10 Tren Mode Paling Berbahaya Sepanjang Masa
loading...
A
A
A
TREN busana terus mengalami perubahan. Tren perubahan dalam gaya berpakaian tersebut lumrah terjadi di dunia fesyen. Tren yang ada pun hampir selalu diikuti dan dipraktikkan oleh penggemar. Hanya saja dari banyaknya tren pakaian yang pernah hadir di muka bumi, ada beberapa yang justru sangat berbahaya.
1. Crinoline (1800-1901)
Di era Victorian, yakni 1800-an hingga 1901, para wanita mengenakan pakaian dalam yang disebut crinoline. Yakni pakaian dalam sejenis petticoat atau rok dalaman yang biasa dipakai di bawah gaun. Crinoline yang terbuat dari rambut kuda jadi salah satu item mode paling trendi pada zaman kekuasaan Ratu Victoria.
Saat memakai crinoline, meskipun membuat wanita tampak anggun dan mewah, pemakainya jadi sulit berjalan dan terasa panas karena harus memakai berlapis-lapis baju. Risiko kematian pun juga tinggi. Crinoline terbuat dari bahan yang sangat mudah terbakar.
Dikutip dari Elite Readers, tak kurang dari 3.000 wanita tewas karena terbakar saat memakainya. Bahaya potensial lainnya termasuk tersangkut oleh mesin atau ditarik di bawah roda kereta yang bergerak cepat.
2. Korset (era 1900-an)
Pakaian dalam yang menciutkan ukuran pinggang dan mempengaruhi bahasa selain tubuh wanita. Korset menimbulkan istilah ‘strait-laced’, membuat pemakai dianggapnya terhormat, di samping ‘loose women’ mengacu kepada orang yang tidak memakai korset memiliki moral selonggar tali korsetnya.
Dalam bukunya, Strevens mengatakan korset menyebabkan masalah pencernaan, sembelit, pingsan karena sulit bernafas dan bahkan pendarahan dalam. Pada 1874, sebuah daftar diterbitkan terkait 97 penyakit karena pemakaian korset. Pada 1903, ibu enam anak asal Amerika, Mary Halliday, tiba-tiba meninggal karena kejang akibat pemakaian korset.
3. Stiff High Collar/Kerah kaku (Abad 19)
Diciptakan pada abad ke-19, kerah yang dapat dicopot ini membuat pria tidak perlu mengganti kemeja setiap hari. Tetapi fesen ini juga menyebabkan kematian. Kerah kaku dapat memotong pasokan darah ke arteri karotid. Pria mengenakannya sebagai perhiasan, mereka akan mengunjungi kelab pria, minum beberapa gelas port dan mereka tercekik saat kepalanya bergerak ke depan.
Salah satu berita duka cita di tahun 1888 terjadi di New York. Seorang pria bernama John Cruetzi ditemukan meninggal di taman dan diperkirakan pria tersebut minum alkohol, duduk di bangku, dan tertidur. Kepalanya jatuh ke dada dan kerah kaku yang dipakainya menghambat aliran darah sehingga menyebabkan kematian.
4. Hobble skirt/Rok sempit (1910)
Style yang dipopulerkan oleh designer Paul Poiret, adalah jenis rok panjang yang menyempit di bagian mata kaki dan kadang ada ikatan di bawah lutut. Memakai rok ini sangat menghalangi gerakan pada wanita dan bisa berakibat cedera.
Sesuai namanya (hobble = pincang), rok ini membuat pemakainya terpincang-pincang dengan langkah-langkah kecil saat berjalan. Hal itu disebabkan karena bagian bawah rok dibuat sesempit mungkin.
5. Powdered Wigs/Wig bubuk (1760-an)
Tren fesyen yang dinamai berdasarkan nama pasta populer dari Italia ini pernah populer di kalangan bangsawan Inggris pada sekitar 1760. Tren ini dikenal dengan pemakaian wig besar, yang bahkan kadang dua kali ukuran kepala pemakainya.
