Mengatasi Masalah Kulit saat Isoman, Lakukan Cara Ini!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Selama melakukan isolasi mandiri ( isoman ), para penyintas COVID-19 mengalami masalah kulit yang beragam. Hal ini bisa diatasi dengan perawatan yang tepat.
Menurut Dermatologis ZAP Clinic dr. Novi Junita, M.Biomed, Sp.KK, saat isoman, bukan hanya gejala COVID-19 yang dirasakan. Beberapa pasien dilaporkan memiliki kelainan pada kulit baik yang berhubungan langsung dengan infeksi COVID-19 maupun tidak. Ruam pada kulit adalah salah satu gejala infeksi COVID-19 yang kerap muncul bersamaan dengan sejumlah gejala lain.
Novi menuturkan, salah satu ruam yang paling sering dialami oleh penderita COVID-19 di Spanyol adalah tipe makulopapular (47% dari 375 kasus), yaitu berupa ruam kemerahan atau bentol pada kulit yang banyak ditemukan di area badan dan ekstremitas.
“Biasanya bisa disertai perdarahan pada kulit berupa ptechiae atau purpura, gatal, rasa terbakar, demam, nyeri otot, dan lemas,” jelas Novi dalam konferensi pers virtual belum lama ini.
Di sisi lain, rasa khawatir dan cemas yang tak terhindarkan oleh penderita COVID-19 mampu memicu timbulnya perasaan stres yang akan direspons tubuh dengan produksi hormon kortisol dan androgen berlebih. Perpaduan kedua hormon yang bekerja lebih aktif tersebut mampu meningkatkan aktivitas kelenjar minyak serta inflamasi pada kulit wajah, sehingga muncullah komedo dan jerawat.
Selain itu, stres juga dapat memberikan efek negatif lain pada kulit, seperti gangguan regenerasi kulit menyebabkan kulit kusam, gangguan permeabilitas kulit sehingga kulit menjadi kering, gangguan imunitas kulit yang mengakibatkan kulit mudah mengalami peradangan, serta memperlambat kesembuhan dan kambuhnya penyakit kronis kulit pada seseorang yang menjalani isoman seperti dermatitis seboroik, dermatitis atopik, psoriasis, dan neurodermatitis.
"Stres juga mampu mempercepat proses penuaan kulit," imbuh Novi.
Untuk mengatasi permasalahan kulit tersebut, mandi, mengonsumsi makanan bergizi hingga menerapkan basic skincare menjadi cara untuk perawatan minimal kulit pasien. Menurut Novi, hal minimal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan kulit adalah tetap mandi dua kali sehari, minum 2-3 liter air putih, olahraga ringan hingga sedang, tidur minimal 8 jam di malam hari, serta menggunakan pelembab minimal tiga kali sehari, utamanya di area tangan yang sering kering akibat mencuci tangan atau memakai hand sanitizer.
Novi menambahkan, menjaga nutrisi tubuh juga penting dilakukan. Jadi upayakan untuk makan makanan bergizi seperti sayur dan buah, serta lengkapi dengan konsumsi vitamin C, B, D, E dan zinc.
Di sisi lain, perawatan kulit wajah selama isoman yang dapat dilakukan di rumah dengan basic skincare antara lain membersihkan wajah, melembabkan area wajah, tetap menggunakan sunblock meskipun di dalam ruangan, dan mengeksfoliasi wajah untuk regenerasi kulit.
“Produk yang digunakan harus sesuai dengan tipe kulit masing-masing,” ujar Novi.
Selin perawatan kulit yang tepat, teledermatologi juga dapat menjadi alternatif bagi penderita COVID-19 yang tengah isoman agar tetap mendapatkan pengobatan.
“Sejak 2020, ZAP sudah melayani teledermatologi melalui video call sebagai upaya untuk mengurangi mobilitas serta menurunkan risiko penularan COVID-19. Untuk kasus yang dicurigai COVID-19, diagnosis yang paling banyak adalah makulopapular dan urticaria,” pungkas Novi.
