Waspadai Sistem Pencernaan yang Tak Sehat karena Cemas atau Stres

Kamis, 16 April 2020 - 20:25 WIB
loading...
Waspadai Sistem Pencernaan yang Tak Sehat karena Cemas atau Stres
Waspada bagi mereka yang sering merasa mual atau sakit perut saat cemas, stres, atau gugup. Apalagi ketika pandemi virus corona. Foto/Istimewa.
A A A
JAKARTA - Waspada bagi mereka yang sering merasa mual atau sakit perut ketika merasa cemas, stres, atau gugup. Sensasi tidak mengenakan dari perut ini menunjukkan bahwa otak dan sistem pencernaan terhubung. Apalagi ketika sedang isolasi diri atau work from home karena pandemi COVID-19, kemungkinan hal itu terjadi begitu besar.

Sistem komunikasi atau koneksi antara sistem pencernaan dengan otak disebut gut - brain axis. Kedua organ ini terhubung, baik secara fisik maupun biokimia dengan beberapa cara berbeda.

Usus manusia mengandung 10 hingga 100 triliun mikrobiota, atau hampir 10 kali lebih besar dari jumlah total sel dalam tubuh manusia.

Mikrobiota usus memainkan peran penting dalam komunikasi dua arah antara usus dan sistem saraf pusat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mikrobiota usus dapat memengaruhi fungsi otak melalui jalur neuroimun dan neuroendokrin serta sistem saraf.

“Mikrobiota usus akan menghasilkan ratusan neurokimia yang digunakan otak untuk mengatur proses fisiologis dasar serta proses mental seperti proses belajar, memori dan suasana hati”, ungkap Nourmatania Istiftiani selaku Scientific dari FibreFirst.

Oleh sebab itu, mikrobiota usus dapat menjadi pengatur utama dalam suasana hati, rasa sakit, dan juga fungsi kognitif.

Mikrobiota usus dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti genetik, lingkungan, cara persalinan, diet atau pola makan, penggunaan antibiotik, serta konsumsi probiotik dan prebiotik.

Studi menunjukkan bahwa perubahan jumlah dan koloni mikrobiota usus dapat memengaruhi mental atau suasana hati. Dua jenis microbiota usus, yaitu Coprococcus dan Dialister, tidak ditemukan pada individu yang mengalami depresi, tetapi tetap ditemukan pada individu dengan kualitas hidup yang baik.

Beberapa orang yang mengalami masalah di sistem pencernaan lebih berisiko mengalami gangguan mental. Prevalensi untuk kejadian depresi di Indonesia sekitar 3,7% dari total populasi.

Bukti lain yang menunjukkan hubungan antara sistem pencernaan dan suasana hati adalah lebih dari 90% serotonin tubuh diproduksi di sistem pencernaan. Serotonin adalah neurotransmiter atau bahan kimia yang menyampaikan informasi dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya, berperan dalam berbagai fungsi tubuh, termasuk mengatur emosi dan perasaan bahagia.

Selain jumlah dan koloni mikrobiota usus, kadar Short Chain Fatty Acid (SCFA) atau asam lemak rantai pendek, juga dapat memengaruhi perasaan depresi. Kandungan SCFA pada feses individu dengan depresi lebih rendah dibandingkan dengan individu tanpa gangguan mental.

SCFA adalah produk hasil dari fermentasi serat oleh mikrobiota atau bakteri di sistem pencernaan. Sehingga konsumsi serat akan meningkatkan produksi SCFA dan juga jumlah mikrobiota dan koloni mikrobiota di sistem pencernaan.

Peningkatan jumlah dan keanekaragaman koloni mikrobiota di sistem pencernaan dapat menjadi indikator pencernaan yang sehat. Sebaliknya, ketika kadar SCFA berkurang, keseimbangan mikrobiota di sistem pencernaan akan menurun, dan menyebabkan peradangan yang berhubungan dengan kejadian depresi.

Konsumsi serat, khususnya yang memiliki sifat prebiotik, seperti Inulin atau galaktosakarida, juga dapat menurunkan kadar kortisol atau hormon stres dalam tubuh. Konsumsi serat juga terbukti dapat menjaga kesehatan sistem pencernaan, sehingga meningkatkan produksi serotonin, meningkatkan jumlah dan koloni mikrobiota di pencernaan, hingga meningkatkan kadar SCFA, yang berhubungan positif dengan peningkatan suasana hati atau mood.

“Selain itu, dengan mengonsumsi serat dari buah-buahan dan sayuran, tidak hanya suasana hati yang membaik namun juga imunitas tubuh pun jadi kuat sehingga tidak mudah tertular penyakit baik dari bakteri ataupun virus”, jelas Tania.

Sementara, dr. Hilna Khairunisa Shalihat M.Gizi, Sp.GK dalam beberapa talkshow di radio nasional setuju. Menurutnya apa yang dikonsumsi akan menentukan seberapa baik imunitas tubuh. “Karena 70% sel imun terdapat di sistem pencernaan, jadi kesehatan sistem pencernaan juga sangat berhubungan dengan imunitas tubuh,” bebernya.

Sayang, 95,4% masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi buah dan sayuran sehingga berisiko kekurangan serat dan beragam nutrisi yang diperlukan tubuh. Saat asupan serat tidak dapat dipenuhi dari makanan sehari-hari, maka bisa mengonsumsi FibreFirst, suplemen kaya serat premium dan nutrisi dari ekstrak buah dan sayuran.

“Jadi jangan lupa untuk memperhatikan kesehatan sistem pencernaan agar suasana hati meningkat, terhindar dari kecemasan berlebihan, dan depresi, serta agar imun tubuh jadi kuat,” ujarnya.
(tdy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5147 seconds (0.1#10.140)
pixels