Sebelum Menjalani, Kenali Dulu Manfaat dan Efek Samping Diet Ketogenik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Memiliki berat badan ideal merupakan dambaan setiap orang. Berbagai macam cara ditempuh salah satunya dengan diet. Diet yang cukup populer dalam beberapa tahun terakhir yaitu diet ketogenik , yang masih menuai kontroversi dalam hal keamanannya.
Baca juga: Amanda Manopo Makin Termotivasi Berkarya Usai Raih Penghargaan di IBW 2020-2021
Diet ketogenik atau diet rendah karbohidrat pada awalnya digunakan sejak 1920 sebagai terapi untuk pasien epilepsi. Kemudian berkembang seiring dengan banyaknya penelitian yang menemukan manfaat lain untuk penyakit diabetes melitus, penyakit kardiovaskular, dan efek terhadap penurunan berat badan.
Dikutip dari laman Primaya Evasari Hospital, diet ketogenik adalah cara membatasi makanan yang mengandung karbohidrat kurang dari 50 gram per hari dan meningkatkan asupan protein dan lemak. Pengurangan karbohidrat dalam makanan mengakibatkan tubuh mengalami kondisi yang disebut ketosis. Ketika kondisi tersebut terjadi, secara efisien tubuh kita akan membakar lemak menjadi energi.
Makanan yang termasuk dalam diet ketogenik antara lain daging merah, sosis, bacon, ayam, salmon, tuna, makarel, Telur yang mengandung omega 3, keju cheddar, mozarella, kacang-kacangan dan biji-bijian seperti almond, walnut, chia seeds.
Makanan yang tinggi karbohidrat dan harus dibatasi pada diet ketogenik di antaranya soda, jus buah, smoothies, kue, es krim, permen, nasi, pasta, sereal.
Baca juga: Kenali Penyebab Bibir Kering, Pucat, dan Pecah-Pecah
Meskipun diet ketogenik cukup aman namun tidak semua orang dapat menjalani diet tersebut. Ada beberapa efek samping saat tubuh berusaha beradaptasi dengan pilihan makanan yang rendah karbohidrat seperti lesu, gangguan tidur, mual, rasa tidak nyaman di perut, dan penurunan aktivitas. Jangan ragu berkonsultasi kepada dokter mengenai masalah kesehatan Anda.
Lihat Juga: Mengenal Self-Harm, Masalah Kesehatan Mental yang Membuat Seseorang Menyakiti Diri Sendiri
Baca juga: Amanda Manopo Makin Termotivasi Berkarya Usai Raih Penghargaan di IBW 2020-2021
Diet ketogenik atau diet rendah karbohidrat pada awalnya digunakan sejak 1920 sebagai terapi untuk pasien epilepsi. Kemudian berkembang seiring dengan banyaknya penelitian yang menemukan manfaat lain untuk penyakit diabetes melitus, penyakit kardiovaskular, dan efek terhadap penurunan berat badan.
Dikutip dari laman Primaya Evasari Hospital, diet ketogenik adalah cara membatasi makanan yang mengandung karbohidrat kurang dari 50 gram per hari dan meningkatkan asupan protein dan lemak. Pengurangan karbohidrat dalam makanan mengakibatkan tubuh mengalami kondisi yang disebut ketosis. Ketika kondisi tersebut terjadi, secara efisien tubuh kita akan membakar lemak menjadi energi.
Makanan yang termasuk dalam diet ketogenik antara lain daging merah, sosis, bacon, ayam, salmon, tuna, makarel, Telur yang mengandung omega 3, keju cheddar, mozarella, kacang-kacangan dan biji-bijian seperti almond, walnut, chia seeds.
Makanan yang tinggi karbohidrat dan harus dibatasi pada diet ketogenik di antaranya soda, jus buah, smoothies, kue, es krim, permen, nasi, pasta, sereal.
Baca juga: Kenali Penyebab Bibir Kering, Pucat, dan Pecah-Pecah
Meskipun diet ketogenik cukup aman namun tidak semua orang dapat menjalani diet tersebut. Ada beberapa efek samping saat tubuh berusaha beradaptasi dengan pilihan makanan yang rendah karbohidrat seperti lesu, gangguan tidur, mual, rasa tidak nyaman di perut, dan penurunan aktivitas. Jangan ragu berkonsultasi kepada dokter mengenai masalah kesehatan Anda.
Lihat Juga: Mengenal Self-Harm, Masalah Kesehatan Mental yang Membuat Seseorang Menyakiti Diri Sendiri
(nug)