Desa Wisata Koto Jadi Destinasi Menarik di Riau, Sandiaga Uno: Mirip Raja Ampat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Desa Wisata Koto diharapkan jadi salah satu destinasi wisata menarik yang ada di Provinsi Riau . BahkanMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyebut Desa Wisata Koto Mesjid ini mirip Raja Ampat .
Desa Wisata Koto Mesjid merupakan desa pemekaran dari Desa Pulau Gadang pada tahun 1999. Desa ini lebih dikenal dengan sebutan Kampung Patin, karena memiliki budidaya ikan patin yang luar biasa.
Sandiaga bilang, sehingga desa ini mempunyai moto ‘tiada rumah tanpa kolam'. Hampir setiap rumah yang ada di Kampung Patin memiliki paling tidak satu kolam patin. Dalam sebulan masyarakat setempat dapat memanen 390 hingga 400 ton ikan patin.
"Dan hari ini kita canangkan patin harus go internasional, menggantikan salmon. Karena ikan patin Indonesia memiliki kualitas yang baik dan bergizi tinggi, terutama di Provinsi Riau dibandingkan dengan jenis ikan patin di negara lain," ujar Sandiaga dalam keterangan resminya.
Selanjutnya ikan patin di Desa Wisata Koto Mesjid, kemudian diolah masyarakat menjadi berbagai macam produk kuliner dengan cita rasa yang unik, seperti kerupuk kulit patin, abon patin, bakso patin, siomay patin, nuget patin, otak-otak patin, cilok patin, ikan asin patin, batagor patin, hingga es dawet patin, serta ada pula keripik batang pisang, dan kelapa jelly (dekla).
Kemudian produk ekonomi kreatif di Kampung Patin ini juga sangat menarik. Misalnya saja produk kriya dari hasil olahan bambu, seperti rotan, dan pandan. Bahkan teman difabel (tuna rungu) juga ikut serta dalam mengolah produk kriya olahan bambu lidi rotan.
Selain Arik daya Desa Wisata Koto Mesjid adalah wisata alam dan buatan, serta wisata alamnya sendiri terdapat Sungai Kampar, yang menjadi salah satu sungai terpanjang di Riau, dengan panjang 600 km.
Terdapat juga Sungai Gagak, yang memiliki air terjun yang indah. Serta Lembah Aman dan Talau Pusako. Kemudian, untuk wisata buatannya terdapat danau atau waduk buatan yang pada tahun 1991 dimanfaatkan untuk PLTA. Namun kini danau tersebut dijadikan sebagai tempat wisata, karena memiliki pemandangan alam yang sangat cantik seperti di Raja Ampat.
"Sehingga sering disebut ‘Raja Lima’ dari Riau. Danau buatan tersebut dapat dilihat dari Puncak Kompe, salah satu spot Instagramable di desa ini," terangnya.
Sandiaga berharap di masa pandemi COVID-19 ini akan semakin membuka peluang bagi masyarakat, untuk mencintai destinasi-destinasi wisata khususnya di Riau dengan hashtag KeRiauAja.
"Tidak perlu ke luar negeri, karena jika kangen ke Raja Ampat ada di sini," ungkapnya.
Lihat Juga: Kemenparekraf: Literasi Keuangan dan Bisnis DPUP 2024 Cegah dari Pinjol Ilegal dan Judol
Desa Wisata Koto Mesjid merupakan desa pemekaran dari Desa Pulau Gadang pada tahun 1999. Desa ini lebih dikenal dengan sebutan Kampung Patin, karena memiliki budidaya ikan patin yang luar biasa.
Sandiaga bilang, sehingga desa ini mempunyai moto ‘tiada rumah tanpa kolam'. Hampir setiap rumah yang ada di Kampung Patin memiliki paling tidak satu kolam patin. Dalam sebulan masyarakat setempat dapat memanen 390 hingga 400 ton ikan patin.
"Dan hari ini kita canangkan patin harus go internasional, menggantikan salmon. Karena ikan patin Indonesia memiliki kualitas yang baik dan bergizi tinggi, terutama di Provinsi Riau dibandingkan dengan jenis ikan patin di negara lain," ujar Sandiaga dalam keterangan resminya.
Selanjutnya ikan patin di Desa Wisata Koto Mesjid, kemudian diolah masyarakat menjadi berbagai macam produk kuliner dengan cita rasa yang unik, seperti kerupuk kulit patin, abon patin, bakso patin, siomay patin, nuget patin, otak-otak patin, cilok patin, ikan asin patin, batagor patin, hingga es dawet patin, serta ada pula keripik batang pisang, dan kelapa jelly (dekla).
Kemudian produk ekonomi kreatif di Kampung Patin ini juga sangat menarik. Misalnya saja produk kriya dari hasil olahan bambu, seperti rotan, dan pandan. Bahkan teman difabel (tuna rungu) juga ikut serta dalam mengolah produk kriya olahan bambu lidi rotan.
Selain Arik daya Desa Wisata Koto Mesjid adalah wisata alam dan buatan, serta wisata alamnya sendiri terdapat Sungai Kampar, yang menjadi salah satu sungai terpanjang di Riau, dengan panjang 600 km.
Terdapat juga Sungai Gagak, yang memiliki air terjun yang indah. Serta Lembah Aman dan Talau Pusako. Kemudian, untuk wisata buatannya terdapat danau atau waduk buatan yang pada tahun 1991 dimanfaatkan untuk PLTA. Namun kini danau tersebut dijadikan sebagai tempat wisata, karena memiliki pemandangan alam yang sangat cantik seperti di Raja Ampat.
"Sehingga sering disebut ‘Raja Lima’ dari Riau. Danau buatan tersebut dapat dilihat dari Puncak Kompe, salah satu spot Instagramable di desa ini," terangnya.
Sandiaga berharap di masa pandemi COVID-19 ini akan semakin membuka peluang bagi masyarakat, untuk mencintai destinasi-destinasi wisata khususnya di Riau dengan hashtag KeRiauAja.
"Tidak perlu ke luar negeri, karena jika kangen ke Raja Ampat ada di sini," ungkapnya.
Lihat Juga: Kemenparekraf: Literasi Keuangan dan Bisnis DPUP 2024 Cegah dari Pinjol Ilegal dan Judol
(hri)