SEAScreen 2020 Digelar Daring, Hadirkan Pembuat Film dari Asia Tenggara

Kamis, 17 Desember 2020 - 14:21 WIB
loading...
SEAScreen 2020 Digelar Daring, Hadirkan Pembuat Film dari Asia Tenggara
SEAScreen 2020 akan digelar secara daring tahun ini lewat kanal YouTube Rumata Artspace. Foto: Tangkapan layar
A A A
MAKASSAR - South East Asian Screen (SEAScreen) Academy digelar secara daring tahun ini. Mengambil kata kunci bertajuk Manifesto, SEAScreen berlangsung pada tanggal 17 hingga 19 Desember melalui akun YouTube Rumata' Artspace.

SEAScreen Academy adalah kegiatan berbagi pengetahuan tentang film melalui pertemuan kelas, workshop, pemutaran dan produksi film dengan mengundang pembuat film dari Asia Tenggara dan pembuat film muda dari kawasan timur Indonesia.



SEAScreen Academy diselenggarakan oleh Rumata’ ArtSpace sejak tahun 2012 dan mendorong lahirnya pendekatan baru pembuatan film dengan fokus pada inisiatif independen dan lokalitas.

SEAScreen Academy telah mewadahi perkembangan banyak film Indonesia Timur. Ada satu film dari Palu, Mountain Song, yang turut bersaing secara terhormat sebagai nominator di FFI ke-40 tahun ini. Mountain Song karya sutradara Yusuf Rajamuda dari Palu merupakan salah satu dari 3 proyek film Indonesia Timur yang dikembangkan di SEAScreenLab selama setahun penuh, 2016-2017.

Proyek film cerita panjang ini terpilih sebagai The Most Promising Project di penutup SEAScreen 2017. Konsep cerita Mountain Song kemudian dijemput oleh salah satu mentor dalam workshop, yaitu produser Ifa Isfansyah dari Fourcolors Film.



Dalam SEAScreen 2018 salah satu karya peserta dari Papua, Yulika Anastasya Tonotwiyat (Hutan Perempuan) berhasil diproduksi dan mendapat penghargaan special mention dalam festival film dokumenter Yogjakarta 2019 dan nominasi film dokumenter terbaik dalam FFI 2019.

Semangat berkarya para pembuat film di Indonesia Timur semakin memiliki peluang untuk terus berkembang di masa yang akan datang, kegiatan pertukaran pengetahuan seperti SEAScreen Academy yang diselenggarakan oleh Rumata' ArtSpace memiliki peran penting di dalamnya.

Pendiri Rumata’ Artspace dan Direktur SEAScreen Academy, Riri Riza mengatakan, tujuan SEAScreen adalah menjadi tempat berbagi pengetahuan dan menjaga keterhubungan antara para pembuat film muda di timur Indonesia dan para pembuat film di Asia Tenggara. Penyelenggaraan secara daring dinilai akan membantu kemungkinan kegiatan bisa berjalan dengan isi yang lebih kaya.



Menurut Riri Riza , tahun 2020 bukanlah tahun yang mudah untuk banyak orang, tapi Rumata’ tetap berupaya merayakan berbagai kemungkinan memajukan film Indonesia melalui SEASreen 2020 yang tahun ini mengambil kata kunci: Manifesto.

"Tahun ini kami bersyukur mendapat dukungan dari Direktorat Film Musik dan Media Baru, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Akan banyak topik pembicaraan yang semoga menjadi pembuka kemungkinan untuk keterhubungan, kemajuan dan keragaman film Indonesia ke depan. Manifesto!," jelas Riri Riza , dalam keterangan tertulisnya, Kamis (17/12/2020).

SEAScreen Academy (Manifesto) 2020 terdiri atas sejumlah rangkaian kelas dan diskusi yang diisi oleh 15 pegiat film dari Asia Tenggara . Gina S Noer, Jason Iskandar, dan Mira Lesmana akan mengisi kelas tentang produksi dan fenomena di tengah pandemi.



Ahmad Mahendra dan Riri Riza akan mengisi program indonesiana project, Intan Paramaditha, Adrian Jonathan P, dan Anwar Jimpe Rachman akan mengisi kelas kritik film. Annisa Adjam dan E Del Mundo akan berbicara tentang the storyteller in the near future: VR as a new medium.

Lalu David Hanan akan memberi kuliah mengenai culture specificity in Indonesian cinema, Sharifah Amani, Prima Rusdi, dan Asmayani Kusrini akan mengisi program asian master talk: The late of Yasmin Ahmad. Chew Tee Pao dan Lisabona Rahman akan mengisi kelas tentang film dan arsip. Dan terakhir, akan ada Forum Film Makassar: Manifesto.
(luq)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3921 seconds (0.1#10.140)