Begini Cara Mencegah Penderita Kanker Terhindar dari Depresi

Selasa, 05 Januari 2021 - 22:08 WIB
loading...
Begini Cara Mencegah...
Secara umum, depresi menampilkan sedikitnya 2 gejala utama berupa sedih, kehilangan minat dan atau mudah lelah. / Foto: Ilustrasi/Medical Xpress
A A A
JAKARTA - Mendapat vonis kanker bisa saja membuat pasien menjadi frustrasi dan tidak bersemangat. Bagaimana tidak, vonis kanker tak ubahnya bagaikan vonis kematian. Hal ini merupakan stressor dan bila stressor tidak teratasi, maka seseorang bisa mengalami distress dan memicu berbagai gangguan psikiatri, seperti depresi, kecemasan, psikosomatik bahkan psikotik.

(Baca juga: Waspada Ya! Cegukan Terus-menerus Bisa Tandakan Gejala Covid-19 )

Dijelaskan Spesialis Kedokteran Jiwa/Psikiater Ciputra Hospital Citra Raya, dr. Titah Rahayu, Sp.KJ, terjadinya depresi bukan hanya saat seseorang terdiagnosa kanker. Bisa juga sebagai bagian dari perjalanan kanker itu sendiri, dan dampak dari pengobatan kemoterapi.

Secara umum, depresi menampilkan sedikitnya 2 gejala utama berupa sedih, kehilangan minat dan atau mudah lelah. Biasanya juga ditambah 2 gejala tambahan berupa gangguan tidur, gangguan makan, gangguan konsentrasi, menurunnya harga diri, perasaan bersalah, putus asa dan pesimistis. Penderita depresi juga berisiko bunuh diri .

"Depresi dapat ditegakkan bila kondisi tersebut terjadi sedikitnya 2 minggu," ungkap dr.Titah.

Reaksi pasien sendiri setelah terdiagnosa kanker dan dalam masa pengobatan kanker dapat berbeda-beda dan bersifat individual. Mulai dari pasrah, berjuang untuk sembuh hingga kondisi distress. Dokter Titah pun menyarankan agar pasien mengalihkan rasa nyeri dan tidak nyaman dengan berbagai hal positif, seperti berolahraga teratur, tidur yang teratur 7-8 jam, mengonsumsi makanan sehat dan alami, Serta menghindari lingkungan yang tinggi polusi/radikal bebas.

Upaya lain yang tidak kalah pentingnya dapat berupa melakukan relaksasi pernapasan, melakukan kegiatan yang menyenangkan dan meningkatkan kadar spiritual. "Seringkali berkumpul bersama survivor cancer dapat membuat pasien bertukar pengalaman, bertukar pikiran, dan saling menguatkan," ungkap dr. Titah.

Pasien dan keluarga jangan ragu berkunjung ke psikiater atau Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa bila terdapat gejala-gejala depresi. Agar pasien dan keluarga dapat berdiskusi dengan orang yang tepat mengenai kondisi psikis pasien, karena deteksi dini gejala depresi dan gangguan psikiatrik lain dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker.

Distress akibat kanker ternyata tidak hanya terjadi pada pasien, tetapi bisa dialami juga oleh keluarga pasien. Padahal, keluarga harus menjalankan fungsi sebagai caregiver pasien. Untuk itu, dr. Titah menyarankan agar keluarga meningkatkan pengetahuan tentang perawatan pasien kanker agar kepercayaan diri dalam pengetahuan merawat pasien meningkat dan menghindari timbulnya kecemasan.

"Keluarga harus berada dalam kondisi kondusif dan tenang agar mampu memberi dukungan pada pasien kanker," tegasnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1057 seconds (0.1#10.140)