Menjelajah Keindahan Sungai Purba Tebat Rasau Belitung
loading...
A
A
A
JAKARTA - Film Laskar Pelangi sebagaimana banyak diketahui, memberikan gambaran bocah-bocah tangguh dari Pulau Belitung . Bukan hanya terkenal dari sisi itu saja, Pulau Belitung rupanya kaya akan destinasi wisata yang sangat menarik, salah satunya adalah sungai purba Tebat Rasauyang berada di Kecamatan Simpang Renggiang, Kabupaten Belitung Timur.
(Baca juga: Promotor Musik Mulai Ancang Ancang Gelar Konser Tahun Depan )
Sekitar 40 peserta Wisata Edukasi Tematik Nusantara besutan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif /Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) berkesempatan menyusuri indahnya Tebat Rasau. Bukan tanpa alasan rombongan dari Kemenparekraf itu menjelajah Tebat Rasau.
Sebagaimana diungkapkan penanggungjawab kegiatan Wisata Edukasi Tematik Nusantara di Belitung, Arya Galih Anindita bahwa pihaknyainginmembangkitkan kembali destinasi wisata di Pulau Belitung. Selain itu, jugaberupaya mengangkat bahwa Tebat Rasaumerupakan salah satu geosite baru dengan kekayaan biologi yang ada di dalamnya.
Tak hanya terkenal dengan sungainya, Tebat Rasau juga memiliki hutan yang begitu kaya. "Untuk menyusurinya, kita hanya perlu berjalan kaki di atas jembatan kayu sepanjang 180 meter selama kurang lebih tiga puluh menit, tergantung kecepatan," ungkap Arya seperti dikutip dalam keterangan tertulisnya, Rabu (18/11).
Sebelum masuk ke area jembatan, ada peringatan untuk pengunjung, khususnya wanita agar tidak ikut menyusuri sungai bila sedang haid. Mengingat lokasi hutan masih alami, sehingga dikhawatirkan ada binatang buas. Kondisi hutan masih terjaga, sehingga udara sangat segar dan sejuk. Para peserta pun menyusuri Hutan Rasau di atas jembatan.
Arya memaparkan, Tebat Rasau dikelola oleh para nelayan sungai yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lanun. Di sini terdapat banyak spesies unik yang hidup di Sungai Purba, misalnya ikan buntal sungai yang tidak beracun. Ada juga ikan lenggang seperti lele, panjangnya kurang lebih 70 sentimeter. Kondisi air sungai sangat jernih, tak terlihat sampah sedikit pun.
Di sepanjang jembatan, para pengunjung Tebat Rasau juga dapat berfoto di sepanjang jembatan. Bahkan juga tersedia gardu pandang yang bisa dinaiki pengunjung yang berusia di atas 12 tahun.
Menurut Arya, Tebat Rasau berjarak sekitar 50 kilometer dari Bandara Hanandjoeddin Tanjungpandan, dan 35 kilometer dari Kota Manggar, Ibu Kota Belitung Timur. "Kami menyusuri Tebat Rasau pada program Wisata Edukasi Tematik Nusantara di Belitung dengan tema 'Island Exploration in Belitung' yang dipadupadankan dengan program CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Enviromental Sustainability)," ujarnya.
Lebih jauh, Arya mengutarakan bahwa kegiatan yang dilakukannya itu merupakan komitmen untuk memajukan sektor Parekraf di daerah yang sangat kuat. Pihaknya ingin membantu rekan-rekan usaha yang terdampak Covid-19 , dengan masa sulit dari April 2020 hingga kini. Kondisi yang membuat pemasukan berkurang drastis.
(Baca juga: Resmi Suami-Istri, Sule dan Nathalie Tancap Gas Dapatkan Momongan )
Selain itu, pihaknya juga ingin mensosialisasikan protokol kesehatan kepada wisatawan. Karena, harus disadari selama masa Covid-19 akan banyak perubahan perilaku yang harus diadaptasi seperti wajib menggunakan masker, cuci tangan, jaga jarak dan lainnya.
(Baca juga: Promotor Musik Mulai Ancang Ancang Gelar Konser Tahun Depan )
Sekitar 40 peserta Wisata Edukasi Tematik Nusantara besutan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif /Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) berkesempatan menyusuri indahnya Tebat Rasau. Bukan tanpa alasan rombongan dari Kemenparekraf itu menjelajah Tebat Rasau.
Sebagaimana diungkapkan penanggungjawab kegiatan Wisata Edukasi Tematik Nusantara di Belitung, Arya Galih Anindita bahwa pihaknyainginmembangkitkan kembali destinasi wisata di Pulau Belitung. Selain itu, jugaberupaya mengangkat bahwa Tebat Rasaumerupakan salah satu geosite baru dengan kekayaan biologi yang ada di dalamnya.
Tak hanya terkenal dengan sungainya, Tebat Rasau juga memiliki hutan yang begitu kaya. "Untuk menyusurinya, kita hanya perlu berjalan kaki di atas jembatan kayu sepanjang 180 meter selama kurang lebih tiga puluh menit, tergantung kecepatan," ungkap Arya seperti dikutip dalam keterangan tertulisnya, Rabu (18/11).
Sebelum masuk ke area jembatan, ada peringatan untuk pengunjung, khususnya wanita agar tidak ikut menyusuri sungai bila sedang haid. Mengingat lokasi hutan masih alami, sehingga dikhawatirkan ada binatang buas. Kondisi hutan masih terjaga, sehingga udara sangat segar dan sejuk. Para peserta pun menyusuri Hutan Rasau di atas jembatan.
Arya memaparkan, Tebat Rasau dikelola oleh para nelayan sungai yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lanun. Di sini terdapat banyak spesies unik yang hidup di Sungai Purba, misalnya ikan buntal sungai yang tidak beracun. Ada juga ikan lenggang seperti lele, panjangnya kurang lebih 70 sentimeter. Kondisi air sungai sangat jernih, tak terlihat sampah sedikit pun.
Di sepanjang jembatan, para pengunjung Tebat Rasau juga dapat berfoto di sepanjang jembatan. Bahkan juga tersedia gardu pandang yang bisa dinaiki pengunjung yang berusia di atas 12 tahun.
Menurut Arya, Tebat Rasau berjarak sekitar 50 kilometer dari Bandara Hanandjoeddin Tanjungpandan, dan 35 kilometer dari Kota Manggar, Ibu Kota Belitung Timur. "Kami menyusuri Tebat Rasau pada program Wisata Edukasi Tematik Nusantara di Belitung dengan tema 'Island Exploration in Belitung' yang dipadupadankan dengan program CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Enviromental Sustainability)," ujarnya.
Lebih jauh, Arya mengutarakan bahwa kegiatan yang dilakukannya itu merupakan komitmen untuk memajukan sektor Parekraf di daerah yang sangat kuat. Pihaknya ingin membantu rekan-rekan usaha yang terdampak Covid-19 , dengan masa sulit dari April 2020 hingga kini. Kondisi yang membuat pemasukan berkurang drastis.
(Baca juga: Resmi Suami-Istri, Sule dan Nathalie Tancap Gas Dapatkan Momongan )
Selain itu, pihaknya juga ingin mensosialisasikan protokol kesehatan kepada wisatawan. Karena, harus disadari selama masa Covid-19 akan banyak perubahan perilaku yang harus diadaptasi seperti wajib menggunakan masker, cuci tangan, jaga jarak dan lainnya.
(nug)