Omar Niode Foundation Angkat Potensi Kuliner Kawasan Wallacea
loading...
A
A
A
JAKARTA - World Food Travel Day setiap tahunnya dirayakan tiap 18 April. Dalamperayaan tahun ini, Omar Niode Foundation mencoba mengangkat keunikan ekosistem alam, budaya dan potensi wisata kuliner dari kawasan Wallacea.
Baca juga: Kenapa Marcell Siahaan Menyesal Saat Menjadi Vegetarian? Ini Alasannya!
Amanda Katili Niode dari The Climate Reality Project Indonesia mengungkapkan bahwa kawasan Wallacea yang meliputi Pulau Sulawesi , Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara dan pulau-pulau kecil sekitarnya, selain kaya akan ekosistem biologis juga punya daya tarik dari sisi kuliner.
"Hal itu membuat Omar Niode Foundation bersama The Climate Reality Project Indonesia tertarik untuk mengekspose kembali kawasan ini bertepatan dengan World Food Travel Day," kata Amanda dalam webinar Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea yang berlangsung Minggu (18/4).
Amanda menambahkan, meskipun makanan di kawasan Wallacea beraneka macam, tetap ada persamaan karena kuliner di satu daerah merupakan hasil akulturasi penduduk dan pendatang. Amanda mencontohkan, beberapa daerah di Sulawesi mempunyai sup hitam sebagai makanan tradisional dengan kluwak sebagai salah satu bahannya, ditambah berbagai jenis bumbu dan rempah.
Pantollo pamarasan dari Toraja dengan 13 jenis bahan, daging pilihan, bumbu rempah dan kluwak. Pallu kaloa dari Makassar menggunakan 16 jenis bahan, termasuk ikan, kelapa sangrai dan kluwak. Serta sop konro juga dari Makassar yang terdiri dari 23 jenis bahan, termasuk bumbu rempah dan kluwak, masih punya kemiripan dengan tabu moltomo dari Gorontalo yang menggunakan 30 jenis bahan termasuk bumbu dan rempah. Bedanya dengan sup hitam daerah lain, warna hitam tabu moitomo diperoleh dari kelapa sangrai.
Ragam kuliner Wallacea yang lain, juga dipaparkan oleh Meillati Batubara dari Nusa Indonesia Gastronomy. Selain tentang ragam kuliner, webinar juga membahas tentang pengalaman ekspedisi Wallacea dari seorang jurnalis Aris Prasetyo, dan tips bepergian hemat ke Wallacea yang disampaikan Fitria Chaerani dari Campa Tour.
Pangan berkelanjutan yang memerhatikan krisis iklim, budaya dan masyarakat setempat juga dibahas pada webinar ini oleh M. Firdaus dari Konsorsium Pangan Bijak Nusantara.
Direktur Eksekutif World Food Travel Association, Erik Wolf dalam video sambutannya menceritakan kesannya saat berkunjung ke Indonesia. "Ketika perjalanan saya ke Indonesia beberapa tahun yang lalu, saya menikmati kuliner yang luar biasa, dan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa juga," ungkap Erik.
Erik memaparkan, World Food Travel Association, yang didirikannya pada 2003. Kini merupakan organisasi tertua dan terbesar di dunia dalam bidang ini. Sedangkan World Food Travel Day yang dirayakan setiap 18 April, merupakan hari yang dirancang untuk merayakan budaya kuliner dunia dan kegembiraan kita bepergian untuk menikmati makanan dan minuman.
Baca juga: Kenapa Marcell Siahaan Menyesal Saat Menjadi Vegetarian? Ini Alasannya!
Amanda Katili Niode dari The Climate Reality Project Indonesia mengungkapkan bahwa kawasan Wallacea yang meliputi Pulau Sulawesi , Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara dan pulau-pulau kecil sekitarnya, selain kaya akan ekosistem biologis juga punya daya tarik dari sisi kuliner.
"Hal itu membuat Omar Niode Foundation bersama The Climate Reality Project Indonesia tertarik untuk mengekspose kembali kawasan ini bertepatan dengan World Food Travel Day," kata Amanda dalam webinar Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea yang berlangsung Minggu (18/4).
Amanda menambahkan, meskipun makanan di kawasan Wallacea beraneka macam, tetap ada persamaan karena kuliner di satu daerah merupakan hasil akulturasi penduduk dan pendatang. Amanda mencontohkan, beberapa daerah di Sulawesi mempunyai sup hitam sebagai makanan tradisional dengan kluwak sebagai salah satu bahannya, ditambah berbagai jenis bumbu dan rempah.
Pantollo pamarasan dari Toraja dengan 13 jenis bahan, daging pilihan, bumbu rempah dan kluwak. Pallu kaloa dari Makassar menggunakan 16 jenis bahan, termasuk ikan, kelapa sangrai dan kluwak. Serta sop konro juga dari Makassar yang terdiri dari 23 jenis bahan, termasuk bumbu rempah dan kluwak, masih punya kemiripan dengan tabu moltomo dari Gorontalo yang menggunakan 30 jenis bahan termasuk bumbu dan rempah. Bedanya dengan sup hitam daerah lain, warna hitam tabu moitomo diperoleh dari kelapa sangrai.
Ragam kuliner Wallacea yang lain, juga dipaparkan oleh Meillati Batubara dari Nusa Indonesia Gastronomy. Selain tentang ragam kuliner, webinar juga membahas tentang pengalaman ekspedisi Wallacea dari seorang jurnalis Aris Prasetyo, dan tips bepergian hemat ke Wallacea yang disampaikan Fitria Chaerani dari Campa Tour.
Pangan berkelanjutan yang memerhatikan krisis iklim, budaya dan masyarakat setempat juga dibahas pada webinar ini oleh M. Firdaus dari Konsorsium Pangan Bijak Nusantara.
Direktur Eksekutif World Food Travel Association, Erik Wolf dalam video sambutannya menceritakan kesannya saat berkunjung ke Indonesia. "Ketika perjalanan saya ke Indonesia beberapa tahun yang lalu, saya menikmati kuliner yang luar biasa, dan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa juga," ungkap Erik.
Erik memaparkan, World Food Travel Association, yang didirikannya pada 2003. Kini merupakan organisasi tertua dan terbesar di dunia dalam bidang ini. Sedangkan World Food Travel Day yang dirayakan setiap 18 April, merupakan hari yang dirancang untuk merayakan budaya kuliner dunia dan kegembiraan kita bepergian untuk menikmati makanan dan minuman.