Menyibak Keajaiban Allah SWT Bekerja, dalam Surah Al Kahfi (Bagian Ketiga)

Jum'at, 12 Juni 2020 - 04:51 WIB
loading...
Menyibak Keajaiban Allah SWT Bekerja, dalam Surah Al Kahfi (Bagian Ketiga)
Pertemuan Nabi Musa alaihissalam (AS) dan Nabi Khidir AS adalah kisah luar biasa yang sarat hikmah. Allah menceritakannya dalam Alquran agar manusia mengambil iktibar betapa luasnya ilmu-Nya. Foto : SINDOnews/Ilustrasi
A A A
MAKASSAR - Cara Allah SWT bekerja memang sungguh luar biasa. Sejumlah kisah telah menjadi contoh bagaimana Allah telah merancang setiap kehidupan sedemikian rupa agar umatNya bertaqwa.

Salah satunya adalah kisah Nabi Musa dan Khidir yang ditorehkan dalam Surah Al Kahfi, sebagaimana kisah-kisah sebelumnya sebagai pedoman bagi umat Muslim dalam surah tersebut. Baca : Menyibak Keajaiban Allah SWT Bekerja, dalam Surah Al Kahfi

Pertemuan Nabi Musa 'alaihissalam (AS) dan Nabi Khidir AS adalah kisah luar biasa yang sarat hikmah. Allah menceritakannya dalam Alqur'an agar manusia mengambil iktibar betapa luasnya ilmu-Nya.

Kisah ini berawal ketika Nabi Musa AS bertemu dengan Nabi Khidir AS. Pertemuan tersebut merupakan teguran dari Allah SWT atas kelalaian Nabi Musa. Ketika itu Nabi Musa sedang bebicara di hadapan kaumnya dan mengatakan "Siapakah orang yang paling banyak ilmunya? Nabi Musa pun menjawab sendiri, 'Akulah orang yang paling banyak ilmunya'."

Maka dari itu Allah mempertemukan Nabi Musa kepada orang yang mempunyai ilmu yang lebih lebih tinggi darinya, yaitu Nabi Khidir AS. Nabi Khidir pun memberikan syarat jika ingin belajar kepadanya.

Syaratnya hanya satu, selama berguru dengan Nabi Khidir, Nabi Musa harus bisa bersabar ketika melihat keanehan-keanehan yang akan terjadi. Melihat persyaratan yang tidak begitu sulit, akhirnya Nabi Musa pun mengikuti perkataan Nabi Khidir.

Baca Juga : Menyibak Keajaiban Allah SWT Bekerja, dalam Surah Al Kahfi (Bagian Kedua)

Ilmu yang diberikan Nabi Khidir kepada Nabi Musa merupakan contoh dari Ilmu Ma'rifat. Ketika sedang bersama, Nabi Musa melihat Nabi Khidir sedang melubangi kapal yang yang sebelumnya mereka tumpangi dengan gratis. Hasilnya kapal milik seorang nelayan itu bocor dan tidak bisa ditumpangi lagi.

Nabi Musa pun bertanya, "Kapal ini telah mengangkut kita tanpa meminta imbalan, tetapi kenapa engkau sengaja melubangi kapal mereka?"

Nabi Khidir pun menjawab, seperti yang terdapat pada Alquran Surat Al-Kahfi Ayat 72-73. "Bukankah aku telah berkata, sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersamaku. Musa berkata janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku."

Nabi Khidir pun memaafkan kelalaian Nabi Musa atas perjanjiannya di awal. Kemudian keduanya melanjutkan perjalanan dan bertemu dengan seorang anak yang sedang bermain dengan teman-temanya. Kemudian Nabi Khidir menghampiri salah satu anak dan membunuhnya.

Melihat kejadian aneh ini, Nabi Musa pun bertanya, "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar." (QS. Al - Kahfi : 74).

Kemudian Nabi Khidir menjawab seperti pada ayat selanjutnya. "Bukankah sudah aku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku." (QS Al-Kahfi : 75)

Maka keduanya kembali melanjutkan perjalanannya hingga sampailah pada suatu desa. pada desa tersebut terdapat rumah warga yang hampir roboh temboknya. Dengan inisiatif, Khidir pun membetulkan tembok yang hampir rubuh tadi.

Setelah kejadian yang membuat banyak Nabi Musa bertanya-tanya. Kemudian Nabi Khidir pun menjelaskan maksud dan tujuannya. Ketika Nabi Khidir melubangi perahu yang menjadi tumpangannya secara gratis, sebenarnya Nabi Khidir mengetahui akan ada perompak yang menjarah kapalnya di perjalanan nanti.

Kemudian khidir pun menjelaskan alasan dirinya membunuh anak yang sedang bermain bersama temannya. Menurutnya anak kecil itu merupakan anak nakal dan jahat ketika besar kelak. Mungkin membunuh anak itu merupakan hal terbaik untuk mencegah kemungkaran. Dan hal yang perlu dipahami adalah ketika Nabi Khidir melakukan semua tindakan di atas, semata-mata itu adalah perintah Allah SWT.

Selanjutnya ketika Nabi Khidir membangun tembok yang ingin roboh sebenarnya itu adalah harta warisan untuk anak yatim yang harus dijaga. Namun ketika sedang membangun, Khidir pun berkata dalam QS Al Kahfi 77- 78, Khidir berkata bahwa, melalui tangannya, dia menegakkan dinding itu. Musa berkata, jika kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu. Khidir berkata, inilah perpisahan antara aku dengan kamu.

"Dan bukanlah aku melakuhannya itu menurut kemauanku sendiri (tapi atas perintah Allah). Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya." (QS al-Kahfi [18]: 71-82).

Baca Lagi : Pemuda yang Tidak Dikenal di Bumi, Tapi Namanya Harum di Langit
(sri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2579 seconds (0.1#10.140)