5 Film Jepang Kena Sensor di Bioskop, Banyak Adegan Ranjang Vulgar dan Sadis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Film Jepang banyak yang terkena sensor di bioskop Indonesia. Ini lantaran film tersebut menyuguhkan adegan ranjang vulgar hingga aksi sadis yang tidak pantas ditampilkan.
Selain terkena sensor di bioskop Indonesia, film-film ini bahkan hampir gagal tayang di bioskop negara sendiri. Berikut film Jepang yang kena sensor di bioskop seperti dilansir dari Taste of Cinema, Senin (6/12/2021).
1. In the Realm of the Senses
Film Jepang yang paling banyak disensor adalah In the Realm of the Senses. Dinobatkan jadi film paling kontroversial di sejarah perfilman, In the Realm of the Senses berfokus pada kisah Sada Abe, perempuan yang mencekik dan memotong penis kekasihnya untuk dijadikan jimat di dalam kimononya.
Karena banyaknya adegan ranjang, sutradara Nagisa Oshima bahkan harus menyelesaikan syuting film ini di Prancis karena dikejar aparat di negara sendiri.
2. Emperor Tomato Ketchup
Film Jepang yang paling banyak disensor selanjutnya adalah Emperor Tomato Ketchup. Film hitam putih ini menampilkan negara Jepang yang tengah dipimpin oleh anak-anak, di mana mereka bertingkah layaknya orang dewasa yang ditunjukkan lewat adegan-adegan vulgar.
Aslinya berdurasi 75 menit, film ini dirilis sebagai film pendek sepanjang 27 menit setelah diprotes oleh lembaga sensor seluruh dunia.
3. Guinea Pig: Flower of Flesh and Blood
Film Jepang yang paling banyak disesnsor berikutnya adalah Guinea Pig: Flower of Flesh and Blood. Merupakan bagian dari sebuah seri, Flower of Flesh and Blood dikenal lebih banyak orang berkat adegan-adegan penuh darah yang terlihat terlalu nyata.
Dalam proses produksinya, sang produser harus meyakinkan polisi bahwa tak ada aktor yang meninggal. Pertama dirilis pada 1985, film ini baru berhasil tayang secara legal di internasional pada 2002.
4. Imprint
Film Jepang yang paling banyak disensor selanjutnya adalah Imprint. Awalnya digarap sebagai bagian dari film antologi, film karya Takashi Miike ini dianggap terlalu sadis sampai-sampai para produser enggan merilisnya.
Film Imprint berkisah tentang seorang jurnalis asal Amerika yang mendengar kisah fantastis soal perempuan Jepang yang disiksa secara seksual setiap hari. Hal itu membuatnya tertarik untuk menulisnya dan melupakan pencarian yang sedang ia lakukan.
5. Grotesque
Film Jepang paling banyak disensor yang terakhir adalah Grotesque. Seperti judulnya, film ini dipenuhi banyak adegan sadis dan memuakkan karena sang sutradara punya keinginan untuk membuat film yang sangat sulit ditonton.
Dilarang tayang di berbagai negara termasuk Inggris, dan bahkan dilarang peredarannya di situs jualan Amazon, sutradara Koji Shiraishi mengaku bahwa ia tak peduli filmnya sulit tayang karena hanya ingin mengusik ketenangan para kritikus film sok bermoral.
Selain terkena sensor di bioskop Indonesia, film-film ini bahkan hampir gagal tayang di bioskop negara sendiri. Berikut film Jepang yang kena sensor di bioskop seperti dilansir dari Taste of Cinema, Senin (6/12/2021).
1. In the Realm of the Senses
Film Jepang yang paling banyak disensor adalah In the Realm of the Senses. Dinobatkan jadi film paling kontroversial di sejarah perfilman, In the Realm of the Senses berfokus pada kisah Sada Abe, perempuan yang mencekik dan memotong penis kekasihnya untuk dijadikan jimat di dalam kimononya.
Karena banyaknya adegan ranjang, sutradara Nagisa Oshima bahkan harus menyelesaikan syuting film ini di Prancis karena dikejar aparat di negara sendiri.
2. Emperor Tomato Ketchup
Film Jepang yang paling banyak disensor selanjutnya adalah Emperor Tomato Ketchup. Film hitam putih ini menampilkan negara Jepang yang tengah dipimpin oleh anak-anak, di mana mereka bertingkah layaknya orang dewasa yang ditunjukkan lewat adegan-adegan vulgar.
Aslinya berdurasi 75 menit, film ini dirilis sebagai film pendek sepanjang 27 menit setelah diprotes oleh lembaga sensor seluruh dunia.
3. Guinea Pig: Flower of Flesh and Blood
Film Jepang yang paling banyak disesnsor berikutnya adalah Guinea Pig: Flower of Flesh and Blood. Merupakan bagian dari sebuah seri, Flower of Flesh and Blood dikenal lebih banyak orang berkat adegan-adegan penuh darah yang terlihat terlalu nyata.
Dalam proses produksinya, sang produser harus meyakinkan polisi bahwa tak ada aktor yang meninggal. Pertama dirilis pada 1985, film ini baru berhasil tayang secara legal di internasional pada 2002.
4. Imprint
Film Jepang yang paling banyak disensor selanjutnya adalah Imprint. Awalnya digarap sebagai bagian dari film antologi, film karya Takashi Miike ini dianggap terlalu sadis sampai-sampai para produser enggan merilisnya.
Film Imprint berkisah tentang seorang jurnalis asal Amerika yang mendengar kisah fantastis soal perempuan Jepang yang disiksa secara seksual setiap hari. Hal itu membuatnya tertarik untuk menulisnya dan melupakan pencarian yang sedang ia lakukan.
5. Grotesque
Film Jepang paling banyak disensor yang terakhir adalah Grotesque. Seperti judulnya, film ini dipenuhi banyak adegan sadis dan memuakkan karena sang sutradara punya keinginan untuk membuat film yang sangat sulit ditonton.
Dilarang tayang di berbagai negara termasuk Inggris, dan bahkan dilarang peredarannya di situs jualan Amazon, sutradara Koji Shiraishi mengaku bahwa ia tak peduli filmnya sulit tayang karena hanya ingin mengusik ketenangan para kritikus film sok bermoral.
(dra)