Menurut Dermatologis ZAP Clinic dr. Novi Junita, M.Biomed, Sp.KK, saat isoman, bukan hanya gejala COVID-19 yang dirasakan. Beberapa pasien dilaporkan memiliki kelainan pada kulit baik yang berhubungan langsung dengan infeksi COVID-19 maupun tidak. Ruam pada kulit adalah salah satu gejala infeksi COVID-19 yang kerap muncul bersamaan dengan sejumlah gejala lain.
Novi menuturkan, salah satu ruam yang paling sering dialami oleh penderita COVID-19 di Spanyol adalah tipe makulopapular (47% dari 375 kasus), yaitu berupa ruam kemerahan atau bentol pada kulit yang banyak ditemukan di area badan dan ekstremitas.
“Biasanya bisa disertai perdarahan pada kulit berupa ptechiae atau purpura, gatal, rasa terbakar, demam, nyeri otot, dan lemas,” jelas Novi dalam konferensi pers virtual belum lama ini.
Di sisi lain, rasa khawatir dan cemas yang tak terhindarkan oleh penderita COVID-19 mampu memicu timbulnya perasaan stres yang akan direspons tubuh dengan produksi hormon kortisol dan androgen berlebih. Perpaduan kedua hormon yang bekerja lebih aktif tersebut mampu meningkatkan aktivitas kelenjar minyak serta inflamasi pada kulit wajah, sehingga muncullah komedo dan jerawat.
Selain itu, stres juga dapat memberikan efek negatif lain pada kulit, seperti gangguan regenerasi kulit menyebabkan kulit kusam, gangguan permeabilitas kulit sehingga kulit menjadi kering, gangguan imunitas kulit yang mengakibatkan kulit mudah mengalami peradangan, serta memperlambat kesembuhan dan kambuhnya penyakit kronis kulit pada seseorang yang menjalani isoman seperti dermatitis seboroik, dermatitis atopik, psoriasis, dan neurodermatitis.
"Stres juga mampu mempercepat proses penuaan kulit," imbuh Novi.
Untuk mengatasi permasalahan kulit tersebut, mandi, mengonsumsi makanan bergizi hingga menerapkan basic skincare menjadi cara untuk perawatan minimal kulit pasien. Menurut Novi, hal minimal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan kulit adalah tetap mandi dua kali sehari, minum 2-3 liter air putih, olahraga ringan hingga sedang, tidur minimal 8 jam di malam hari, serta menggunakan pelembab minimal tiga kali sehari, utamanya di area tangan yang sering kering akibat mencuci tangan atau memakai hand sanitizer.
Novi menambahkan, menjaga nutrisi tubuh juga penting dilakukan. Jadi upayakan untuk makan makanan bergizi seperti sayur dan buah, serta lengkapi dengan konsumsi vitamin C, B, D, E dan zinc.
Di sisi lain, perawatan kulit wajah selama isoman yang dapat dilakukan di rumah dengan basic skincare antara lain membersihkan wajah, melembabkan area wajah, tetap menggunakan sunblock meskipun di dalam ruangan, dan mengeksfoliasi wajah untuk regenerasi kulit.
“Produk yang digunakan harus sesuai dengan tipe kulit masing-masing,” ujar Novi.
Selin perawatan kulit yang tepat, teledermatologi juga dapat menjadi alternatif bagi penderita COVID-19 yang tengah isoman agar tetap mendapatkan pengobatan.
“Sejak 2020, ZAP sudah melayani teledermatologi melalui video call sebagai upaya untuk mengurangi mobilitas serta menurunkan risiko penularan COVID-19. Untuk kasus yang dicurigai COVID-19, diagnosis yang paling banyak adalah makulopapular dan urticaria,” pungkas Novi.
(tsa)