Edukasi Masyarakat, Kental Manis Diusulkan Masuk Materi Penyuluhan Posyandu

Kamis, 17 September 2020 - 07:49 WIB
loading...
Edukasi Masyarakat,...
Penting disadari bahwa susu bukan satu-satunya asupan yang wajib dikonsumsi balita. Telur, tahu dan tempe dapat menjadi asupan tinggi protein yang baik untuk tumbuh kembang anak. Foto/Istimewa.
A A A
JAKARTA - Hingga saat ini masih banyak anak-anak, balita, bahkan bayi berusia dibawah 12 bulan yang mengkonsumsi kental manis sebagai asupan nutrisi harian mereka. Sementara, Peraturan BPOM No 31 Tahun 2018 tentang label pangan olahan meneyebut kental manis bukan untuk usia dibawah 12 bulan.

Peraturan itu juga memuat aturan tentang produk kental manis sudah memasuki tahun kedua. Artinya, tinggal 1 tahun lagi batas waktu penyesuaian yang diberikan BPOM terhadap produsen kental manis. Tak hanya itu, kental manis pun dilarang menampilkan visual anak-anak dan susu di dalam gelas pada label dan iklan serta kental manis bukan sebagai sumber gizi tunggal.

Ketua bidang advokasi Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Yuli Supriati mengatakan saat terjun ke masyarakat melakukan edukasi tentang gizi, pihaknya tak jarang mendapati anak-anak yang masih mengkonsumsi kental manis.

“Awal September ini, saat kami bersama PP Aisyiyah melakukan penelitian mengenai persepsi masyarakat mengenai kental manis dan kaitannya dengan gizi buruk, di desa Parung, Kab Bogor, ada 5 anak dari 3 keluarga yang mengkonsumsi kental manis sehari-hari. Mereka mengatakan mereka minum susu. Orang tua mengaku tidak tahu cara penggunaan kental manis yang tepat, mereka pikir kental manis adalah susu untuk anak,” kata Yuli.

Tak hanya di Parung, perilaku masyarakat yang memberikan kental manis sebagai minuman sehari-hari anak, balita bahkan bayi juga ditemui di Tigaraksa, Tangerang, Cilengsi, DKI Jakarta dan beberapa wilayah lain.

“Kami telah mengedukasi masyarakat di 20 kota di Indonesia, dan hampir di setiap wilayah kami mendapati balita mengkonsumsi kental manis. Ada yang beralasan faktor ekonomi karena harga kental manis lebih terjangkau, ada juga yang menjadikan alasan karena ASI nya tidak keluar. Intinya, masyarakat kita belum teredukasi mana yang boleh diberikan dan mana yang seharusnya tidak dikonsumsi anak,” imbuh Yuli.

Sementara di Cilengsi, rata-rata anak yang mengkonsumsi kental manis berat badannya berada di bawah garis merah pada KMS. Sebelumnya di Desa Cileleus , Kab. Tangerang, balita usia 2 tahun bernama Tegar, didiagnosis gizi buruk. Diusianya yang menginjak 2,5 tahun, beratnya hanya 8 kg. Idealnya, balita laki-laki usia 2 tahun memiliki berat badan 10 – 15 kg. Tegar telah lama mengkonsumsi kental manis. Secara umum, penyebabnya sama, yaitu penghasilan orang tua yang tidak tetap mengakibatkan ketidak mampuan memberikan asupan gizi yang tepat untuk anak.

Tidak jarang, kata Yuli, kader posyandu juga mengaku baru mengetahui fakta kandungan kental manis yang lebih banyak gula daripada protein dan zat gizi lainnya.

“Mereka (kader Posyandu) sadar rasanya manis, namun tidak paham bahwa zat gizinya sangat rendah, rata-rata mereka juga belum mengetahui mengenai larangan BPOM tentang kental manis,” jelas Yuli. (Baca juga: Waspada! Anak Lemas dan Tak Konsentrasi Bisa Jadi Kurang Zat Gizi Mikro )

Sementara, Kepala UPT Puskesmas Parung, dr Dini Sri Agustin mengakui pengetahuan tentang susu tidak termasuk dalam materi penyuluhan Posyandu di wilayah yang menjadi binaan Puskesmas Parung.

“Materi penyuluhan untuk posyandu baik untuk kader maupun masyarakat itu kan ada standarnya, disusun oleh Promkes. Memang tidak ada penjelasan tentang susu karena kita mendorong ASI ekslusif,” jelas Dini.

Meski demikian, Dini menyadari pentingnya pengetahuan masyarakat mengenai susu agar tidak terjadi kesalahan persepsi, seperti yang terjadi pada kental manis. Sebab, susu bukan satu-satunya asupan yang wajib dikonsumsi balita dan anak-anak. Telur, tahu dan tempe misalnya, dapat menjadi asupan tinggi protein yang baik untuk tumbuh kembang anak. (Baca juga: Tidur Buruk Terkait dengan Penambahan Berat Badan )

“Ini adalah masukan yang baik, bahwa memang penting disampaikan kepada masyarakat informasi tentang susu, agar tidak ada lagi yang memberikan kental manis untuk anak,” ujar Dini.
(tdy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1524 seconds (0.1#10.140)