Terdampak Pandemi, Disney Restrukturisasi Bisnis Hiburan
loading...
A
A
A
NEW YORK - Walt Disney Co telah merestrukturisasi bisnis hiburan untuk mempercepat pertumbuhan Disney+ setelah banyak sineas beralih menuju tontonan digital di tengah wabah Covid-19. Dengan adanya reorganisasi itu, Disney akan memisahkan bagian produksi dan distribusi agar dapat lebih cepat merespons tuntutan pasar.
Langkah itu diambil sehari setelah investor Daniel Loeb dari hedge fund Third Point mendesak Disney melipatgandakan investasi program di dunia streaming dan merutinkan pembayaran dividen. Disney merilis Disney+ sejak November 2019, tapi belum mampu bersaing. Saat ini, saham Disney meningkat sekitar 5% atau menjadi USD130,76 per lembar. (Baca: 7 Amalan Setelah Berwudhu dan Keutamaannya)
Seperti dilansir Reuters, Disney berhasil menarik sekitar 100 juta pelanggan dari seluruh dunia, baik yang berlangganan Disney+, Hulu, maupun ESPN+. Sejauh ini, porsi terbesar pasar streaming film masih dikuasai Netflix yang memiliki 193 juta pelanggan. Menurut Loeb, Disney perlu memangkas dividen agar lebih produktif di industri hiburan.
Chief Executive Officer (CEO) Disney, Bob Chapek, juga berencana meningkatkan investasi dalam pembuatan konten, tapi tidak dijelaskan jika dia akan memangkas dividen untuk mengakali kekurangan finansial. “Pemisahan pembuatan konten dan distribusi akan membantu kami bekerja lebih efektif dalam memenuhi keinginan pelanggan,” kata Chapek.
Loeb juga menyambut baik restrukturisasi Disney yang fokus mengembangkan bisnis hiburan dan media sesuai dengan perubahan zaman demi meraih kesuksesan pada masa yang akan datang. Atas perubahan ini, studio, bisnis hiburan, dan olahraga akan berada di bawah satu divisi, sedangkan distribusi dan komersialisasi di bawah divisi yang lain.
Namun, Chapek tak memungkiri sentralisasi ini akan menimbulkan pemecatan sejumlah karyawan. Kareem Daniel, mantan presiden produk, game, dan publishing, akan memegang kepemimpinan. Adapun Alan Horn dan Alan Bergman akan tetap memimpin operasi studio Disney, baik untuk program Marvel, Star Wars, maupun animasi Pixar.
Sementara itu, Peter Rice akan memimpin program hiburan umum dan Jimmy Pittaro olahraga. Disney menyatakan akan menggelar pertemuan dengan investor pada 10 Desember mendatang untuk membahas strategi bisnis. AT&T yang memulai layanan streaming HBO Max pada Mei silam juga merestrukturisasi operasi film dan TV menjadi satu. (Baca juga: Prioritas Pemberian Vaksin kepada Tenaga Pendidik Diapresiasi)
Sebagian operator bioskop di Eropa mengaku terkejut dan kecewa dengan langkah yang diambil Disney. Saat ini, Disney juga membatalkan penayangan film animasi Soul di bioskop menyusul sepinya gedung hiburan akibat Covid-19. Mereka lalu merilisnya di platform streaming Disney+. Himpunan Bioskop Internasional (UNIC) mengaku cemas.
“Sebagian besar bioskop di Eropa dan di kawasan lain di dunia sekarang sudah kembali beroperasi dan mampu menawarkan layanan yang aman dan nyaman,” ujar UNIC. “Operator bioskop menanamkan modal besar untuk melakukan semua itu demi menayangkan film baru, tapi distributor kembali memberikan kejutan.”
