tahun untuk menyelesaikannya. Ketika pelakunya tertangkap, ternyata seorang profesor universitas. Ia datang sebagai penggemar, dan penggemar pria yang lebih tua sering berfoto bergandengan tangan di acara penggemar. Ia menggunakan salah satu foto tersebut, membagikannya di komunitas penggemar, dan membuat konten deepfake. Ia mengajukan banding atas kasus tersebut, tetapi ia hanya menerima denda," katanya lagi.
Deepfake sendiri merupakan teknik yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat foto, video dan audio palsu yang terlihat sangat realistis. Istilah deepfake berasal dari gabungan kata “deep learning” dan “fake”.
Deepfake dapat digunakan untuk berbagai hal, seperti mengedit suara orang menyanyi, menempelkan wajah seseorang ke badan orang lain, mengedit video orang terkenal, membuat filter foto untuk mengganti wajah, membuka rekening, mengajukan pinjaman atau mengakses akun tanpa terdeteksi.
Deepfake dapat memiliki dampak negatif yang signifikan, seperti: menyebarkan informasi palsu, manipulasi opini publik, merusak reputasi seseorang, memicu konflik sosial, merusak stabilitas politik dan ekonomi.
Untuk mendeteksi deepfake, para peneliti menggunakan analisis forensik digital, deteksi anomali dan machine learning.
Lihat Juga: Wave Here Meet and Greet: S.Coups, Wonwoo dan Vernon Seventeen Titip Pesan untuk Carat Indonesia
Park Ha Sun berbagi cerita ini pada episode Hidden Eye MBC Every1 yang membahas masalah kejahatan deepfake. Dikutip Allkpop, awalnya pembawa acara Pyo Chang Won menyoroti meningkatnya jumlah kejahatan seksual terkait deepfake .
"Menurut laporan oleh firma keamanan luar negeri Chosar, 53% korban dalam konten eksploitasi eksplisit adalah warga Korea, dan 99% dari mereka yang digambarkan dalam video tersebut adalah perempuan," tuturnya.
Penyanyi Soyou ini kemudian berbagi pengalamannya sendiri sebagai korban deepfake. Dia mengatakan awalnya bisa mengalami masalah tersebut.
"Saya sebenarnya adalah korban kejahatan deepfake. Itu terjadi sekitar 10 tahun yang lalu, saat istilah 'deepfake' belum ada. Seorang teman mengirimi saya video dan bertanya, 'Apakah ini kamu?' Saya terkejut saat memeriksa situs tersebut. Saya tidak mengerti apa yang saya lihat," tuturnya.
"Bahkan tahun ini, saya tidak menyadarinya sampai penggemar memberi tahu saya. Awalnya, hanya melihat foto-foto itu tidak terlalu memengaruhi saya karena sangat tidak masuk akal. Namun setelah menonton video-videonya, saya terus merasa tidak nyaman. Itu terjadi sekitar waktu saya syuting Hidden Eye," kata dia lagi.
Park Ha Sun juga mengungkapkan pengalamannya sebagai korban kejahatan deepfake. "Seseorang melaporkannya kepada saya di media sosial. Saya tidak pernah merasakan hal seperti itu dalam hidup saya—rasanya seperti darah terkuras dari tubuh saya. Saya merasa ngeri," ucap dia.
"Saya mengajukan gugatan, tetapi butuh waktu tiga tahun untuk menyelesaikannya. Ketika pelakunya tertangkap, ternyata seorang profesor universitas. Ia datang sebagai penggemar, dan penggemar pria yang lebih tua sering berfoto bergandengan tangan di acara penggemar. Ia menggunakan salah satu foto tersebut, membagikannya di komunitas penggemar, dan membuat konten deepfake. Ia mengajukan banding atas kasus tersebut, tetapi ia hanya menerima denda," katanya lagi.
Deepfake sendiri merupakan teknik yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat foto, video dan audio palsu yang terlihat sangat realistis. Istilah deepfake berasal dari gabungan kata “deep learning” dan “fake”.
Deepfake dapat digunakan untuk berbagai hal, seperti mengedit suara orang menyanyi, menempelkan wajah seseorang ke badan orang lain, mengedit video orang terkenal, membuat filter foto untuk mengganti wajah, membuka rekening, mengajukan pinjaman atau mengakses akun tanpa terdeteksi.
Deepfake dapat memiliki dampak negatif yang signifikan, seperti: menyebarkan informasi palsu, manipulasi opini publik, merusak reputasi seseorang, memicu konflik sosial, merusak stabilitas politik dan ekonomi.
Untuk mendeteksi deepfake, para peneliti menggunakan analisis forensik digital, deteksi anomali dan machine learning.
Lihat Juga: Wave Here Meet and Greet: S.Coups, Wonwoo dan Vernon Seventeen Titip Pesan untuk Carat Indonesia
(tdy)