Rambut Rontok Diidentifikasi sebagai Salah Satu Gejala Long Covid

Kamis, 25 Februari 2021 - 14:53 WIB
loading...
Rambut Rontok Diidentifikasi...
Seperempat pasien Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh mengeluhkan rambut rontok sebagai efek samping utama Covid-19. Foto Ilustrasi/Freepik
A A A
JAKARTA - Menurut sebuah penelitian baru-baru ini, beberapa pasien Covid-19 telah melaporkan kerontokan rambut sebagai salah satu gejala berkepanjangan atau long Covid yang mereka alami.

Long Covid adalah istilah yang digunakan untuk menentukan gejala yang dihadapi oleh orang-orang dan gejala Covid-19 pada berbagai individu selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah penyakit awal.



Menurut National Institute for Health and Care Excellence (NICE), long Covid berlangsung selama lebih dari 12 minggu. Namun, penelitian lain mengklaim bahwa gejala dapat berlangsung selama lebih dari delapan minggu untuk menjadi long Covid.

Dilansir dari Times of India, Kamis (25/2), menurut Kantor Statistik Nasional (ONS), satu dari lima pasien Covid-19 menunjukkan gejala selama lima minggu atau lebih. Sebuah studi The lancet baru-baru ini mengklaim bahwa orang yang selamat dari Covid-19 menghadapi gejala bahkan setelah enam bulan pemulihan, di mana rambut rontok menjadi sumber perhatian utama.

Meskipun alopecia atau rambut rontok merupakan masalah umum dan dialami oleh banyak orang di seluruh dunia karena berbagai alasan, temuan baru-baru ini menunjukkan bahwa itu bisa menjadi gejala Covid-19.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di The Lancet, seperempat pasien Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh mengeluhkan rambut rontok sebagai efek samping utama Covid-19. Para peneliti mengevaluasi 1.655 pasien yang dirawat di rumah sakit di Wuhan, China, di mana 359 orang (22%) pernah mengalami kerontokan rambut enam bulan setelah dipulangkan. Rambut rontok ini lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria.

Selain rambut rontok, temuan penelitian juga melaporkan prevalensi gejala seperti kelelahan atau kelemahan otot, kesulitan tidur, dan kecemasan atau depresi.



"Pasien yang sakit parah selama tinggal di rumah sakit memiliki gangguan kapasitas difusi paru yang lebih parah serta manifestasi pencitraan dada yang abnormal, dan merupakan populasi target utama untuk intervensi pemulihan jangka panjang," tulis laporan tersebut.

Sementara rambut rontok dilaporkan pada 22% pasien, 26% mengeluhkan kesulitan tidur dan kecemasan serta depresi dilaporkan pada 23% pasien.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2465 seconds (0.1#10.140)