Dengan menyebarluasnya virus corona (Covid-19) ke seluruh dunia, tingkat kekhawatiran masyarakat meningkat. Kondisi itu memberikan dampak besar terhadap berbagai industri, termasuk industri perfilman. Beberapa film Hollywood juga terancam dibatalkan tayang dan ditunda hingga akhir tahun ini. (Baca juga: Diare Juga Bisa Jadi Gejala Awal Terjangkit Covid-19)
Salah satu film yang resmi molor dari jadwal awal ialah No Time To Die. Film James Bond yang dibintangi Daniel Craig itu ditunda selama tujuh bulan atau sampai November. Sejauh ini, produser film James Bond, Metro-Goldwyn-Mayer, tidak mengatakan secara langsung penangguhan penayangan itu akibat Covid-19.
Namun, Metro-Goldwyn-Mayer mengakui keputusan itu diambil setelah melakukan analisis pasar global yang dikhawatirkan turun dalam waktu dekat. Hal itu dapat dimaklumi. Sebab, berbagai negara di dunia telah menutup bioskop, baik secara penuh maupun parsial. China bahkan menutup lebih dari 70.000 bioskop pada awal pandemi.
“Saya kira benang merahnya jelas. Ini akibat virus korona,” ahli kesenian David Sillito, dikutip BBC. “Kita dapat melihat situasi di dunia saat ini sedang panik. Dampaknya luas dan besar. Ini menjadi pertama kalinya film blockbuster dunia ditunda. Padahal, 2/3 keuntungan film James Bond bersumber dari luar AS.” (Lihat videonya: Sejumlah Aktivis dan Petinggi KAMI Ditangkap Polisi)
Ahli film Siobhan Synott mengatakan, penundaan penayangan film James Bond merupakan cerminan kekhawatiran pasar bisnis, investasi, dan perdagangan akibat Covid-19. Sebelumnya, distributor James Bond telah menggelontorkan uang cukup besar untuk pemasaran dan promosi, termasuk rilis lagu pada Februari.
Keputusan Metro-Goldwyn-Mayer untuk menunda dan menarik film tersebut dari pasar bukanlah hal yang mudah. Faktanya, tidak seperti produser film yang lain, studio film yang berbasis di Beverly Hills itu sangat menggantungkan diri terhadap film franchise James Bond untuk menjalankan roda bisnis dan keuangan. Sejauh ini, No Time To Die menjadi satu-satunya film yang resmi ditunda. (Muh Shamil)
Lihat Juga: Kemenparekraf Gelar FGD Bahas Tantangan Industri Musik di Era Disrupsi Teknologi Digital
Langkah itu diambil sehari setelah investor Daniel Loeb dari hedge fund Third Point mendesak Disney melipatgandakan investasi program di dunia streaming dan merutinkan pembayaran dividen. Disney merilis Disney+ sejak November 2019, tapi belum mampu bersaing. Saat ini, saham Disney meningkat sekitar 5% atau menjadi USD130,76 per lembar. (Baca: 7 Amalan Setelah Berwudhu dan Keutamaannya)
Seperti dilansir Reuters, Disney berhasil menarik sekitar 100 juta pelanggan dari seluruh dunia, baik yang berlangganan Disney+, Hulu, maupun ESPN+. Sejauh ini, porsi terbesar pasar streaming film masih dikuasai Netflix yang memiliki 193 juta pelanggan. Menurut Loeb, Disney perlu memangkas dividen agar lebih produktif di industri hiburan.
Chief Executive Officer (CEO) Disney, Bob Chapek, juga berencana meningkatkan investasi dalam pembuatan konten, tapi tidak dijelaskan jika dia akan memangkas dividen untuk mengakali kekurangan finansial. “Pemisahan pembuatan konten dan distribusi akan membantu kami bekerja lebih efektif dalam memenuhi keinginan pelanggan,” kata Chapek.
Loeb juga menyambut baik restrukturisasi Disney yang fokus mengembangkan bisnis hiburan dan media sesuai dengan perubahan zaman demi meraih kesuksesan pada masa yang akan datang. Atas perubahan ini, studio, bisnis hiburan, dan olahraga akan berada di bawah satu divisi, sedangkan distribusi dan komersialisasi di bawah divisi yang lain.
