Perawatan Gigi Saat Pandemi, Bisa Kok 2 Tahun Sekali
loading...
A
A
A
PARA dokter gigi biasanya menyarankan untuk melakukan pemeriksaan gigi secara rutin setiap enam bulan sekali. Namun, para peneliti menyebutkan bahwa perawatan gigi dapat dilakukan setiap 2 tahun sekali, apalagi saat pandemi seperti sekarang.
Pemeriksaan gigi secara rutin merupakan salah satu upaya untuk mencegah kerusakan gigi dan tetap sehat. Pemeriksaan ini disarankan setiap enam bulan, namun para peneliti mengungkapkan bahwa perawatan gigi setiap 24 bulan. Pergi ke dokter gigi adalah hal yang membuat kita malas dan tidak disukai secara universal. (Baca: Inilah Perkara-perkara yang Membinasakan Manusia)
Namun, sebagian dokter gigi menyarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin setiap enam bulan sekali untuk menjaga gigi dan gusi dalam kondisi sehat.
Di sisi lain, peneliti Inggris dari Universitas Dundee, Patrick Fee, mengungkapkan bahwa perawatan gigi setiap enam bulan sekali tidak meningkatkan kesehatan mulut. Dia dan tim juga menyarankan bahwa lebih jarang ke dokter gigi dapat menghemat uang, terutama saat pandemi seperti ini.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa seseorang dapat pergi ke dokter gigi dalam kurun waktu dua tahun sekali. Rentang waktu ini lebih dikhususkan bagi orang dewasa yang tidak memiliki masalah dengan kesehatan gigi dan tidak berlaku bagi anak-anak atau mereka yang membutuhkan perawatan khusus.
Di Inggris, seseorang harus membayar GBP22,70 untuk sekali pemeriksaan (check-up). Namun, bagi mereka yang berusia di bawah 18 tahun, berpenghasilan rendah, dan sedang hamil atau 12 bulan setelah melahirkan, tidak perlu mengeluarkan biaya alias gratis. (Baca juga: Kemenag Minta guru Fokus pada Pembentukan Karakter Siswa)
“Saat ini, praktik pemeriksaan setiap enam bulanan di pusat layanan kesehatan Inggris (NHS) dianggap tidak efisien, hanya menambahkan biaya layanan kesehatan dan tidak memberi keuntungan kesehatan gigi bagi pasien,” kata Patrick.
Selama pandemi Covid-19, pembatasan akses pasien untuk berkunjung ke dokter gigi tetap terbatas untuk beberapa waktu ke depan. Meski begitu, hasil penelitian memberikan kepastian bagi mereka yang mencari perawatan gigi bahwa interval waktu perawatan gigi dapat diperpanjang tanpa mengganggu kesehatan mulut pasien.
“Pemeriksaan setiap enam bulan sangat dihargai oleh masyarakat umum dan ini merupakan pemeriksaan berbasis risiko untuk mencegah masalah yang lebih besar dengan kerja sama dari pembuat kebijakan perawatan kesehatan, pengetahuan dokter dan keterlibatan pasien,” tambahnya.
Statistik pemeriksaan gigi NHS pada 2019 dan 2020 mencatat bahwa hanya ada 49,6% orang dewasa yang pernah ke dokter gigi selama dua tahun sebelumnya. Artinya, pemeriksaan gigi selama enam bulan sekali sangat jarang dilakukan. (Baca juga: 5 Hal yang Wajib Dilakukan Apabila terinfeksi Flu)
Meskipun tidak dilakukan setiap enam bulan sekali, pemeriksaan gigi berfungsi sebagai skrining kanker mulut. Kasus kanker mulut memiliki perkembangan yang cukup signifikan dan telah merenggut banyak nyawa di Inggris setiap tahunnya.