Tren macaroni diperkirakan muncul di tahun 1760 ketika para bangsawan Inggris baru kembali dari perjalanan mereka mengelilingi Eropa. Dan setelah itu, mereka pun terlihat mulai sering memakai wig super besar dengan hiasan topi kecil di atasnya.
Mode sebagai simbol status ini menciptakan beberapa risiko kesehatan. Epidemi sifilis merusak Eropa selama abad 17 dan 18 mengakibatkan rambut pemakai wig ini rontok. Ini sebagai salah satu dari banyak efek samping yang tidak menyenangkan.
6. Foot Binding/Pengikat kaki (1912)
Foot Binding sekali lagi adalah salah satu tren mode paling aneh dan berbahaya yang biasa digunakan wanita China sejak Dinasti Song hingga 1912. Setelah periode ini, Foot Binding secara resmi dilarang.
Para perempuan biasa menekuk tulang-tulang kaki mereka agar pas dengan sepatu Lotus tradisional yang panjangnya sekitar 4 inci. Kebiasaan itu dimulai di antara kelompok usia 4 dan 9 tahun. Mereka biasa menutupi kaki mereka dengan perban setiap hari selama sekitar 2 tahun untuk mencapai bentuk dan ukuran yang tepat sehingga kaki bisa masuk ke dalam sepatu tanpa kesulitan apa pun.
7. Tudor Ruffs
Fesyen Tudor Ruff tidak memiliki tujuan praktis selain membuat leher dari zaman Elizabethan menjadi sangat tidak nyaman. Pakaian hias yang disukai Ratu Elizabeth I ini akan menjadi salah satu simbol mode paling ikonik pada periode itu.
Meski demikian mode ini juga berpotensi berbahaya karena jumlah pin yang diperlukan untuk mempertahankan bentuk yang kaku. Awalnya dipakai seperti kalung renda, ruff mulai berkembang pesat seiring dengan popularitasnya.
Tudor ruffs juga membatasi penglihatan tepi seseorang, memaksa pemakainya untuk dengan canggung memelintir atau menggerakkan seluruh tubuhnya untuk melihat. Kerah menyesakkan itu dibuat dari beberapa lapisan hiasan yang dibuat dari bahan seperti renda dan linen.
8. Chopine
Sepatu hak tinggi mulai populer dikenakan di abad ke-16. Saat itu sepatu dengan platform tinggi ini disebut chopines dan populer di Italia. Hak sepatunya sangat tebal tapi dipasang berada di tengah-tengah sepatu.
Chipone biasanya dipakai untuk menunjukkan status sosial pemakainya. Ada chipone yang dirancang dengan tinggi hak mencapai 50 cm yang membuat pemakainya kesulitan berjalan dan mudah terjatuh. Di luar popularitasnya, chopine sering menyebabkan kecelakaan yakni tersandung dan jatuh.
9. Mad Hatter (abad 18-19)
Ini bukan nama karakter dalam novel Alice In Wonderland. Ungkapan 'mad as a hatter' telah digunakan 30 tahun sebelum Lewis Carroll mempopulerkannya dalam dongeng anak-anak tersebut. Mad Hatter merupakan sebutan bagi para pembuat topi pada jaman dulu.
Keracunan merkuri adalah risiko kerja bagi para pembuat topi pada abad ke-18 dan ke-19. Bahan kimia tersebut digunakan dalam produksi kulit. Paparan dalam jangka panjang bisa mengarah pada penyakit 'mad hatter'. Gejalanya termasuk gemetaran (tremor) dan rasa malu patologis, juga mudah tersinggung.
Ketika diserap tubuh, merkuri dapat ditemukan di darah, air seni, empedu, keringat, air liur, dan pada beberapa permukaan usus. Bukan hanya para pemakai saja yang terancam bahaya, namun juga para produsen fesyen itu sendiri.
10. Memanjangkan Leher dengan Tumpukkan Cincin
Mungkin tren fesen yang masih dilakukan sampai kini ialah memanjangkan leher dengan cincin ketat berbahan tembaga. Para perempuan suku Kayan di Thailand sejak usia 5 tahun sudah dipakaikan cincin tembaga di leher mereka agar memanjang.
