Komunitas Film: Terbukti, PEN Film Kemenparekraf Jadi Solusi Cerdas Bangkitkan Perfilman & Pulihkan Ekonomi

Selasa, 07 Desember 2021 - 22:10 WIB
loading...
Komunitas Film: Terbukti, PEN Film Kemenparekraf Jadi Solusi Cerdas Bangkitkan Perfilman & Pulihkan Ekonomi
Kemenparekraf dinilai terbukti hadir di tengah komunitas film dengan solusi cerdas membangkitkan industri film melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional Film. / Foto: ist
A A A
JAKARTA - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dinilai terbukti hadir di tengah komunitas film dengan solusi cerdas membangkitkan industri film melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Film.

Salah satunya film "Jangka Kala" yang berlatar kehidupan masyarakat pesisir pantai selatan di Kabupaten Malang yang menawan.

Produser "Jangka Kala", Arfan Adhi Perdana menjelaskan PEN Film Kemenparekraf membawa dampak positif bagi industri perfilman dan memiliki efek domino yang sangat besar bagi pemulihan ekonomi nasional.

Baca juga: Pulih dari Penyumbatan Otak, Tingkah Laku Pak Ogah Bikin Khawatir Keluarga

Adapun, film ini mengambil lokasi syuting di tiga pantai yang ada di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.

Ketiga pantai tersebut, yakni Pantai Clungup, Pantai Tiga Warna, Dermaga Perahu Kondang Buntung, dan Pelabuhan Ikan Sendang Biru, Kabupaten Malang, sehingga penduduk di sekitar lokasi tersebut juga merasakan dampak ekonomi dafi produksi film tersebut.

Selain itu, Arfan menilai dampak ekonomi lainnya dapat hadir dari sisi promosi pariwisata pantai-pantai tersebut melalui film.

Bahkan, ia ingin melibatkan 50 kru filmnya ke lomba film tingkat nasional hingga internasional ke depan. Selain mengajak masyarakat peduli lingkungan, potensi wisata di Kabupaten Malang juga dapat diperkenalkan.

"Sebenarnya lokasi wisata ini sangat layak untuk dipromosikan ke dunia internasional, mungkin salah satunya dengan film ini," ungkapnya.

Film merupakan salah satu media promosi wisata yang potensial. Apalagi Film "Jangka Kala" besutan sutradara Destian Rendra ini mengambil latar belakang kehidupan masyarakat pesisir pantai selatan yang masih mempercayai mitos.

Arfan dan teman-temannya tidak hanya ingin berkarya, namun juga ingin mengedukasi masyarakat tentang pelestarian lingkungan, termasuk konservasi penyu.

Film ini bercerita tentang pasangan suami istri di pesisir pantai selatan Kabupaten Malang yang lama belum dikaruniai momongan.

Akhirnya, saat sang istri sedang hamil, maka Kala, sang pemeran utama, mencari telur penyu.

Telur ini mereka percaya mampu menjaga kandungan sang istri. Namun, pasangan ini kemudian berhadapan dengan regulasi konservasi penyu dan perubahan iklim di wilayahnya.

"Film ini menjadi ajang promosi wisata dan sekaligus kampanye pelestarian lingkungan. Tidak hanya di level nasional, namun juga di level internasional," ungkap Anna Lutfhie, Ketua Yayasan Peduli Air dan Lingkungan Lestari.

Menurutnya, PEN Film sebuah ide yang bagus. Sebab, selama ini Indonesia dinilainya memiliki persoalan yang serius di sektor lingkungan, perubahan iklim, krisis pangan, dan kerusakan lingkungan.

"Film lingkungan, perlu diperbanyak lagi. Kalau perlu pemainnya bintang film terkenal, seperti Dian Sastrowardoyo, sehingga penontonnya juga banyak," ungkapnya.

Arfan menilai bangsa ini butuh film yang bisa dinikmati. Selain dinikmati, efek dari film ini juga membuat masyarakat lebih mencintai alam dan lingkungan.

"Mari bangun kesadaran bersama, film adalah instrumen penting untuk kampanye mencintai dan menyayangi lingkungan," tegasnya.

Film yang ditulis oleh Nashiru Setiawan dan diproduseri oleh Arfan Adhi Perdana ini mendapatkan pembiayaan pembuatan dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Film Kemenparekraf.

Film yang diproduksi selama 10 hari ini, harus selesai pada 10 Desember 2021.

Baca juga: Pantang Menyerah, Sandiaga Uno Bersyukur Peserta ADWI 2021 Tembus Ekspektasi

"Kami optimistis selesai, karena kita langsung editing di lokasi. Ini menjadi pembelajaran baru bagi kami para sineas lokal yang bekerja dalam target dan administrasi yang ketat, karena harus melaporkan ke Kemenparekraf," pungkas Arfan, pria asal Kota Batu, Malang, ini.
(nug)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1616 seconds (0.1#10.140)