Waspadai Dampak Gangguan Tiroid pada Kesuburan

Rabu, 27 Mei 2020 - 15:31 WIB
loading...
Waspadai Dampak Gangguan...
Ibu hamil dengan riwayat gangguan tiroid bisa mengalami komplikasi dan bayi dapat terlahir tanpa kelenjar tiroid yang berfungsi dengan baik. Foto Ilustrasi/Health Love
A A A
JAKARTA - Merck, perusahaan sains dan teknologi, mengumumkan hasil survei yang mengungkapkan kurangnya pemahaman tentang dampak gangguan tiroid yang tak terdiagnosis dan tidak diobati terhadap kesuburan, perkembangan janin, serta kesehatan ibu dan anak.

Hasil ini dirilis dalam rangka peringatan Pekan Kesadaran Tiroid Internasional (International Thyroid Awareness Week/ITAW)) ke-12 pada 25-31 Mei yang tahun ini berfokus pada ibu dan bayi. ( )

Berdasarkan keterangan resmi yang diterima SINDOnews, di Indonesia sedikitnya 17 juta orang mengalami gangguan tiroid dan hampir 60% dari mereka saat ini hidup dengan gangguan tiroid tidak terdiagnosis, dengan satu dari delapan wanita mengalami gangguan tiroid seumur hidup. Namun, hasil survei tersebut menunjukkan hanya 14% responden paham bahwa gangguan tiroid yang tidak terdiagnosis dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Sementara, 42% tidak mengetahui bahwa hipotiroid (tiroid yang kurang aktif) pada saat kehamilan dapat menyebabkan komplikasi bagi ibu dan bayi.

Terkait hasil survei, Presiden Thyroid Federation International Ashok Bhaseen dan Co-Founder ThyroidChange Denise Roguz, sepakat mengatakan bahwa riset itu dilakukan untuk edukasi lebih baik mengenai dampak gangguan tiroid yang tidak diobati terhadap kesuburan serta kesehatan ibu dan bayi.

“Gangguan tiroid tidak hanya memengaruhi kehamilan. Ibu hamil dengan riwayat gangguan tiroid juga bisa mengalami komplikasi dan bayi dapat terlahir tanpa kelenjar tiroid yang berfungsi dengan baik," kata Bhaseen.

"Kami ingin semakin banyak wanita mendapatkan skrining kadar hormon tiroid secara lengkap, juga semakin banyak dokter yang paham nilai kadar hormon tiroid yang optimal selama kehamilan. Hal ini untuk memastikan kesehatan sebelum, selama, dan setelah kehamilan sehingga mereka tidak akan menderita selama masa penting kehidupan tersebut," timpal Roguz.

Hasil survey menunjukkan, 42% responden paham bahwa sangat penting untuk memeriksa kadar hormon tiroid selama masa kehamilan dan hanya 25% responden yang paham bahwa ibu yang sebelumnya tidak memiliki riwayat gangguan tiroid dapat mengalami gangguan tiroid dalam satu tahun setelah melahirkan atau sebuah kondisi yang disebut dengan tiroiditis pascamelahirkan.

Selain itu, 35% responden paham bahwa bayi baru lahir (kurang dari satu bulan) harus diperiksakan apakah mengalami hipotiroid kongenital (tiroid kurang aktif yang muncul akibat bawaan lahir) untuk mengetahui apakah bayi lahir dengan kelenjar tiroid yang tidak berkembang dan membutuhkan pengobatan. ( )

“Merck bangga dapat bermitra dengan Thyroid Federation International dan ThyroidChange untuk meningkatkan kesadaran akan dampak gangguan tiroid yang tidak diobati terhadap kesehatan ibu dan bayi. Kami percaya, dengan akses terhadap informasi yang tepat, masyarakat dapat mengenali gejala-gejala gangguan tiroid dan tahu kapan harus memeriksakan diri ke dokter serta melakukan tes darah sederhana untuk memeriksa fungsi kelenjar tiroid mereka,” ungkap Evie Yulin, Presiden Direktur PT Merck Tbk.

Adapun survei yang dilakukan oleh YouGov untuk Merck itu dilakukan pada 24 Maret-6 April 2020 dengan total responden sebanyak 2.147 orang dewasa.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1717 seconds (0.1#10.140)