Tonjolkan Seni Tradisional Autentik, Gerabah Pejaten Banyak Diminati

Minggu, 06 Desember 2020 - 22:35 WIB
loading...
Tonjolkan Seni Tradisional Autentik, Gerabah Pejaten Banyak Diminati
Menjadi salah satu magnet bagi wisatawan, kawasan produksi batu bata expose di Desa Pejaten, Kabupaten Tabanan, Bali menerapkan CHSE. / Foto: ist
A A A
JAKARTA - Destinasi wisata di Bali banyak menawarkan warna tradisional autentik. Nilai historinya tinggi karena jadi warisan leluhur. Daya tarik itu pun ditawarkan Desa Pejaten, Kabupaten Tabanan. Sentra gerabah terkenal Pulau Dewata , rujukan para wisman yang ingin menikmati Bali dari sisi berbeda. Apalagi, program CHSE (Cleanlinnes, Health, Safety, dan Environment Sustainability) diterapkan masif.

(Baca juga: Agrowisata Kopi dan Cengkeh Tabanan Berpotensi Sedot Wisatawan )

Masuk poros trilogi destinasi Tabanan-Jembrana-Buleleng, Desa Pejaten jadi titik ekorasi program Familiarization Trip (Famtrip) Kemenparekraf /Baparekraf pada 5-9 November 2020. Melibatkan 25 media, branding masif diterapkan merata pada destinasi Pulau Dewata. Menjaga pasar tetap 'We Love Bali', program padat karya ini melibatkan beragam stakeholder. Ada 409 industri pariwisata dan ekonomi kreatif, 8.421 tenaga kerja, dan 4.800 masyarakat umum.

"Pejaten memang sentra gerabah. Produknya beragam, salah satunya batu bata expose khas Bali. Kami sekarang ini jadi generasi kedua. Dahulu kami membuat genteng secara tradisional, tapi kini akhirnya pindah ke bata expose. Jenis bata ini diminati berbagai kalangan di Bali," papar Owner UD BS Super, I Ketut Darka, melalui keterangan tertulis Kemenparekraf, Minggu (6/12).

Menjadi salah satu magnet bagi wisatawan, kawasan produksi batu bata expose tersebut menerapkan CHSE. Beberapa parameternya seperti media cuci tangan, tanda jaga jarak, penggunaan masker, hingga pemeriksaan suhu tubuh. Ada juga beragam informasi terkait Covid-19 dan penangannya. "Kami ikuti ketentuan pemerintah yang berlaku. Dengan begitu semua akan merasakan aman dan sehat," ujar I Ketut Darka.

Batu bata expose tersebut memiliki karakteristik unik. Tetap menonjolkan berbagai seni melalui tekstur beragam obyek. Selain karakter tonjolan artistik, keunikan lainnya batu bata expose tersebut pun bisa langsung direkatkan. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Putu Astawa mengungkapkan, industri kreatif Bali banyak yang peduli terhadap penanganan Covid-19 dan memiliki sertifikasi CHSE.

"Desa Pejaten sangat populer. Ada banyak karya kreatif gerabah unik yang sangat khas. Mencerminkan karakter Bali yang sesungguhnya. Kawasan ini sebenarnya selalu ramai oleh wisatawan, termasuk juga para wismannya. Kami optimistis semua akan pulih karena mereka kooperatif dalam segala hal terkait penanganan Covid-19. Sudah banyak banyak industri kreatif yang bersertifikat CHSE," terang Putu.

Memiliki kepedulian tinggi, sedikitnya ada 875 industri pariwisata di Pulau Dewata yang sudah punya sertifikat CHSE. Menjadi garansi status aktivasi destinasi, sertifikat CHSE tentu menaikan percayaan dari pasar. "Kami percaya kondisi akan pulih cepat. Sembari menunggu, kami ini melakukan banyak sekali perbaikan dan terus mendorong mereka produktif, seperti gerabah Pejaten," ucap Putu.

Semakin khas, sedikitnya ada 3 tipe batu bata expose yang ditawarkan. Sebut saja bata expose dengan ketebalan 4,5 x 6 Cm, lalu batu bata tipe tipis ukuran 4,5 x 10 cm. Varian lainnya adalah bata expose besar setebal 6 Cm. Harganya pun beragam antara Rp1.300 hingga Rp2.100. Batu bata expose biasanya digunakan sebagai penyengker (pagar) dan asesoris rumah.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Kemenparekraf, Rizki Handayani memaparkan, beragam produk kreatif autentik dimiliki Bali termasuk Pejaten. "Segala lini industri pariwisata di Bali harus didorong, termasuk Desa Pejaten," katanya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1389 seconds (0.1#10.140)