Namun, Chapek tak memungkiri sentralisasi ini akan menimbulkan pemecatan sejumlah karyawan. Kareem Daniel, mantan presiden produk, game, dan publishing, akan memegang kepemimpinan. Adapun Alan Horn dan Alan Bergman akan tetap memimpin operasi studio Disney, baik untuk program Marvel, Star Wars, maupun animasi Pixar.
Sementara itu, Peter Rice akan memimpin program hiburan umum dan Jimmy Pittaro olahraga. Disney menyatakan akan menggelar pertemuan dengan investor pada 10 Desember mendatang untuk membahas strategi bisnis. AT&T yang memulai layanan streaming HBO Max pada Mei silam juga merestrukturisasi operasi film dan TV menjadi satu. (Baca juga: Prioritas Pemberian Vaksin kepada Tenaga Pendidik Diapresiasi)
Sebagian operator bioskop di Eropa mengaku terkejut dan kecewa dengan langkah yang diambil Disney. Saat ini, Disney juga membatalkan penayangan film animasi Soul di bioskop menyusul sepinya gedung hiburan akibat Covid-19. Mereka lalu merilisnya di platform streaming Disney+. Himpunan Bioskop Internasional (UNIC) mengaku cemas.
“Sebagian besar bioskop di Eropa dan di kawasan lain di dunia sekarang sudah kembali beroperasi dan mampu menawarkan layanan yang aman dan nyaman,” ujar UNIC. “Operator bioskop menanamkan modal besar untuk melakukan semua itu demi menayangkan film baru, tapi distributor kembali memberikan kejutan.”
Dengan menyebarluasnya virus corona (Covid-19) ke seluruh dunia, tingkat kekhawatiran masyarakat meningkat. Kondisi itu memberikan dampak besar terhadap berbagai industri, termasuk industri perfilman. Beberapa film Hollywood juga terancam dibatalkan tayang dan ditunda hingga akhir tahun ini. (Baca juga: Diare Juga Bisa Jadi Gejala Awal Terjangkit Covid-19)
Salah satu film yang resmi molor dari jadwal awal ialah No Time To Die. Film James Bond yang dibintangi Daniel Craig itu ditunda selama tujuh bulan atau sampai November. Sejauh ini, produser film James Bond, Metro-Goldwyn-Mayer, tidak mengatakan secara langsung penangguhan penayangan itu akibat Covid-19.
Namun, Metro-Goldwyn-Mayer mengakui keputusan itu diambil setelah melakukan analisis pasar global yang dikhawatirkan turun dalam waktu dekat. Hal itu dapat dimaklumi. Sebab, berbagai negara di dunia telah menutup bioskop, baik secara penuh maupun parsial. China bahkan menutup lebih dari 70.000 bioskop pada awal pandemi.
“Saya kira benang merahnya jelas. Ini akibat virus korona,” ahli kesenian David Sillito, dikutip BBC. “Kita dapat melihat situasi di dunia saat ini sedang panik. Dampaknya luas dan besar. Ini menjadi pertama kalinya film blockbuster dunia ditunda. Padahal, 2/3 keuntungan film James Bond bersumber dari luar AS.” (Lihat videonya: Sejumlah Aktivis dan Petinggi KAMI Ditangkap Polisi)
Ahli film Siobhan Synott mengatakan, penundaan penayangan film James Bond merupakan cerminan kekhawatiran pasar bisnis, investasi, dan perdagangan akibat Covid-19. Sebelumnya, distributor James Bond telah menggelontorkan uang cukup besar untuk pemasaran dan promosi, termasuk rilis lagu pada Februari.
Keputusan Metro-Goldwyn-Mayer untuk menunda dan menarik film tersebut dari pasar bukanlah hal yang mudah. Faktanya, tidak seperti produser film yang lain, studio film yang berbasis di Beverly Hills itu sangat menggantungkan diri terhadap film franchise James Bond untuk menjalankan roda bisnis dan keuangan. Sejauh ini, No Time To Die menjadi satu-satunya film yang resmi ditunda. (Muh Shamil)
Lihat Juga: Kemenparekraf Gelar FGD Bahas Tantangan Industri Musik di Era Disrupsi Teknologi Digital
(ysw)