Para ahli di Dundee mengungkapkan, ada perdebatan di dunia internasional yang sudah berlangsung lama tentang frekuensi ideal pemeriksaan gigi . Secara tradisional, dokter gigi merekomendasikan kunjungan pasiennya untuk pemeriksaan dua kali setahun meskipun risiko penyakit gigi berbeda-beda untuk setiap individu.
Sejak 2004, Institut Perawatan dan Kesehatan Nasional Inggris (NICE) telah merekomendasikan interval pemeriksaan berdasarkan keadaan gigi setiap orang yang dikenal sebagai pemeriksaan berbasis risiko. Interval ini terjadi antara 3 hingga 24 bulan dengan mempertimbangkan risiko seseorang terkena penyakit gigi dan mulut.
Berbagai penelitian tentang interval waktu pemeriksaan tidak membuat para dokter menjadwalkan pemeriksaan setiap enam bulan. Dokter ingin memastikan agar permasalahan gigi dan gusi dapat diidentifikasi sedini mungkin.
Penasihat ilmiah Asosiasi Gigi Inggris, Profesor Damien Walmsley, mengatakan kepada MailOnline bahwa setiap pasien itu unik karena tidak semuanya memperhatikan masalah kesehatan mulut. Padahal penjadwalan yang rutin dapat meminimalkan risiko penyakit mulut.
“Pemeriksaan rutin memberi kesempatan kepada dokter gigi untuk mengatasi masalah umum sejak awal dan akan mendapatkan hasil yang lebih baik agar tidak terjadi pembusukan atau kanker di mulut,” katanya. (Baca juga: Bagi yang Lulus CPNS, Begini Langkah Pemberkasannya)
Para ahli di Dundee bekerja sama dengan Universitas Manchester dan organisasi Kesehatan Mulut Cochrane yang berbasis di London. Mereka menganalisis semua makalah penelitian untuk menilai frekuensi pemeriksaan terbaik dalam menjaga kesehatan mulut di perawatan primer.
Para peneliti menggunakan dua uji coba terkontrol secara acak yang melibatkan 1.736 pasien. Mereka melihat bagaimana interval pemeriksaan enam bulan sekali dan 2 tahun sekali terhadap tingkat kerusakan gigi dan berapa banyak permukaan gigi yang terpengaruh.
Hasil penelitian menemukan bahwa orang dewasa hanya mengalami sedikit perubahan atau tidak ada perbedaan yang mencolok antara pemeriksaan enam bulan dan dua tahun. Pemeriksaan berbasis risiko ini dilakukan dengan mendeteksi tingkat kerusakan permukaan gigi dan penyakit gusi setelah empat tahun.
Tidak adanya perbedaan antara interval pemeriksaan menunjukkan frekuensi pemeriksaan berbasis risiko dapat didukung karena tidak merusak kesehatan mulut dan dapat diterima oleh pasien,” kata Patrick. (Baca juga: Lockdown, Warga Prancis Eksodus Tinggalkan Paris)
Patrick menekankan bahwa pemeriksaan rutin lebih dikhususkan kepada orang dewasa. Mereka yang membutuhkan perawatan khusus tetap harus berkonsultasi dengan dokter gigi sesering mungkin agar segera mendapatkan tindakan atau perawatan.
“Penelitian ini juga berharga ketika mempertimbangkan dampak signifikan dari pandemi global Covid-19 dan pengaruhnya terhadap layanan gigi di seluruh dunia yang membatasi akses pasien ke perawatan gigi,” tambahnya.
