Peran Perempuan dan Kaum Ibu Sangat Besar dalam Antisipasi Hoaks
loading...
A
A
A
JAKARTA - Masa pandemi tidak hanya membuat masyarakat khawatir terinfeksi Covid-19. Namun informasi bohong atau hoaks yang menghiasai internet, juga menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat. Orang tua atau perempuan dalam sebuah keluarga diharapkan menjadi jendela informasi agar tidak terpapar dengan berita bohong di masa pandemi saat ini.
Multi peran yang dimiliki perempuan sudah dirasakan sebelum dan setelah pandemi Covid-19 . Namun di masa pandemi ini semua aktivitas yang dilakukan secara digitalisasi membuat harus lebih meningkatkan literasi digital, khususnya informasi terkait kesehatan.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Kemenkes RI, Widyawati mengatakan, proses vaksinasi terhambat karena banyaknya informasi tidak benar terkait vaksin tersebut. Oleh karena itu, menurut Widyawati, perempuan berperan sebagai sumber informasi untuk meluruskan informasi yang tidak benar.
"Melalui perempuan ini juga kami banyak karena tim kami perempuan, maupun dia WFH, ibu rumah tangga atau bekerja, kita sebarkan info bahwa kita harus vaksin, harus protokol kesehatan, misalnya 3M, 5M kita terus sebarkan. Pemerintah tidak kerja sendiri, pemerintah perlu kerja bareng sama masyarakat," jelasnya saat diskusi daring Peran dan Tantangan Perempuan Dalam Literasi Digital di Masa Pandemi, Senin, 20 September 2021.
Baca juga: Pulihkan Subsektor Perfilman di Indonesia, Ini 3 Langkah yang Dilakukan Sandiaga Uno
Menurut Widyawati, Kemenkes terus meningkatkan literasi digital khususnya informasi kesehatan dengan daerah melalui pemerintah daerah. Puskesmas dinilai menjadi garda terdepan sumber informasi bagi masyarakat. Melalui kader-kader di sejumlah daerah melakukan penyuluhan terkait program kesehatan pemerintah.
Dalam webinar yang sama, Certified Positive Discipline Parent Educator & Positive Parenting Influencer, Damar Wijayanti memiliki cara tersendiri untuk memanfaatkan digitaliasi dalam keluarga di masa pandemi ini. Terlebih seluruh aktivitas khusunya bagi anak dilakukan melalui internet.
Baca juga: Canggih! TV Anywhere PLAYBOX Bisa Diakses 5 Gadget Sekaligus, Ini Caranya!
Damar mengatakan, orang tua dan anak harus memiliki batasan dalam menggunakan internet. Anak harus dilibatkan sejauh mana batasan yang boleh atau tidak selama mengakses internet.
"Batasan yang paling gedenya yang enggak boleh dilanggar itu kita (orang tua) cari. Misalnya untuk anak 3 tahun rekomendasi dari WHO itu screentime berapa lama. Misalnya 2 jam, itu kita perlu tetapkan dulu. Dalam satu hari kamu (anak) boleh 2,5 atau 3 jam. Dua jam sudah digunakan untuk belajar online, setengah jam lagi kamu mau gunakan untuk apa? Sehingga anak merasa dilibatkan dalam keputusan ini," paparnya.
Baca juga: Berbelanja Aman dari Rumah di AladinMall
Sementara, Koordinator Nasional Japelidi, Novi Kurnia mengatakan bahwa ada empat pilar bagi perempuan untuk cakap bermedia digital. Pertama, perempuan harus optimalkan internet untuk diri dan sesama.
Kedua, perempuan mempunyai hak digital setara dengan laki-laki. Ketiga, perempuan sebagai panutan dalam berinternet. Keempat, perempuan jaga aman diri, keluarga dan orang lain.
Multi peran yang dimiliki perempuan sudah dirasakan sebelum dan setelah pandemi Covid-19 . Namun di masa pandemi ini semua aktivitas yang dilakukan secara digitalisasi membuat harus lebih meningkatkan literasi digital, khususnya informasi terkait kesehatan.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Kemenkes RI, Widyawati mengatakan, proses vaksinasi terhambat karena banyaknya informasi tidak benar terkait vaksin tersebut. Oleh karena itu, menurut Widyawati, perempuan berperan sebagai sumber informasi untuk meluruskan informasi yang tidak benar.
"Melalui perempuan ini juga kami banyak karena tim kami perempuan, maupun dia WFH, ibu rumah tangga atau bekerja, kita sebarkan info bahwa kita harus vaksin, harus protokol kesehatan, misalnya 3M, 5M kita terus sebarkan. Pemerintah tidak kerja sendiri, pemerintah perlu kerja bareng sama masyarakat," jelasnya saat diskusi daring Peran dan Tantangan Perempuan Dalam Literasi Digital di Masa Pandemi, Senin, 20 September 2021.
Baca juga: Pulihkan Subsektor Perfilman di Indonesia, Ini 3 Langkah yang Dilakukan Sandiaga Uno
Menurut Widyawati, Kemenkes terus meningkatkan literasi digital khususnya informasi kesehatan dengan daerah melalui pemerintah daerah. Puskesmas dinilai menjadi garda terdepan sumber informasi bagi masyarakat. Melalui kader-kader di sejumlah daerah melakukan penyuluhan terkait program kesehatan pemerintah.
Dalam webinar yang sama, Certified Positive Discipline Parent Educator & Positive Parenting Influencer, Damar Wijayanti memiliki cara tersendiri untuk memanfaatkan digitaliasi dalam keluarga di masa pandemi ini. Terlebih seluruh aktivitas khusunya bagi anak dilakukan melalui internet.
Baca juga: Canggih! TV Anywhere PLAYBOX Bisa Diakses 5 Gadget Sekaligus, Ini Caranya!
Damar mengatakan, orang tua dan anak harus memiliki batasan dalam menggunakan internet. Anak harus dilibatkan sejauh mana batasan yang boleh atau tidak selama mengakses internet.
"Batasan yang paling gedenya yang enggak boleh dilanggar itu kita (orang tua) cari. Misalnya untuk anak 3 tahun rekomendasi dari WHO itu screentime berapa lama. Misalnya 2 jam, itu kita perlu tetapkan dulu. Dalam satu hari kamu (anak) boleh 2,5 atau 3 jam. Dua jam sudah digunakan untuk belajar online, setengah jam lagi kamu mau gunakan untuk apa? Sehingga anak merasa dilibatkan dalam keputusan ini," paparnya.
Baca juga: Berbelanja Aman dari Rumah di AladinMall
Sementara, Koordinator Nasional Japelidi, Novi Kurnia mengatakan bahwa ada empat pilar bagi perempuan untuk cakap bermedia digital. Pertama, perempuan harus optimalkan internet untuk diri dan sesama.
Kedua, perempuan mempunyai hak digital setara dengan laki-laki. Ketiga, perempuan sebagai panutan dalam berinternet. Keempat, perempuan jaga aman diri, keluarga dan orang lain.
(nug)