Waspadai Obesitas Saat Pandemi

Kamis, 10 Desember 2020 - 06:45 WIB
loading...
Waspadai Obesitas Saat Pandemi
Pandemi Covid-19 menghadirkan stres berlebihan bagi kalangan berusia muda. Foto/dok
A A A
NEW YORK - Pandemi Covid-19 menghadirkan stres berlebihan bagi kalangan berusia muda. Rendahnya aktivitas di luar rumah, tetapi tinggi mengonsumsi makanan yang mengandung gula membuat jumlah anak muda penderita obesitas diperkirakan meningkat dibandingkan tahun lalu.

Berdasarkan penelitian Robert Wood Johnson Foundation, di Amerika Serikat (AS), jumlah anak muda penderita obesitas meningkat cukup tajam. “Obesitas di kalangan anak muda masih menjadi epidemik di negeri ini (AS),” kata Jamie Bussel, pejabat senior Robert Wood Johnson Foundation, dikutip Daily Reporter. Pandemi Covid-19 dan resesi ekonomi semakin memperburuk situasi dan menyebabkan berbagai faktor penyebab obesitas tumbuh subur. (Baca: Begini Adab Serta Doa Keluar Masuk Masjid)

Sesuai laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rata-rata sekitar 15,5% anak muda berusia 10-17 tahun di AS dilaporkan mengidap obesitas atau memiliki body mass index (BMI) di atas 30. Organisasi nirlaba Obesity Action Coalition mengaku cemas kondisi ini akan kian mempersulit upaya pemutusan rantai virus.

Sama seperti obesitas pada orang dewasa, obesitas pada anak muda juga berisiko memperburuk kesehatan dan menimbulkan penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes. Ahli kesehatan Joel Hungate juga meminta agar anak muda lebih banyak berolahraga dan melakukan pola diet teratur.

“Orang tua harus mengajarkan anak-anaknya agar memiliki gaya hidup yang sehat, mulai dari makan makanan sehat hingga melakukan aktivitas fisik,” kata Hungate. Jumlah anak muda yang mengalami kelebihan berat badan juga meningkat selama pandemi. Mereka juga berisiko mengalami obesitas di kemudian hari.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS juga menyalakan alarm peringatan. Mereka menyatakan saat ini sebanyak 12 dari 50 negara bagian di AS memiliki tingkat obesitas di atas 35% atau lebih tinggi, bandingkan dengan sebelumnya yang hanya enam negara bagian. (Baca juga: Unsoed Kukuhkan 4 Guru Besar Baru)

Berdasarkan penelitian terbaru, penderita obesitas berisiko lebih tinggi terinfeksi Covid-19 dan lebih sulit divaksinasi. Sekitar 73% pasien Covid-19 di AS juga menderita obesitas. Sejak Maret lalu, CDC memperingatkan tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung umum ditemukan di pasien Covid-19.

Penelitian terhadap 10.000 pasien Covid-19 di AS juga menunjukkan pasien yang menderita obesitas kondisinya lebih buruk dan rentan meninggal dunia. Ahli obesitas Cate Varney dari University of Virginia mengatakan pencegahan obesitas sulit karena makan lebih sedikit dan olahraga lebih banyak sulit dipraktikkan. “Kami para dokter dan peneliti memahami bahwa obesitas memiliki konsekuensi jangka panjang dan menjadi tantangan yang lebih sulit di tengah pandemi,” kata Varney, dilansir Inquirer.

Obesitas tidak hanya mengintai anak muda di AS, tetapi juga Kanada. Berdasarkan studi Leger and the Association for Canadian Studies, sekitar 1/3 warga Kanada mengaku mengalami kenaikan berat badan selama pandemi. Sebanyak 32% warga Kanada, kini mengonsumsi makanan lebih banyak dan jarang berolahraga. (Baca juga: Mau Suntik Vaksin Covid-19, Lihat Dulu Daftar Harganya!)

“Wabah Covid-19 menciptakan stres dan perasaan resah menyusul memburuknya kondisi sosio-ekonomi,” ungkap Leger, dikutip Daily Hive. Angka obesitas global telah mengalami peningkatan dalam tiga dekade terakhir. Sebanyak 2,1 miliar orang atau hampir 30% dari total populasi dunia menderita kelebihan berat badan dan obesitas. Hal itu berdasarkan survei 2019 Insitut Evaluasi dan Metrik Kesehatan (IHME) Universitas Washington di 188 negara.

Angka obesitas dan kelebihan berat badan naik dari 29% menjadi 37% untuk laki-laki dan 30% menjadi 38% untuk perempuan. Di negara maju, laki-laki lebih rentan terkena obesitas. Obesitas memiliki body mass index (BMI) setara atau lebih tinggi dari 30, sedangkan kelebihan berat badan di bawah 30 dan di atas 25. “Obesitas menyerang siapa saja tanpa melihat usia,” ujar Direktur IHME Dr Christopher Murray. (Lihat videonya: HRS Beri Pernyataan tentang Detik-detik Penembakan Laskar FPI)

Porsi tertinggi (13%) penderita obesitas berada di Amerika Serikat (AS). Disusul China dan India yang jika digabungkan mencapai 15%. Angka anak-anak dan remaja yang terjangkit obesitas juga meningkat di dunia. Antara tahun 1980-2013, prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas mencapai hampir 50%. Negara di Timur Tengah, Afrika Utara, Amerika Tengah, Pasifik, dan Karibia juga mengalami peningkatan angka kelebihan berat badan dan obesitas sebesar 44%. Pada 2013, angka tertinggi peningkatan obesitas terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara, yakni 58% untuk laki-laki dan 65% untuk perempuan berusia 20 tahun. (Muh Shamil)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3135 seconds (0.1#10.140)