Lawan Kekerasan terhadap Perempuan Melalui Aplikasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Isu kekerasan terhadap perempuan dan kasus pelecehan seksual hingga saat ini masih menjadi masalah besar di Indonesia.
Bertepatan dengan hari anti kekerasan terhadap perempuan, sekelompok penggiat startup Tanah Air muncul dan melahirkan sebuah aplikasi bernama Akasia.
Aplikasi ini dipelopori Dian Mustika, yang juga merupakan founder Komunitas Pejuang Vaginismus, bersama dua orang rekannya Dimas Agil dan Rual Syarif.
Baca juga: 10 Film Asia Paling Kontroversial, dari Adegan Ranjang Vulgar hingga Pembunuhan Sadis
"Awal aplikasi ini tercipta adalah saat saya berada dalam Komunitas Pejuang Vaginismus," kata Dian Mustika saat berjumpa dengan awak media, belum lama ini.
"Dari beberapa keluh kesah anggota, dan beberapa teman terdekat Saya yang pernah mengalami kekerasan seksual, Saya akhirnya memutuskan untuk membuat aplikasi yang nantinya bakal menjadi guardian bagi perempuan Indonesia," lanjutnya.
Seksolog Klinis Zoya Amirin, M.Psi., FIAS, yang sekaligus merupakan advisor aplikasi Akasia, memaparkan bahwa seseorang yang sedang mengalami kondisi pelecehan seksual secara psikologis memiliki kecenderungan untuk tidak bisa berbuat banyak.
"Adanya aplikasi ini bertujuan membuat siapa saja yang mempunyai niat untuk melakukan kejahatan seksual menjadi berpikir seribu kali untuk melakukannya. Dengan demikian, masyarakat akan merasa lebih safe namun tetap waspada,” ungkap Zoya.
Zoya berharap dengan pertumbuhan pengguna internet yang cukup pesat di Indonesia, diharapkan masyarakat juga mau memasang aplikasi anti kekerasan seksual ini di gawai mereka.
Dari data Komnas Perempuan periode Januari-September 2021 terdapat 4.000 kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia. Perempuan merupakan pihak yang selalu dilemahkan dalam kasus ini, dan kebanyakan dari mereka enggan berbicara saat mengalami kekerasan.
Bertepatan dengan hari anti kekerasan terhadap perempuan, sekelompok penggiat startup Tanah Air muncul dan melahirkan sebuah aplikasi bernama Akasia.
Aplikasi ini dipelopori Dian Mustika, yang juga merupakan founder Komunitas Pejuang Vaginismus, bersama dua orang rekannya Dimas Agil dan Rual Syarif.
Baca juga: 10 Film Asia Paling Kontroversial, dari Adegan Ranjang Vulgar hingga Pembunuhan Sadis
"Awal aplikasi ini tercipta adalah saat saya berada dalam Komunitas Pejuang Vaginismus," kata Dian Mustika saat berjumpa dengan awak media, belum lama ini.
"Dari beberapa keluh kesah anggota, dan beberapa teman terdekat Saya yang pernah mengalami kekerasan seksual, Saya akhirnya memutuskan untuk membuat aplikasi yang nantinya bakal menjadi guardian bagi perempuan Indonesia," lanjutnya.
Seksolog Klinis Zoya Amirin, M.Psi., FIAS, yang sekaligus merupakan advisor aplikasi Akasia, memaparkan bahwa seseorang yang sedang mengalami kondisi pelecehan seksual secara psikologis memiliki kecenderungan untuk tidak bisa berbuat banyak.
"Adanya aplikasi ini bertujuan membuat siapa saja yang mempunyai niat untuk melakukan kejahatan seksual menjadi berpikir seribu kali untuk melakukannya. Dengan demikian, masyarakat akan merasa lebih safe namun tetap waspada,” ungkap Zoya.
Zoya berharap dengan pertumbuhan pengguna internet yang cukup pesat di Indonesia, diharapkan masyarakat juga mau memasang aplikasi anti kekerasan seksual ini di gawai mereka.
Dari data Komnas Perempuan periode Januari-September 2021 terdapat 4.000 kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia. Perempuan merupakan pihak yang selalu dilemahkan dalam kasus ini, dan kebanyakan dari mereka enggan berbicara saat mengalami kekerasan.