Setiap tahun, cincin di leher mereka bisa bertambah banyak. Efeknya, otot leher mereka akan melemah dan jika cincin tersebut dilepas maka leher mereka tidak akan sanggup menopang berat leher mereka.
Sumber: www.toptenz.net
1. Crinoline (1800-1901)
Di era Victorian, yakni 1800-an hingga 1901, para wanita mengenakan pakaian dalam yang disebut crinoline. Yakni pakaian dalam sejenis petticoat atau rok dalaman yang biasa dipakai di bawah gaun. Crinoline yang terbuat dari rambut kuda jadi salah satu item mode paling trendi pada zaman kekuasaan Ratu Victoria.
Saat memakai crinoline, meskipun membuat wanita tampak anggun dan mewah, pemakainya jadi sulit berjalan dan terasa panas karena harus memakai berlapis-lapis baju. Risiko kematian pun juga tinggi. Crinoline terbuat dari bahan yang sangat mudah terbakar.
Dikutip dari Elite Readers, tak kurang dari 3.000 wanita tewas karena terbakar saat memakainya. Bahaya potensial lainnya termasuk tersangkut oleh mesin atau ditarik di bawah roda kereta yang bergerak cepat.
2. Korset (era 1900-an)
Pakaian dalam yang menciutkan ukuran pinggang dan mempengaruhi bahasa selain tubuh wanita. Korset menimbulkan istilah ‘strait-laced’, membuat pemakai dianggapnya terhormat, di samping ‘loose women’ mengacu kepada orang yang tidak memakai korset memiliki moral selonggar tali korsetnya.
Dalam bukunya, Strevens mengatakan korset menyebabkan masalah pencernaan, sembelit, pingsan karena sulit bernafas dan bahkan pendarahan dalam. Pada 1874, sebuah daftar diterbitkan terkait 97 penyakit karena pemakaian korset. Pada 1903, ibu enam anak asal Amerika, Mary Halliday, tiba-tiba meninggal karena kejang akibat pemakaian korset.
3. Stiff High Collar/Kerah kaku (Abad 19)
Diciptakan pada abad ke-19, kerah yang dapat dicopot ini membuat pria tidak perlu mengganti kemeja setiap hari. Tetapi fesen ini juga menyebabkan kematian. Kerah kaku dapat memotong pasokan darah ke arteri karotid. Pria mengenakannya sebagai perhiasan, mereka akan mengunjungi kelab pria, minum beberapa gelas port dan mereka tercekik saat kepalanya bergerak ke depan.
Salah satu berita duka cita di tahun 1888 terjadi di New York. Seorang pria bernama John Cruetzi ditemukan meninggal di taman dan diperkirakan pria tersebut minum alkohol, duduk di bangku, dan tertidur. Kepalanya jatuh ke dada dan kerah kaku yang dipakainya menghambat aliran darah sehingga menyebabkan kematian.
4. Hobble skirt/Rok sempit (1910)
Style yang dipopulerkan oleh designer Paul Poiret, adalah jenis rok panjang yang menyempit di bagian mata kaki dan kadang ada ikatan di bawah lutut. Memakai rok ini sangat menghalangi gerakan pada wanita dan bisa berakibat cedera.
Sesuai namanya (hobble = pincang), rok ini membuat pemakainya terpincang-pincang dengan langkah-langkah kecil saat berjalan. Hal itu disebabkan karena bagian bawah rok dibuat sesempit mungkin.
5. Powdered Wigs/Wig bubuk (1760-an)
Tren fesyen yang dinamai berdasarkan nama pasta populer dari Italia ini pernah populer di kalangan bangsawan Inggris pada sekitar 1760. Tren ini dikenal dengan pemakaian wig besar, yang bahkan kadang dua kali ukuran kepala pemakainya.
Tren macaroni diperkirakan muncul di tahun 1760 ketika para bangsawan Inggris baru kembali dari perjalanan mereka mengelilingi Eropa. Dan setelah itu, mereka pun terlihat mulai sering memakai wig super besar dengan hiasan topi kecil di atasnya.
