5 Fakta Parosmia, Gejala Baru COVID-19

Senin, 04 Januari 2021 - 21:45 WIB
loading...
5 Fakta Parosmia, Gejala Baru COVID-19
Parosmia mengurangi kenikmatan makanan dan mengubah bau benda-benda pada penderitanya. Foto Ilustrasi/Healthline
A A A
JAKARTA - Parosmia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi kesehatan yang mengganggu indra penciuman. Parosmia dilaporkan menjadi salah satu gejala long COVID. Para peneliti telah mengidentifikasi rantai gejala potensial COVID-19 karena orang melaporkan beberapa gejala yang semakin aneh.

Ahli bedah THT sekaligus profesor di Edge Hill University Medical School Nirmal Kumar mengatakan, gejala parosmia sangat aneh dan unik. Mereka yang menderita parosmia mengatakan, hal itu mengurangi kenikmatan makanan dan mengubah bau benda-benda.

( )

"Pagi ini saya melihat dua pasien dengan parosmia. Yang satu mengatakan mereka bisa mencium bau ikan menggantikan bau lain, dan yang lain bisa mencium bau terbakar saat tidak ada asap di sekitarnya," kata Kumar, dilansir dari Express, Senin (4/1).

Virus menyerang sistem pernapasan, hidung, dan tenggorokan, menyebabkan orang kehilangan indra penciumannya. Bukti terbaru menunjukkan, penyakit dapat menyebabkan hal yang sebaliknya dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Parosmia mengacu pada fenomena ini, karena orang melaporkan bau tak sedap berbulan-bulan setelah tertular COVID-19.

Berikut fakta parosmia yang harus diketahui, seperti dikutip dari laman Healthline.

1. Tidak Dapat Mendeteksi Aroma
Orang dengan parosmia mengalami kehilangan intensitas aroma, yang berarti tidak dapat mendeteksi seluruh aroma di sekitar. Terkadang parosmia menyebabkan hal-hal yang ditemui setiap hari tampak seperti memiliki bau yang kuat dan tidak menyenangkan.

Anda dapat mendeteksi bau yang ada, tetapi baunya salah bagi mereka. Misalkan bau harum dari roti yang baru dipanggang berbau menyengat dan busuk, bukan yang halus dan manis.

2. Gejala
Tingkat keparahan gejala bervariasi pada setiap kasus. Gejala utama parosmia adalah merasakan bau busuk yang terus-menerus, terutama saat ada makanan. Anda juga mengalami kesulitan mengenali atau memperhatikan beberapa bau di sekitar akibat kerusakan neuron penciuman.

Aroma yang tadinya Anda anggap menyenangkan sekarang menjadi sangat kuat dan tak tertahankan. Jika Anda mencoba makan makanan yang baunya tidak enak, merasa mual atau mual saat makan.

3. Penyebab
Parosmia biasanya terjadi setelah neuron pendeteksi aroma atau juga disebut indra penciuman rusak karena virus atau kondisi kesehatan lain. Neuron-neuron ini melapisi hidung dan memberi tahu otak cara menafsirkan informasi kimiawi yang membentuk bau. Kerusakan neuron ini mengubah cara bau mencapai otak.

4. Diagnosis
Parosmia dapat didiagnosis oleh ahli otolaringologi, yang juga dikenal sebagai dokter THT. Dokter akan memberikan zat yang berbeda dan meminta Anda menjelaskan aromanya lalu menentukan peringkat kualitasnya.

( )

5. Pengobatan
Perawatan untuk parosmia meliputi klip hidung untuk mencegah bau masuk ke hidung, seng, vitamin A, dan antibiotik. Beberapa orang dengan parosmia menemukan gejala mereda dengan mengekspos diri sendiri pada empat jenis aroma yang berbeda setiap pagi dan mencoba melatih otak untuk mengkategorikan aroma tersebut secara tepat.

Parosmia bukan kondisi permanen. Neuron dapat memperbaiki dirinya sendiri seiring waktu. Sebanyak 60% kasus parosmia yang disebabkan oleh infeksi, fungsi penciuman dipulihkan pada tahun-tahun berikutnya. Waktu pemulihan bervariasi sesuai dengan penyebab gejala parosmia dan pengobatan.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1703 seconds (0.1#10.140)