Sudah Direstorasi, Film Tjoet Nya’ Dhien Tayang Kembali di Momen Hari Kebangkitan Nasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Film Tjoet Nya’ Dhien akan kembali tayang di bioskop di tengah kelangkaan suplai film nasional ke bioskop. Salah satu film legendaris Indonesia yang telah mengalami proses restorasi ini bakal kembali diputar di sejumlah bioskop di Tanah Air bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei besok.
Kepastian soal penayangan kembali film yang pernah menyabet delapan Piala Citra itu diungkapkan artis sekaligus pemeran utama Tjoet Nya’ Dhien, Christine Hakim. Menurutnya, film yang diedarkan pada 1988 itu sudah mengalami restorasi menyeluruh di Belanda. Format pita seluloid telah ditransformasi ke DCP (Digital Cinema Package) sehingga gambar lebih kinclong dan detail warna juga semakin tajam. Durasi yang sebelumnya 130 menit dipangkas menjadi 106 menit karena berbagai pertimbangan teknis.
Menurut aktris kelahiran Kuala Tungkal, Jambi, 25 Desember 1956 itu, ada beberapa latar belakang mengapa Tjoet Nya’ Dhien ditayangkan kembali. "Pertama, untuk memberi kesempatan kepada generasi muda yang belum pernah menyaksikan film tersebut di layar lebar, sehingga bisa menikmatinya. Terutama kaum milenial,” kata Christine melalui keterangan tertulis, Rabu (19/5).
Christine memaparkan, pesan dalam film ini juga masih sangat terkoneksi dengan kehidupan zaman sekarang. "Kemudian, pemutaran kembali Tjoet Nya’ Dhien merupakan bukti nyata dukungan atas anjuran pemerintah agar kita kembali menonton film di bioskop. Dan sebaiknya nontonnya film Indonesia,” tandas artis yang pernah menggondol sembilan Piala Citra dan menjadi juri di berbagai ajang film internasional itu.
Secara khusus istri Jeroen Lezer itu menyebut, pemutaran ulang Tjoet Nya’ Dhien juga untuk memberikan dorongan kepada para pengusaha bioskop agar memperoleh film Indonesia yang layak tayang di teater. Pasalnya, ketika bioskop kekurangan suplai film nasional di era pandemi COVID-19, Tjoet Nya’ Dhien hadir memberikan semangat untuk memecahkannya.
"Semacam simbiose mutualistis atau saling menguntungkan antara produser dan pengusaha bioskop,” ujar artis berdarah campuran Minangkabau dan Aceh itu.
Sutradara Tjoet Nya’ Dhien Erros Djarot menambahkan, banyak aspek dapat dilihat dari kehadiran kembali film ini. ”Tetapi dari kacamata praktis, kita memberikan sajian yang mudah-mudahan bisa menjadi tontonan dan tuntunan,” kata Eros.
Dalam Festival Film Indonesia (FFI) 1988 Tjoet Nya' Dhien menyabet delapan Piala Citra masing-masing untuk kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Eros Djarot), Pemeran Wanita Terbaik (Christine Hakim), Skenario Terbaik (Eros Djarot), Cerita Asli Terbaik (Eros Djarot), Tata Sinematografi Terbaik (George Kamarullah), Tata Artistik Terbaik (Benny Benhardi), dan Tata Musik Terbaik (Idris Sardi).
Tjoet Nya’ Dhien selain dilakoni Christine Hakim dan Slamet Rahardjo, juga diperankan oleh aktor-aktor terkenal lain seperti Piet Burnama, Rudy Wowor, Rosihan Anwar, Ibrahim Kadir, dan banyak nama lain. Ketika memerankan tokoh Tjoet Nya’ Dhien, Christine masih berusia 31 tahun. Sedangkan Erros berusia 38 tahun.
Kepastian soal penayangan kembali film yang pernah menyabet delapan Piala Citra itu diungkapkan artis sekaligus pemeran utama Tjoet Nya’ Dhien, Christine Hakim. Menurutnya, film yang diedarkan pada 1988 itu sudah mengalami restorasi menyeluruh di Belanda. Format pita seluloid telah ditransformasi ke DCP (Digital Cinema Package) sehingga gambar lebih kinclong dan detail warna juga semakin tajam. Durasi yang sebelumnya 130 menit dipangkas menjadi 106 menit karena berbagai pertimbangan teknis.
Menurut aktris kelahiran Kuala Tungkal, Jambi, 25 Desember 1956 itu, ada beberapa latar belakang mengapa Tjoet Nya’ Dhien ditayangkan kembali. "Pertama, untuk memberi kesempatan kepada generasi muda yang belum pernah menyaksikan film tersebut di layar lebar, sehingga bisa menikmatinya. Terutama kaum milenial,” kata Christine melalui keterangan tertulis, Rabu (19/5).
Christine memaparkan, pesan dalam film ini juga masih sangat terkoneksi dengan kehidupan zaman sekarang. "Kemudian, pemutaran kembali Tjoet Nya’ Dhien merupakan bukti nyata dukungan atas anjuran pemerintah agar kita kembali menonton film di bioskop. Dan sebaiknya nontonnya film Indonesia,” tandas artis yang pernah menggondol sembilan Piala Citra dan menjadi juri di berbagai ajang film internasional itu.
Secara khusus istri Jeroen Lezer itu menyebut, pemutaran ulang Tjoet Nya’ Dhien juga untuk memberikan dorongan kepada para pengusaha bioskop agar memperoleh film Indonesia yang layak tayang di teater. Pasalnya, ketika bioskop kekurangan suplai film nasional di era pandemi COVID-19, Tjoet Nya’ Dhien hadir memberikan semangat untuk memecahkannya.
"Semacam simbiose mutualistis atau saling menguntungkan antara produser dan pengusaha bioskop,” ujar artis berdarah campuran Minangkabau dan Aceh itu.
Sutradara Tjoet Nya’ Dhien Erros Djarot menambahkan, banyak aspek dapat dilihat dari kehadiran kembali film ini. ”Tetapi dari kacamata praktis, kita memberikan sajian yang mudah-mudahan bisa menjadi tontonan dan tuntunan,” kata Eros.
Dalam Festival Film Indonesia (FFI) 1988 Tjoet Nya' Dhien menyabet delapan Piala Citra masing-masing untuk kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Eros Djarot), Pemeran Wanita Terbaik (Christine Hakim), Skenario Terbaik (Eros Djarot), Cerita Asli Terbaik (Eros Djarot), Tata Sinematografi Terbaik (George Kamarullah), Tata Artistik Terbaik (Benny Benhardi), dan Tata Musik Terbaik (Idris Sardi).
Tjoet Nya’ Dhien selain dilakoni Christine Hakim dan Slamet Rahardjo, juga diperankan oleh aktor-aktor terkenal lain seperti Piet Burnama, Rudy Wowor, Rosihan Anwar, Ibrahim Kadir, dan banyak nama lain. Ketika memerankan tokoh Tjoet Nya’ Dhien, Christine masih berusia 31 tahun. Sedangkan Erros berusia 38 tahun.
(tsa)