Agrowisata Kopi dan Cengkeh Tabanan Berpotensi Sedot Wisatawan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kabupaten Tabanan punya potensi besar menyedot animo pengunjung, khususnya dalam hal pariwisata agrowisata alam kopi dan cengkeh. Area persawahan sistem terasering juga banyak dijumpai di Desa Belimbing, Tabanan, Bali.
(Baca juga: Mata Panda Hilang dalam Seminggu, Begini Triknya! )
Bali memang tak hanya menghadirkan panorama keindahan pantai serta pariwisata lain yang sudah diakui dunia. Pulau Dewata siap kembali membuka pintu kepada para pengunjung lokal maupun mancanegara lewat program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan CHSE. Pemerintah berusaha keras membangkitkan kembali gairah pariwisata yang sempat berdampak karena Covid-19.
Salah satu destinasi yang disasar adalah kebangkitan pariwisata desa yang melibatkan Pemerintah Daerah Bali melalui Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata Bali , serta didukung dan dibiayai penuh Kemenparekraf/Baparekraf.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Event Kemenparekraf, Rizki Handayani menyebut, We Love Bali adalah kegiatan yang mengundang masyarakat untuk berlibur dan menikmati daya tarik wisata Bali. "Tidak hanya itu, melalui We Love Bali, kita sekaligus memperkenalkan dan mengedukasi penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE yaitu cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment friendly (ramah lingkungan)," kata Rizki melalui keterangan resminya, Minggu (6/12).
Menurut Rizki, selama perjalanan peserta akan diberikan pengertian dan diingatkan untuk mentaati protokol kesehatan dan juga sekaligus diajak untuk peduli terhadap lingkungan dan menjaga pelestarian alam pada setiap destinasi wisata yang dikunjungi.
Sementara untuk mengembangkan potensi wisata alam yang terletak di Desa Belimbing, pemerintah setempat menjalin komunikasi dan koordinasi dengan komponen terkait. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan akan memberikan dukungan positif ke arah itu, dan pelaku wisata diharapkan memberikan pembinaan.
Tak hanya itu, Sapta Pesona merupakan hal penting yang harus diaplikasikan. Tujuh unsur tersebut merupakan hal yang sangat dibutuhkan wisatawan ketika berkunjung ke suatu objek wisata. "Mereka membutuhkan rasa aman, tertib, bersih, indah, sejuk, masyarakat yang ramah tamah dan yang terpenting adalah sebuah kenangan terhadap objek wisata. Saya ingin mereka selalu terkenang dengan Desa Belimbing," ujar Nyoman Alit, warga setempat.
Tabanan yang mengusung misi Sejahtera, Aman dan Berprestasi (SERASI), juga terus berupaya berbenah dalam dunia pariwisata, khususnya infrastruktur yang banyak dikeluhkan kalangan wisata selama ini.
Sementara itu, Perbekel Desa Belimbing, I Gusti Nyoman Umardani mengatakan, Desa Belimbing memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang cukup guna pengembangan objek wisata desa. Menurut Umardani, prioritas utama adalah pelestarian nilai-nilai budaya setempat sebagai komoditi unggulan. "Masyarakat kami kan dominan petani sawah dan petani kebun. Dalam menggeluti profesinya, ada beberapa nilai budaya yang patut kami lestarikan. Nilai budaya itu yang kami jual sebagai komoditi unggulan kepada wisatawan," ucap dia.
(Baca juga: Tanpa Pengobatan yang Tepat, Tifus Bisa Sebabkan Pendarahan Usus )
I Gede Ardika dari UN-WTO mengungkapkan, tokoh masyarakat dan masyarakat Belimbing memiliki semangat yang tinggi dalam pengembangan destinasi wisata setempat. "Semangat menyama braya masyarakat Belimbing cukup tinggi. Tinggal sekarang bagaimana pihak terkait membuka peluang untuk itu," tukasnya.
(Baca juga: Mata Panda Hilang dalam Seminggu, Begini Triknya! )
Bali memang tak hanya menghadirkan panorama keindahan pantai serta pariwisata lain yang sudah diakui dunia. Pulau Dewata siap kembali membuka pintu kepada para pengunjung lokal maupun mancanegara lewat program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan CHSE. Pemerintah berusaha keras membangkitkan kembali gairah pariwisata yang sempat berdampak karena Covid-19.
Salah satu destinasi yang disasar adalah kebangkitan pariwisata desa yang melibatkan Pemerintah Daerah Bali melalui Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata Bali , serta didukung dan dibiayai penuh Kemenparekraf/Baparekraf.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Event Kemenparekraf, Rizki Handayani menyebut, We Love Bali adalah kegiatan yang mengundang masyarakat untuk berlibur dan menikmati daya tarik wisata Bali. "Tidak hanya itu, melalui We Love Bali, kita sekaligus memperkenalkan dan mengedukasi penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE yaitu cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment friendly (ramah lingkungan)," kata Rizki melalui keterangan resminya, Minggu (6/12).
Menurut Rizki, selama perjalanan peserta akan diberikan pengertian dan diingatkan untuk mentaati protokol kesehatan dan juga sekaligus diajak untuk peduli terhadap lingkungan dan menjaga pelestarian alam pada setiap destinasi wisata yang dikunjungi.
Sementara untuk mengembangkan potensi wisata alam yang terletak di Desa Belimbing, pemerintah setempat menjalin komunikasi dan koordinasi dengan komponen terkait. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan akan memberikan dukungan positif ke arah itu, dan pelaku wisata diharapkan memberikan pembinaan.
Tak hanya itu, Sapta Pesona merupakan hal penting yang harus diaplikasikan. Tujuh unsur tersebut merupakan hal yang sangat dibutuhkan wisatawan ketika berkunjung ke suatu objek wisata. "Mereka membutuhkan rasa aman, tertib, bersih, indah, sejuk, masyarakat yang ramah tamah dan yang terpenting adalah sebuah kenangan terhadap objek wisata. Saya ingin mereka selalu terkenang dengan Desa Belimbing," ujar Nyoman Alit, warga setempat.
Tabanan yang mengusung misi Sejahtera, Aman dan Berprestasi (SERASI), juga terus berupaya berbenah dalam dunia pariwisata, khususnya infrastruktur yang banyak dikeluhkan kalangan wisata selama ini.
Sementara itu, Perbekel Desa Belimbing, I Gusti Nyoman Umardani mengatakan, Desa Belimbing memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang cukup guna pengembangan objek wisata desa. Menurut Umardani, prioritas utama adalah pelestarian nilai-nilai budaya setempat sebagai komoditi unggulan. "Masyarakat kami kan dominan petani sawah dan petani kebun. Dalam menggeluti profesinya, ada beberapa nilai budaya yang patut kami lestarikan. Nilai budaya itu yang kami jual sebagai komoditi unggulan kepada wisatawan," ucap dia.
(Baca juga: Tanpa Pengobatan yang Tepat, Tifus Bisa Sebabkan Pendarahan Usus )
I Gede Ardika dari UN-WTO mengungkapkan, tokoh masyarakat dan masyarakat Belimbing memiliki semangat yang tinggi dalam pengembangan destinasi wisata setempat. "Semangat menyama braya masyarakat Belimbing cukup tinggi. Tinggal sekarang bagaimana pihak terkait membuka peluang untuk itu," tukasnya.
(nug)