Pada Agustus lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa seseorang tidak boleh pergi ke dokter gigi, kecuali jika mendesak. Seorang petugas gigi WHO, Benoit Varenne, mengatakan risiko yang ditimbulkan oleh prosedur perawatan gigi kurang dipahami oleh sebagian besar orang. Padahal, prosedur perawatan gigi dapat mengirim virus corona ke udara dari mulut pasien. (Lihat videonya: Viral Pengendara Motor Diduga Bonceng Mayat di Boyolali)
“Untuk menghindari atau meminimalkan prosedur yang dapat menghasilkan aerosol, perlu dilakukan dengan instrumen khusus dan tentu saja untuk menunda perawatan kesehatan mulut rutin non-esensial,” kata Varienne. (Fandy)
Pemeriksaan gigi secara rutin merupakan salah satu upaya untuk mencegah kerusakan gigi dan tetap sehat. Pemeriksaan ini disarankan setiap enam bulan, namun para peneliti mengungkapkan bahwa perawatan gigi setiap 24 bulan. Pergi ke dokter gigi adalah hal yang membuat kita malas dan tidak disukai secara universal. (Baca: Inilah Perkara-perkara yang Membinasakan Manusia)
Namun, sebagian dokter gigi menyarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin setiap enam bulan sekali untuk menjaga gigi dan gusi dalam kondisi sehat.
Di sisi lain, peneliti Inggris dari Universitas Dundee, Patrick Fee, mengungkapkan bahwa perawatan gigi setiap enam bulan sekali tidak meningkatkan kesehatan mulut. Dia dan tim juga menyarankan bahwa lebih jarang ke dokter gigi dapat menghemat uang, terutama saat pandemi seperti ini.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa seseorang dapat pergi ke dokter gigi dalam kurun waktu dua tahun sekali. Rentang waktu ini lebih dikhususkan bagi orang dewasa yang tidak memiliki masalah dengan kesehatan gigi dan tidak berlaku bagi anak-anak atau mereka yang membutuhkan perawatan khusus.
Di Inggris, seseorang harus membayar GBP22,70 untuk sekali pemeriksaan (check-up). Namun, bagi mereka yang berusia di bawah 18 tahun, berpenghasilan rendah, dan sedang hamil atau 12 bulan setelah melahirkan, tidak perlu mengeluarkan biaya alias gratis. (Baca juga: Kemenag Minta guru Fokus pada Pembentukan Karakter Siswa)
“Saat ini, praktik pemeriksaan setiap enam bulanan di pusat layanan kesehatan Inggris (NHS) dianggap tidak efisien, hanya menambahkan biaya layanan kesehatan dan tidak memberi keuntungan kesehatan gigi bagi pasien,” kata Patrick.
Selama pandemi Covid-19, pembatasan akses pasien untuk berkunjung ke dokter gigi tetap terbatas untuk beberapa waktu ke depan. Meski begitu, hasil penelitian memberikan kepastian bagi mereka yang mencari perawatan gigi bahwa interval waktu perawatan gigi dapat diperpanjang tanpa mengganggu kesehatan mulut pasien.
“Pemeriksaan setiap enam bulan sangat dihargai oleh masyarakat umum dan ini merupakan pemeriksaan berbasis risiko untuk mencegah masalah yang lebih besar dengan kerja sama dari pembuat kebijakan perawatan kesehatan, pengetahuan dokter dan keterlibatan pasien,” tambahnya.
Statistik pemeriksaan gigi NHS pada 2019 dan 2020 mencatat bahwa hanya ada 49,6% orang dewasa yang pernah ke dokter gigi selama dua tahun sebelumnya. Artinya, pemeriksaan gigi selama enam bulan sekali sangat jarang dilakukan. (Baca juga: 5 Hal yang Wajib Dilakukan Apabila terinfeksi Flu)
Meskipun tidak dilakukan setiap enam bulan sekali, pemeriksaan gigi berfungsi sebagai skrining kanker mulut. Kasus kanker mulut memiliki perkembangan yang cukup signifikan dan telah merenggut banyak nyawa di Inggris setiap tahunnya.
Para ahli di Dundee mengungkapkan, ada perdebatan di dunia internasional yang sudah berlangsung lama tentang frekuensi ideal pemeriksaan gigi . Secara tradisional, dokter gigi merekomendasikan kunjungan pasiennya untuk pemeriksaan dua kali setahun meskipun risiko penyakit gigi berbeda-beda untuk setiap individu.
