Banyak Orang Alami Gangguan Psikosomatik Efek Berita Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gempuran informasi dan berita yang intens mengenai pandemi Covid-19 yang disebarluaskan melalui media, tidak sedikit masyarakat yang pada akhirnya merasakan reaksi seperti batuk, pilek, dada sesak hingga demam.
Banyak yang mengira bahwa hal tersebut merupakan gejala Covid-19. Namun faktanya, ini merupakan gangguan psikosomatik.
Psikosomatis merupakan kondisi yang menggambarkan saat munculnya penyakit fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh kondisi mental. Beberapa gangguan kecemasan tersebut meliputi stres dan kecemasan.
Jika dilihat dari sisi psikologi, psikosomatis atau penyakit fungsional adalah kondisi yang menyebabkan pengidapnya merasa sakit atau mengalami gangguan fungsi tubuh. Namun, saat dilakukan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang lain, tidak ada keanehan yang terjadi dalam tubuh.
Anggota Ikatan Psikolog Klinis dan Halodoc, Emeldah, mengatakan, gejala psikosomatis dapat berubah-ubah tergantung psikologis seseorang.
Beberapa gejala yang sering dirasakan pengidap psikosomatis meliputi jantung berdebar, sesak napas, lemas, nyeri ulu hati, tidak ada nafsu makan, susah tidur, nyeri kepala, nyeri seluruh tubuh, demam, batuk dan pilek.
"Ketika ada keluhan dari sisi fisik dan psikis ketika stres, jadi suka psikosomatis, 'Kok aku sesak napas?' padahal sesak itu karena cemas," kata Emeldah.
Ada pun beberapa cara untuk meredam psikosomatis, Emeldah menyarankan dengan mengatur nafas untuk relaksasi dan membiasakan hal itu secara rutin untuk mengurangi stres. Kemudian, jauhkan pikiran stres dengan melakukan kegiatan yang santai. Seperti menjalankan hobi dan mencoba hal baru di luar kegiatan rutin sehari-hari bersama keluarga.
"Atur nafas. Tarik nafas untuk relaksasi. Karena itu bisa membuat kita jadi tenang. Kemudian cari aktivitas baru yang positif bersama keluarga," kata Emeldah.
Sementara itu, aktivitas seperti menjalankan hobi atau mengerjakan sesuatu hal baru secara tidak langsung juga dapat mempererat hubungan keluarga saat menjalankan work from home (WFH) dan kegiatan belajar di rumah bagi anak-anak.
Banyak yang mengira bahwa hal tersebut merupakan gejala Covid-19. Namun faktanya, ini merupakan gangguan psikosomatik.
Psikosomatis merupakan kondisi yang menggambarkan saat munculnya penyakit fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh kondisi mental. Beberapa gangguan kecemasan tersebut meliputi stres dan kecemasan.
Jika dilihat dari sisi psikologi, psikosomatis atau penyakit fungsional adalah kondisi yang menyebabkan pengidapnya merasa sakit atau mengalami gangguan fungsi tubuh. Namun, saat dilakukan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang lain, tidak ada keanehan yang terjadi dalam tubuh.
Anggota Ikatan Psikolog Klinis dan Halodoc, Emeldah, mengatakan, gejala psikosomatis dapat berubah-ubah tergantung psikologis seseorang.
Beberapa gejala yang sering dirasakan pengidap psikosomatis meliputi jantung berdebar, sesak napas, lemas, nyeri ulu hati, tidak ada nafsu makan, susah tidur, nyeri kepala, nyeri seluruh tubuh, demam, batuk dan pilek.
"Ketika ada keluhan dari sisi fisik dan psikis ketika stres, jadi suka psikosomatis, 'Kok aku sesak napas?' padahal sesak itu karena cemas," kata Emeldah.
Ada pun beberapa cara untuk meredam psikosomatis, Emeldah menyarankan dengan mengatur nafas untuk relaksasi dan membiasakan hal itu secara rutin untuk mengurangi stres. Kemudian, jauhkan pikiran stres dengan melakukan kegiatan yang santai. Seperti menjalankan hobi dan mencoba hal baru di luar kegiatan rutin sehari-hari bersama keluarga.
"Atur nafas. Tarik nafas untuk relaksasi. Karena itu bisa membuat kita jadi tenang. Kemudian cari aktivitas baru yang positif bersama keluarga," kata Emeldah.
Sementara itu, aktivitas seperti menjalankan hobi atau mengerjakan sesuatu hal baru secara tidak langsung juga dapat mempererat hubungan keluarga saat menjalankan work from home (WFH) dan kegiatan belajar di rumah bagi anak-anak.
(nth)