Mode sebagai simbol status ini menciptakan beberapa risiko kesehatan. Epidemi sifilis merusak Eropa selama abad 17 dan 18 mengakibatkan rambut pemakai wig ini rontok. Ini sebagai salah satu dari banyak efek samping yang tidak menyenangkan.
6. Foot Binding/Pengikat kaki (1912)
Foot Binding sekali lagi adalah salah satu tren mode paling aneh dan berbahaya yang biasa digunakan wanita China sejak Dinasti Song hingga 1912. Setelah periode ini, Foot Binding secara resmi dilarang.
Para perempuan biasa menekuk tulang-tulang kaki mereka agar pas dengan sepatu Lotus tradisional yang panjangnya sekitar 4 inci. Kebiasaan itu dimulai di antara kelompok usia 4 dan 9 tahun. Mereka biasa menutupi kaki mereka dengan perban setiap hari selama sekitar 2 tahun untuk mencapai bentuk dan ukuran yang tepat sehingga kaki bisa masuk ke dalam sepatu tanpa kesulitan apa pun.
7. Tudor Ruffs
Fesyen Tudor Ruff tidak memiliki tujuan praktis selain membuat leher dari zaman Elizabethan menjadi sangat tidak nyaman. Pakaian hias yang disukai Ratu Elizabeth I ini akan menjadi salah satu simbol mode paling ikonik pada periode itu.
Meski demikian mode ini juga berpotensi berbahaya karena jumlah pin yang diperlukan untuk mempertahankan bentuk yang kaku. Awalnya dipakai seperti kalung renda, ruff mulai berkembang pesat seiring dengan popularitasnya.
Tudor ruffs juga membatasi penglihatan tepi seseorang, memaksa pemakainya untuk dengan canggung memelintir atau menggerakkan seluruh tubuhnya untuk melihat. Kerah menyesakkan itu dibuat dari beberapa lapisan hiasan yang dibuat dari bahan seperti renda dan linen.
8. Chopine
Sepatu hak tinggi mulai populer dikenakan di abad ke-16. Saat itu sepatu dengan platform tinggi ini disebut chopines dan populer di Italia. Hak sepatunya sangat tebal tapi dipasang berada di tengah-tengah sepatu.
Chipone biasanya dipakai untuk menunjukkan status sosial pemakainya. Ada chipone yang dirancang dengan tinggi hak mencapai 50 cm yang membuat pemakainya kesulitan berjalan dan mudah terjatuh. Di luar popularitasnya, chopine sering menyebabkan kecelakaan yakni tersandung dan jatuh.
9. Mad Hatter (abad 18-19)
Ini bukan nama karakter dalam novel Alice In Wonderland. Ungkapan 'mad as a hatter' telah digunakan 30 tahun sebelum Lewis Carroll mempopulerkannya dalam dongeng anak-anak tersebut. Mad Hatter merupakan sebutan bagi para pembuat topi pada jaman dulu.
Keracunan merkuri adalah risiko kerja bagi para pembuat topi pada abad ke-18 dan ke-19. Bahan kimia tersebut digunakan dalam produksi kulit. Paparan dalam jangka panjang bisa mengarah pada penyakit 'mad hatter'. Gejalanya termasuk gemetaran (tremor) dan rasa malu patologis, juga mudah tersinggung.
Ketika diserap tubuh, merkuri dapat ditemukan di darah, air seni, empedu, keringat, air liur, dan pada beberapa permukaan usus. Bukan hanya para pemakai saja yang terancam bahaya, namun juga para produsen fesyen itu sendiri.
10. Memanjangkan Leher dengan Tumpukkan Cincin
Mungkin tren fesen yang masih dilakukan sampai kini ialah memanjangkan leher dengan cincin ketat berbahan tembaga. Para perempuan suku Kayan di Thailand sejak usia 5 tahun sudah dipakaikan cincin tembaga di leher mereka agar memanjang.
Setiap tahun, cincin di leher mereka bisa bertambah banyak. Efeknya, otot leher mereka akan melemah dan jika cincin tersebut dilepas maka leher mereka tidak akan sanggup menopang berat leher mereka.
Sumber: www.toptenz.net
(poe)