Sejak 2004, Institut Perawatan dan Kesehatan Nasional Inggris (NICE) telah merekomendasikan interval pemeriksaan berdasarkan keadaan gigi setiap orang yang dikenal sebagai pemeriksaan berbasis risiko. Interval ini terjadi antara 3 hingga 24 bulan dengan mempertimbangkan risiko seseorang terkena penyakit gigi dan mulut.
Berbagai penelitian tentang interval waktu pemeriksaan tidak membuat para dokter menjadwalkan pemeriksaan setiap enam bulan. Dokter ingin memastikan agar permasalahan gigi dan gusi dapat diidentifikasi sedini mungkin.
Penasihat ilmiah Asosiasi Gigi Inggris, Profesor Damien Walmsley, mengatakan kepada MailOnline bahwa setiap pasien itu unik karena tidak semuanya memperhatikan masalah kesehatan mulut. Padahal penjadwalan yang rutin dapat meminimalkan risiko penyakit mulut.
“Pemeriksaan rutin memberi kesempatan kepada dokter gigi untuk mengatasi masalah umum sejak awal dan akan mendapatkan hasil yang lebih baik agar tidak terjadi pembusukan atau kanker di mulut,” katanya. (Baca juga: Bagi yang Lulus CPNS, Begini Langkah Pemberkasannya)
Para ahli di Dundee bekerja sama dengan Universitas Manchester dan organisasi Kesehatan Mulut Cochrane yang berbasis di London. Mereka menganalisis semua makalah penelitian untuk menilai frekuensi pemeriksaan terbaik dalam menjaga kesehatan mulut di perawatan primer.
Para peneliti menggunakan dua uji coba terkontrol secara acak yang melibatkan 1.736 pasien. Mereka melihat bagaimana interval pemeriksaan enam bulan sekali dan 2 tahun sekali terhadap tingkat kerusakan gigi dan berapa banyak permukaan gigi yang terpengaruh.
Hasil penelitian menemukan bahwa orang dewasa hanya mengalami sedikit perubahan atau tidak ada perbedaan yang mencolok antara pemeriksaan enam bulan dan dua tahun. Pemeriksaan berbasis risiko ini dilakukan dengan mendeteksi tingkat kerusakan permukaan gigi dan penyakit gusi setelah empat tahun.
Tidak adanya perbedaan antara interval pemeriksaan menunjukkan frekuensi pemeriksaan berbasis risiko dapat didukung karena tidak merusak kesehatan mulut dan dapat diterima oleh pasien,” kata Patrick. (Baca juga: Lockdown, Warga Prancis Eksodus Tinggalkan Paris)
Patrick menekankan bahwa pemeriksaan rutin lebih dikhususkan kepada orang dewasa. Mereka yang membutuhkan perawatan khusus tetap harus berkonsultasi dengan dokter gigi sesering mungkin agar segera mendapatkan tindakan atau perawatan.
“Penelitian ini juga berharga ketika mempertimbangkan dampak signifikan dari pandemi global Covid-19 dan pengaruhnya terhadap layanan gigi di seluruh dunia yang membatasi akses pasien ke perawatan gigi,” tambahnya.
Pada Agustus lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa seseorang tidak boleh pergi ke dokter gigi, kecuali jika mendesak. Seorang petugas gigi WHO, Benoit Varenne, mengatakan risiko yang ditimbulkan oleh prosedur perawatan gigi kurang dipahami oleh sebagian besar orang. Padahal, prosedur perawatan gigi dapat mengirim virus corona ke udara dari mulut pasien. (Lihat videonya: Viral Pengendara Motor Diduga Bonceng Mayat di Boyolali)
“Untuk menghindari atau meminimalkan prosedur yang dapat menghasilkan aerosol, perlu dilakukan dengan instrumen khusus dan tentu saja untuk menunda perawatan kesehatan mulut rutin non-esensial,” kata Varienne. (Fandy)
(ysw)